Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHartono Budiono Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Kelompok 11 Pengukuran kerangka dasar vertikal
MUKRIN L AHMAD RIZALDI L MOH. RAFLI L TAMARA PUTRI L ADJI RIZALDI L
2
Kerangka Dasar Vertikal
Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata - rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Pengukuran Trigonometris prinsipnya adalah Mengukur jarak langsung (Jarak Miring), tinggi alat, tinggi, benang tengah rambu, dan suclut Vertikal (Zenith atau Inklinasi). Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.
3
Lanjutan... Kerangka Dasar Vertikal (beda tinggi / tinggi titik)
menjadi satu kesatuan dengan Kerangka Dasar Horisontal (Azimuth, Jarak dan Sudut) Satu Pilar /Patok. Untuk hal tertentu pengukuran Kerangka Vertikal terpisah dengan Kerangka Horisontal. Acuan tinggi titik dapat dinyatakan dengan sistem umum yaitu terhadap muka air laut rata-rata atau sistem setempat/lokal.
4
Lanjutan... Jika sebagai acuan sistem umum, maka diikatkan dengan titik-titik tinggi teliti (Titik Tinggi Geodesi) atau titik Triangulasi; sedangkan titik TTG atau Triangulasi diperoleh dari pengikatan terhadap muka air laut ratarata dengan menggunakan alat Water pass / Sipat Datar/Levelling.
5
1. Metode Pengukuran Sipat Datar Optis
Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang.
6
Lanjutan... Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik - titik A dan B dapat dianggap sebagai Bidang yang mendatar. Garis bidik ini harus di buat mendatar supaya dapat digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, ingatlah pula nivo pada tabung, karena pada nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar dengan ketelitian besar. Alat - alat yang biasa digunakan dalam pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar optis adalah: Alat Sipat Datar Pita Ukur Rambu Ukur Statif Unting – Unting
7
2. Metode Pengukuran Barometris
Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer. Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode barometris dilakukan dengan menggunakan sebuah barometer sebagai alat utama. Seperti telah di ketahui, Barometer adalah alat pengukur tekanan udara. Di suatu tempat tertentu tekanan udara sama dengan tekanan udara dengan tebal tertentu pula yang dijadikan referensi dalam hal ini misalnya elevasi ± 0,00 meter permukaan air laut rata – rata.
8
Lanjutan... Keterangan : p = massa jenis rasa air raksa (hidragirum) g = gravitasi mJsZ - 10 m/s2 h = tinggi suatu titik dari MSL ( Mean Sea level )
9
3. Metode Pengukuran Trigonometris
Pengukuran kerangka dasar vertikal metode trigonometris pada prinsipnya adalah perolehan beda tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda tinggi dengan memperhitungkan tinggi alat, sudut vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi garis bidik yang diwakili oleh benang tengah rambu ukur.
10
Lanjutan... Untuk menentukan beda tinggi dengan cara trigonometris diperlukan alat pengukur sudut (Theodolit) untuk dapat mengukur sudut sudut tegak.Sudut tegak dibagi dalam dua macam,ialah sudut miring m clan sudut zenith z, sudut miring m diukur mulai ari keadaan mendatar, sedang sudut zenith z diukur mulai dari keadaan tegak lurus yang selalu ke arah zenith alam
11
Ketentuan Rambu Yg dipasang pada dasar laut
Dasar laut keras Air laut tenang Air laut bersih Bebas dari kemungkinan terserang arus laut Muka air laut harus mewakili muka air daerah sekitarnya (jangan dekat muara sungai).
12
Ketentuan Pengukuran Kerangka Vertikal Menggunakan Water pass.
Alat yang digunakan dalam kondisi terkalibrasi Panjang satu sisi (slag) pengukuran maks. 35 m Panjang tiap sisi dalam satu set pengukuran harus relatif sama Pengukuran antar titik kerangka vertikal tetap dilakukan dengan cara Pergi – Pulang atau Double Stand Memenuhi toleransi kesalahan yg diperkenankan.
13
Toleransi Kesalahan Pengukuran
T = ± K √Dt km T = angka toleransi terbesar satu set Pergi Pulang/Double Stand K = angka yg menyatakan kelas pengukuran (I = 3 mm, II = 6 mm, III = 8 mm). Dt = jarak antara1 dua titik Kerangka Vertikal yang diukur Pergi – Pulang / Double Stand Contoh : Jarak Titik A-1 dan A-2 =1 km kelas pengukuran III. Toleransi Kesalahan tidak boleh melebihi 8 V 1 = 8 mm.
14
Daftar pustaka Posted by Ilmu Konstruksi on Wednesday, 16 January 2013
April 15, 2011 Posted by OceTarget | Surveying |, Kerangka Dasar Vertikal, Pengukuran, titik-titik ikat, Total Station Written By agung mustiko on Rabu, 26 Maret 2014 | AM
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.