Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SEJARAH SENI RUPA INDONESIA"— Transcript presentasi:

1 SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
Oleh: Irwan Jamal M.Sn

2 Secara umum Perkembangan Seni Rupa Indonesia dibagi dalam 4 periode:
1. Periode Prasejarah 2. Periode – Hindu/Budha 3. Periode Islam 4. Periode Baru.

3 1. PERIODE PRASEJARAH Unsur-unsur / pengaruh kebudayaan Hindu/Buddha, Islam dan Barat belum sampai di kepulauan Nusantara. Memiliki ciri budaya yang paling tua dan murni. Benda-benda bersejarah (yang kemudian diketegorikan sebagai karya seni rupa) pada periode ini tidak jauh berbeda dengan bentuk karya seni rupa dari kebudayaan prasejarah dibelahan dunia lainnya. Pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya. Benda-benda prasejarah yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni ini umumnya memiliki nilai magis atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap kekuatan tertentu yang ada diluar manusia. (animisme dan dinamisme). Semakin unik atau besar ukurannya semakin besar pula daya magis yang dimilikinya.

4 A. Bangunan Megalitik B. Seni Patung/Arca C. Seni Lukis D. Seni Kriya
Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa prasejarah ini dapat dikategorikan sebagai berikut: A. Bangunan Megalitik B. Seni Patung/Arca C. Seni Lukis D. Seni Kriya

5 BANGUNAN MEGALIT

6 SENI PATUNG / ARCA

7 SENI PATUNG / ARCA

8 SENI LUKIS

9 SENI LUKIS

10 SENI KRIYA

11 2. PERIODE – HINDU/BUDHA Periode Hindu-Buddha pada perkembangan seni rupa di Nusantara sering pula disebut sebagai era seni rupa Klasik. Pengaruh yang datang berangsur-angsur dari Persia, Cina dan India secara perlahan diadaptasi oleh masyarakat di kepulauan Nusantara.

12

13 Secara positif sekitar abad V dapat dikatakan kebudayaan India telah masuk dan berasimilasi dengan kebudayaan Nusantara. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Buddha ini pengaruhnya meluas diseluruh kepulauan Nusantara kecuali di sebagian wilayah Indonesia Timur. Periode ini berlangsung antara abad V hingga abad XV Masehi.

14

15 Benda-benda yang dikategorikan karya seni rupa peninggalan dari zaman ini diantaranya seni arsitektur, seni patung/arca, seni relief dan benda-benda kriya. Seni Arsitektur mendominasi karya seni rupa peninggalan zaman ini terutama bangunan-bangunan sakral seperti candi. Beberapa diantaranya sangat terkenal seperti candi Prambanan dan Borobudur di Jawa Tengah.

16 Seperti halnya zaman presejarah, pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya. Benda-benda prasejarah yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni ini umumnya memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap Hindu dan Buddha atau penghormatan terhadap penguasa yang dianggap titisan atau keturunan dewa.

17 Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa yang berkembang pada zaman Hindu-Buddha ini dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Seni Arsitektur b. Seni Relief c. Seni Patung/Arca d. Seni Kriya

18 3. PERIODE ISLAM Kebudayaan Islam telah masuk ke kepulauan Nusantara sejak abad VII Di Nusantara, kekuasaan politik yang dipengaruhi kebudayaan Islam baru muncul sekitar abad XIII.

19 Asimilasi dan Akulturasi
Pada perkembangannya di Nusantara, kebudayaan Islam ini bahkan berasimilasi dengan kebudayaan masyarakat setempat yang sudah dipengaruhi terlebih dahulu oleh kebudayaan Hindu dan Buddha. Proses asimilasi dan akulturasi ini bahkan memperkaya khasanah seni budaya Nusantara.

20 Seni Arsitektur Seni Arsitektur peninggalan zaman ini terutama diantaranya bangunan-bangunan sakral seperti masjid dan makam serta bangunan profan seperti istana. Karya bangunan mengadaptasi kebudayaan Hindu dan Buddha serta dipengaruhi pula dengan bentuk-bentuk bangunan asli daerah. Sifat dari kebudayaan Islam yang dibawa dan berkembang di kepulauan Nusantara ini menyebabkan munculnya berbagai ragam bentuk mesjid diberbagai daerah di Nusantara. Berdirinya mesjid agung dilingkungan pusat pemerintahan pada setiap daerah di Indonesia merupakan pengaruh dari sistem pemerintahan yang di wariskan kebudayaan Islam di Indonesia.

21 Ciri-ciri Seperti halnya zaman sebelumnya, pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya. Benda-benda budaya yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni yang berkembang pada zaman ini tidak hanya yang memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap agama atau penghormatan terhadap penguasa. Banyak benda-benda profan di buat untuk keperluan sehari-hari. Keyakinan untuk tidak menggambarkan mahluk hidup pada kebudayaan Islam menyebabkan seni lukis dan patung tidak terlalu berkembang. Kondisi ini justru menyebabkan seni relief dan ukir serta seni ornamentik yang berlandaskan tulisan kaligrafi berkembang pesat. Benda-benda kriya seperti Batik, wayang, dan benda-benda pusaka berkembang pada masa ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan sebelumnya (Hindu-Buddha) dan dengan kepercayaan masyarakat setempat.

22 Jenis Karya Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa yang berkembang pada zaman Islam ini dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Seni Arsitektur (seni bangunan) b. Seni Kriya c. Seni Kaligrafi

23 4. PERIODE SENI RUPA BARU Berbeda dari zaman-zaman sebelumnya, ekspresi dalam karya seni rupa baru memiliki fungsi tidak semata-mata untuk kepentingan rituil. Walaupun tetap memiliki fungsi untuk mengisi bathin manusia, karya seni rupa baru Indonesia atau Nusantara ini cenderung berkembang mengikuti arah perkembangan seni rupa Modern di Barat (Eropa). Kategorisasi karya seni rupa Baru di Nusantara ini seperti juga perkembangannya di Eropa merujuk pada karya seni lukis dan patung.

24 Perkembangan seni rupa baru di Nusantara
1.Masa Perintisan Raden Saleh ( ) 2.Masa Indonesia Molek ( Indie Mooi ) 3.Masa (setelah berdirinya) PERSAGI 4.Masa Pendudukan Jepang 5.Masa Setelah Kemerdekaan 6.Masa Pendidikan Formal 7.Masa Seni Rupa Baru Indonesia

25 1. Masa Perintisan Raden Saleh
Periode ini dinamai sesuai dengan nama tokoh perupa pada masa itu yaitu Raden Saleh Syarif Bustaman yang dilahirkan di Terbaya, Semarang tahun 1807 dan wafat di Bogor pada tahun Raden Saleh dianggap sebagai bapak seni rupa Modern Indonesia karena beliau dianggap orang Indonesia pertama yang mendapat pendidikan dan berkarya seni rupa Modern. Raden saleh menguasai teknik melukis realistis naturalistis yang sangat mendetail sebagai warisan tradisi seni lukis Renaisan Eropa pada masa itu.

26 Berburu Rusa, karya Raden Saleh, cat minyak di atas kanvas

27 Deandles, karya Raden Saleh

28 2. Masa Indonesia Molek atau “Mooi Indie”.
Lebih dari setengah abad setelah meninggalnya Raden Saleh, barulah dikenal pelukis-pelukis pribumi seperti Abdullah Suryosubroto putra dari dokter Wahidin Sudirohusodo pendiri “Boedi Utomo”, Wakidi, dan Pringadi. Ciri khas karya pada periode ini sesuai dengan namanya, menggambarkan pemandangan alam Nusantara yang indah. Gagasan melukiskan pemandangan alam yang indah ini tidak hadir begitu saja, tetapi dipengaruhi konsumen seni lukis pada masa itu yang menggemari lukisan pemandangan alam Nusantara. Ciri yang menyimpang dari masa itu adalah yang dilakukan oleh Basuki Abdullah putra dari Abdullah Suryosubroto yang melukis objek manusia, hal yang beru dilakukan lagi oleh pelukis pribumi sejak era Raden Saleh. Pada masa ini pula dikenal Rudolf Bonet, pelukis asal Nederland yang banyak berjasa mengilhami pelukis dan seniman tradisional Bali, memberikan warna modern pada karya-karya seni rupa Bali.

29 Danau Singkarak,1942, karya Wakidi, Cat air

30 Gunung Merapi,karya Basoeki Abdullah

31 The Day’s end Mount,Lukisan cat minyak, karya Abdullah SR

32 Mountain Landscape, karya Wakidi, Cat minyak diatas kanvas, 139
Mountain Landscape, karya Wakidi, Cat minyak diatas kanvas, x 197 cm

33 3. Masa (setelah berdirinya) PERSAGI
Periode PERSAGI adalah masa dalam perkembangan seni lukis Indonesia yang ditandai dengan berdirinya perkumpulan Persatuan Ahli Gambar Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1938 yang didirikan oleh Agus Djaya dan Sudjojono. Berbeda dengan masa sebelumnya, era pelukis PERSAGI ini seperti juga pengaruh perkembangan seni rupa di Eropa lebih bersifat individual dengan menonjolkan ekspresi seniman secara pribadi. Penggambaran objeknya tidak lagi melulu melukiskan keindahan dengan gaya realis naturalis, tetapi cenderung impresif dan ekspresif. Pada masa ini mulai dikenal pelukis perempuan seperti Maryati Affandi dan Suleha Angkama.

34 Di Depan Kelambu Terbuka,1939, Sudjojono, 86 x 66 cm

35 Laki-laki Bali dan Ayam Jago, 1958, Agus Djaja S
Laki-laki Bali dan Ayam Jago, 1958, Agus Djaja S., cat minyak di atas kanvas, 100 x 140 cm.

36 Kawan-kawan Revolusi, 1947, karya S
Kawan-kawan Revolusi, 1947, karya S. Sudjojono, cat minyak di atas kanvas, 95 x 149 cm.

37 Penjual Jamu, karya Otto Djaya Suminta

38 4. Masa Pendudukan Jepang 1942-1945.
Sesuai dengan namanya, periode ini menunjukkan perkembangan atau aktivitas seni rupa di Indonesia sejak pendudukan Jepang di tahun 1942 hingga Proklamasi Kemerdekaan pada tahun Walaupun masa pendudukan Jepang ini relatif hanya sebentar, tetapi kesempatan yang diberikan pemerintah Pendudukan Jepang terhadap perkembangan kesenian di Indonesia cukup memberikan dorongan bagi para seniman Indonesia. Salah satu dukungan tersebut diantaranya dengan memberikan fasilitas kegiatan melukis dan pameran bagi seniman-seniman Indonesia yang diwadahi oleh Bagian Seni Rupa kantor Keimin Bunka Shidoso (Pusat Kebudayaan). Pada msa inilah dikenal nama-nama pelukis seperti Otto Djaja, Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Affandi, Barli Sasmitawinata, Muchtar Apin, Trubus dsb. Dari sekian nama tersebut, Affandi menjadi salah satu pelukis yang paling menonjol, karya-karyanya tidak saja diakui di Indonesia tetapi juga diakui di Eropa sebagai salah satu karya ekspresionis terbaik dunia.

39 Mengungsi, 1947, karya S. Sudjojono, cat minyak di atas kanvas, 95 x 149 cm.

40 Keluarga Pemusik , 1971, karya Hendra Gunawan, cat minyak diatas kanvas, 150 x 90 cm.

41 5. Masa setelah Kemerdekaan (pendirian sanggar-sanggar 1945-1950)
Periode pendirian sanggar-sanggar ini ditandai terutama karena momentum Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kebebasan yang dihirup bangsa ini setelah melepaskan dari dari penjajahan Belanda dan Jepang sedikit banyak berpengaruh terhadap semangat untuk mendirikan sanggar-sanggar seni rupa di berbagai daerah di Indonesia seperti di Padang, Medan, Ujung Pandang, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya dan Jakarta. Corak dan gaya lukisan yang dihasilkan seniman pada periode ini cukup bervariasi, warna-warna tradisi (motif-motif dekoratif) yang bersumber dari kebudayaan lokal juga mewarnai bentuk dan gaya lukisan yang dihasilkan seniman pada masa ini. Salah satu tema yang cukup menonjol adalah tema-tema perjuangan. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena situasi dan kondisi setelah tahun 1945 memaksa bangsa Indonesia menghadapi perang revolusi fisik hingga tahun 1949.

42 Balinese Beauty,Basoeki AbdullahTiga

43 AbdullahTiga Wanita (1998), Barli Sasmitawinata, 70 x 90 cm

44 Ikan,Hendra Gunawan

45 Self Portrait on Kusamba Beach,1983, Affandi, oil on canvas, 149
Self Portrait on Kusamba Beach,1983, Affandi, oil on canvas, x 130.0,.

46 6. Masa Pendidikan Formal (setelah tahun 1950)
Periode ini kerap juga disebut sebagai periode pendidikan formal seni rupa. Pada periode ini peran sanggar digantikan oleh berdirinya perguruan tinggi seni rupa seperti ASRI di Yogyakarta dan Departemen Seni Rupa di Sekolah Tinggi Teknik Bandung yang sekarang dikenal dengan nama Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan formil dalam bidang seni rupa ini semakin memperkokoh perkembangan seni rupa Modern di Indonesia. Perkembangan ini semakin diperkuat dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan guru seni rupa (Jurusan Pendidikan Seni Rupa) di seluruh IKIP di Indonesia. Melalui lembaga-lembaga pendidikan formil ini konsep dan teknik berkarya seni rupa Modern dipelajari dan dimasyarakatkan termasuk mengembangkan jenis-jenis seni rupa lainnya seperti seni patung dan seni grafis.

47 Hutan(1973), Karya Widayat, Cat minyak di atas kanvas, 100 x 70 cm.

48 Beratapkan Langit dan Bumi Amparan, AD Pirous,(QS
Beratapkan Langit dan Bumi Amparan, AD Pirous,(QS. Al Baqarah:22) (1990) Mix media 100 x 150 cm.

49 Garuda (1969), kanva Abas A. cat minyak diatas kanvas, 100 x 66 cm.

50 Berita Duka, Karya G. Sudharta Garuda (1969), kanva Abas A.

51 7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Para perupa akademis dari beberapa perguruan tinggi seni rupa di Yogyakarta dan Bandung mendeklarasikan gerakan seni rupa baru yang menentang kemapanan pakem dan konsep seni modern yang sudah berakar kuat dalam kurikulum pendidikan tinggi seni rupa di Indonesia. Para perupa ini juga menentang dominasi seniman atau perupa senior dalam peta seni rupa Indonesia yang dianggap kurang memberikan tempat bagi para perupa yang lebih junior seperti keikut sertaan seniman dalam event-event internasional mewakili Indonesia yang diwakili oleh seniman tertentu saja. Para perupa muda ini juga mempertanyakan kecenderungan dominasi karya seni lukis diatas karya-karya seni rupa lainnya. Dalam salah satu kegiatan pameran yang bertajuk Gerakan Seni Rupa Baru, para perupa muda ini menampilkan berbagai bentuk karya seni rupa yang “menyimpang” dari bentuk karya seni rupa sebelumnya. Mereka menggunakan berbagai medium yang tidak lazim digunakan dalam berkarya seni seperti penggunaan benda-benda keperluan sehari-hari.

52 Perkembangan ini sebenarnya tidak terjadi begitu saja, perkembangan seni rupa pasca modernisme di Eropa dan Amerika diduga mempengaruhi pemikiran dan konsep para perupa muda ini. Gerakan seni rupa Postmodern yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Seni Rupa Kontemporer” ini selanjutnya mewarnai karya-karya seni rupa di Indonesia. Walaupun kurikulum pendidikan tinggi seni rupa hingga saat ini belum mengadaptasi jenis kesenian ini, tetapi sebagai sebuah fenomena yang mendunia, gerakan seni rupa Kontemporer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan seni rupa di Indonesia. Seni rupa Kontemporer tidak lagi mengenal penggolongan jenis karya seni rupa seperti seni lukis, seni patung atau seni grafis. Para penganut gerakan ini cenderung menggolongkan jenis karya seni rupa pada dimensi kebentukannya saja seperti karya seni dua dimensi, tiga dimensi atau multi dimensi. Salah satu keunikan yang merupakan perkembangan termutakhir seni rupa Kontemporer di Indonesia adalah digunakannya teknologi informasi dan komunikasi sebagai medium berkarya seni, sesuatu yang tidak mungkin ada pada periode atau masa-masa sebelumnya. Pada periode terakhir ini kita menjumpai bentuk-bentuk karya seni rupa yang unik perpaduan antara seni dan teknologi canggih seperti video art, web art, celluler art, dsb.

53 Rongga, Karya Nyoman Nuarta.

54 Menyusu Pada Orde Baru1998 -Heri Dono

55 Kamar Ibu Dan Anak,1975, karya Jim Supangkat

56 Inul Main Ta’ Patung, Nyoman Nuarta………..

57

58 Transformasi,1995, karya Ivan Sagito,cat minyak diatas kanvas, 110 x 140 cm.

59 Rangkuman Perkembangan tema dan gaya pada karya seni rupa Nusantara telah mencapai periode seni klasik yang dapat kita saksikan pada berbagai macam benda kerajinan dan bangunan tradisional. Seni klasik di sini artinya seni yang dianggap telah mencapai mutu tinggi (puncak). Zaman seni rupa Indonesia-Hindu seringkali disebut oleh para ahli sejarah seni rupa sebagai masa seni rupa Klasik di Indonesia. Perhatikan bagaimana mutu bangunan-bangunan bersejarah berikut hiasannya di Nusantara. Karya seni rupa Nusantara klasik lainnya yang juga dianggap bernilai tinggi adalah seni wayang (wayang kulit, wayang golek). Perhatikan, di mana letak perbedaan gaya wayang golek dengan wayang kulit. Perhatikan juga bagaimana kekhasan watak-watak tokoh digambarkan secara mengagumkan. Amatilah tema apa yang ada pada ukiran Toraja, patung Asmat, Tanimbar atau Bali. Masih banyak peninggalan karya seni Nusantara yang dapat dijelaskan.

60 Pada zaman yang lebih kemudian, gaya dan aliran dalam seni rupa Nusantara dipengaruhi perkembangan seni di Eropa. Contoh, karya senirupawan Raden Saleh menganut aliran Romantisme, karena ia berguru ke Eropa yang pada waktu itu aliran Romantisme di sana sedang populer. Setelah masa kekosongan perkembangan (Raden Saleh tidak mempunyai murid yang dapat melanjutkan perkembangan seni), muncullah para pelukis pribumi seperti Pringadie, Abdoellah Sr., Basoeki Abdullah, yang menganut aliran Naturalisme, Sudjojono, tokoh yang tergolong beraliran Realisme, dan Affandi yang beraliran Ekspresionisme. Selanjutnya berbagai aliran bermunculan sebagai akibat pengaruh perkembangan seni modem di Barat.

61 Perkembangan paling akhir dalam dunia seni rupa di Indonesia adalah munculnya gerakan seni rupa Kontemporer. Gerakan yang diawali sejak kemunculan “Gerakan Seni Rupa Baru” pada pertengahan tujuhpuluhan ini kerap menggunakan/memadukan berbagai medium dalam berkarya, memadukan berbagai cabang seni (musik dan gerak) serta menggunakan pula teknologi informasi/komunikasi seperti televisi, video dan komputer (web art) sebagai basis karya-karyanya. Penganut gerakan ini tidak lagi menggunakan batasan-batasan (penggolongan) seni seperti seni lukis, patung, grafis atau pembagian seni murni dan seni pakai. Pembagian yang dikenal atau lazim digunakan kelompok ini hanyalah seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi. Gerakan seni rupa Kontemporer di Indonesia umumnya dikenali dengan karya-karya instalasi, performen dan video art


Download ppt "SEJARAH SENI RUPA INDONESIA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google