Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehDevi Harjanti Halim Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Kemiskinan dan Kemakmuran Kaum Petani pada Masa Sistem Tanam Paksa di Pulau Jawa
Disusun oleh : Ribud Haryanto Supeni Zikri Aulia Zheza Ardana
2
Pendahuluan Untuk sebagian besar penduduk, cultuurstelse kurang membawa manfaat.Van Niel telah menyatakan bahwa dalam kurun banyak terdapat pemindahan penduduk, takala kaum penduduk desa berikhtiar menghindari beban kerja berat yang kurang membawa keuntungan, dengan berpindah dari daerah pertanian menuju kekota-kota besar dan kecil, serta dari daerah pedalaman menuju ke daerah pesisir.
3
Lanjutan.. Golongan penduduk yang menjadi makmur dibawah sistem tanam paksa itu, yaitu penduduk yang memiliki tanah (atau yang mempunyai saham dalam tanah milik desa), namun yang menerima manfaat itu terutama kaum usahawan bangsa cina, serta golongan punggawa dan penjabat yang selain menerima presentase dari hasil bumi juga mempunyai “tanah bengkok” (tanah jabatan) atas dasar tanah jabatannya.
4
Bukti Mengenai Penyebab Kemiskinan
Sistem Tanam Paksa yang diterapkan oleh pemerintah jajahan Belanda pada tahun 1830 merupakan contoh klasik tentang penindasan kaum penjajah. Tujuan pokoknya ialah meningkatkan secara pokok kapasitas produksi pertanian orang-orang jawa demi keuntungan perbendaharaan kerajaan Belanda. Melonjaknya produksi dan laba ini hampir seluruhnya bersumber pada kerja paksa kaum tani jawa. Pihak pemerintah jajahan sangat sedikit menyediakan penanaman modal, dan upaya mereka untuk memperbaiki teknik produksi dan pengolahan kurang memadai dan pada umumnya tidak efektif pula
5
Kopi menjadi komoditi ekspor yang paling giat diterapkan penanamannya karena menghasilkan banyak keuntungan bagi pihak Belanda. Namun disisi lain, para petani merasa terbebani karena kopi sendiri subur di daerah perbukitan yang minim sekali penduduk Selain kopi terdapat juga tanaman tebu dan nila yang juga menyita waktu dan unsur hara dari lahan para petani, sehingga ketika musim panen tebu atau nila selesai mereka berfikir ulang untuk menanam tanaman pangan. Terdapat beberapa hal yang mendasari keadaan kemiskinan para petani pada masa sistem tanam paksa, antara lain : Pertama, sebagaimana disinggung diatas, hari kerja yang dituntut untuk budidaya paksa itu sering kali banyak waktu yang tersisa untuk penggarapan tanaman pangan.
6
Kedua, budidaya seperti tebu dan nila menggunakan jumlah besar dari tanah sawah petani yang paling baik dan bernilai paling tinggi, biasanya sampai 18 bulan selamanya. Ketiga, tanah sawah harus disediakan untuk budidaya ekspor itu pada masa tertentu, dan sebagai akibatnya kaum tani bersangkutan harus memgurbankan panen padi atau jagung yang kedua kali atau tanaman sayuran, karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk mematangkan dan memetik hasil tanaman itu sebelum tanahnya digunakan untuk keperluan tanaman ekspor yang bersangkutan. Keempat, tanaman ekspor yang ditanam pada lahan diutamakan dalam hal pembagian air irigasi, hal ini sungguh amat memberatkan bagi kaum tani bila harus menanam tebu pemerintah, karena jumlah air yang diperlukan sangat besar untuk kebun tebu yang baru mulai ditanam
7
Kelima, padi yang ditanam pada lahan yang sebelumnya dipakai untuk budidaya tebu atau nila acapkali memberi hasil panen yang kurang dari lazimnya. Keenam, sistem tanam paksa itu melipatgandakan kebutuhan terhadap hewan ternak kaum petani. Disamping aneka tugas yang langsung berkaitan dengan budi daya paksaan, sistem tanam paksa juga menuntut agar kaum tani melakukan kerja rodi-dengan imbalan kecil atau samasekali tanpa imbalan untuk melaksanakan pekerjaan umum. Akibat dari kegiatan yang sangat memaksa tersebut pada tahun 1840an, terjadi serangan wabah penyakit dan kegagalan panen yang mengakibatkan bencana kelaparan dan kematian bagi ribuan kaum tani didaerah Jawa tengah bagian utara.
8
Pandangan Penyebab Kemiskinan : Suatu Kecaman
Dipandang sepintas lalu pandangan mengenai penyebab kemiskinan didasarkan pada dua macam alasan : Yang pertama ialah bahwa pandangan mengenai penyebab kemiskinan itu mengemban kelemahan logika dan sturktural yang parah. Yang kedua ialah, bahwa terdapat banyak bukti-bukti perlawanan, yang member kesan seakan-akan Sistem Tanam Paksa itu sebaliknya membina suatu tingkat kesejahteraan merata yang sebelumnya tidak pernah dinikmati oleh kaum tani itu.
9
Pandangan mengenai penyebab kemiskinan itu secara jelas mengemukakan bahwa pada berbagai waktu dan di berbagai daerah tertentu kaum tani menderita kesengsaraan fisik dan materi yang langsung dapat dipandang sebagai akibat pelaksanaan sistem itu, atau pun yang terjadi dalam pelaksanaan sistem tersebut. Namun hal itu bukanlah sama dengan suatu pembuktian ampuh mengenai timbulnya kemiskinan yang merata. Pertama, kebanyakan bukti adalah jenis “agaknya masuk akallah kiranya”—misalnya masuk akallah kiranya bahwa bila kaum tani diharuskan menghabiskan terlalu banyak waktunya untuk menggarap tanaman pakasa untuk ekspor, Kedua, alasan yang dikemukakan mengenai terjadinya kemiskinan itu dikukuhkan dengan konteks kesejarahan Ketiga, jika alasan mengenai timbulnya kemiskinan tidak terikat pada waktu, ia tidak pula bergerak.
10
Bukti-bukti yang Berlawanan
Setelah kita perhatikan keterbatasan alasan penyebab kemiskinan itu, baiklah kita beralih membahas bukti-bukti yang berlawanan. Untuk mudahnya kami adakan pembagian dalam tiga kelompok : (1) keterangan atau penilaian deskriptif, masa kini (2) bukti-bukti angka statistic (3) bukti-bukti yang justeru mengacu pada perluasan radikal dari perekonomian dalam negeri, dangan segala akibatnya, sebagai akibat dari dampaknya Sistem Tanam Paksa itu.
11
Aneka Kesan. Kelompok pertama dari bukti-bukti itu mencakup berbagai keterangan dan kesan, terutama dari sumber-sumber resmi, yang menunjukkan adanya perbaikan terhadap materi kaum tani di berbagai daerah pulau jawa di bawah sistem tersebut. Pada laporan-laporan keuangan pada masa colonial, beberapa menunjukkan bahwa daerah karesidenan Pasuruan dan Cirebon justru mengalami kemakmuran dalam hal perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya. Bukti-bukti lain yaitu adanya angka-angka statistic mengenai pertumbuhan ekonomi masyarakat yang ada di Jawa. Beberapa table menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi masyarakat Jawa cenderung meningkat pada masa Sistem Tanam Paksa
14
Van Den Bosch, pencipta Sistem Tanam Paksa, berulang kali menegaskan bahwa faedah yand diharapkan dari sistem ini diperoleh dari penumpukan daya kerja kaum tani, khususnya dari pemanfaatan sesuatu yang dia pandang sebagai kapasitas produksi yang laten dari kaum tani itu. Penilaian tersebut terbukti tepat, namun tidak sepenuhnya menyadari dorongansistem tersebut terhadap bidang-bidang kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan kegiatan sistem itu. Selanjutnya secara lebih meluas di pulau Jawa, arus uang tunai dan penyempurnaan keadaan berkat adanya Sistem Irigasi, serta jaringan dan fasilitas pengangkutan, digairahkan pula kegiatan niaga bumiputera lainnya, diluar lingkungan tanam paksa itu.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.