Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

14 Statistik Probabilita Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi. FASILKOM

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "14 Statistik Probabilita Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi. FASILKOM"— Transcript presentasi:

1 14 Statistik Probabilita Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi. FASILKOM
Teknik Informatika

2 Hipotesis Suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan/ dugaan yg sifatnya masih sementara Hipotesis ini perlu untuk diuji utk kmd diterima/ ditolak Pengujian hipotesis : suatu prosedur yg akan menghasilkan suatu keputusan yi keputusan menerima atau menolak hipotesis

3 Penolakan suatu hipotesis bukan berarti menyimpulkan bahwa hipotesis salah dimana bukti yg tidak konsisten dgn hipotesis Penerimaan hipotesis sebagai akibat tidak cukupnya bukti untuk menolak dan tidak berimplikasi bahwa hipotesis itu pasti benar

4 Dua kesalahan yg perlu dicegah dalam pengujian hipotesis
Hipotesis (Ho) Benar Salah Diterima Keputusan benar Keputusan salah (salah jenis II) Ditolak Keputusan salah (salah jenis I)

5 DUA TIPE HIPOTESIS HIPOTESIS KORELATIF YAITU PERNYATAAN TENTANG ADA ATAU TIDAK ADANYA HUBUNGAN ANTARA DUA VARIABEL ATAU LEBIH HIPOTESIS KOMPARATIF YAITU PERNYATAAN TENTANG ADA ATAU TIDAK ADANYA PERBEDAAN ANTARA DUA KELOMPOK ATAU LEBIH

6 Prosedur Pengujian Hipotesis
Menentukan formulasi hipotesis Menentukan taraf nyata (significant level) Menentukan kriteria pengujian Menentukan nilai uji statistik Membuat kesimpulan

7 PERUMUSAN HIPOTESIS DINYATAKAN SEBAGAI KALIMAT PERNYATAAN (DEKLARATIF)
MELIBATKAN MINIMAL DUA VARIABEL PENELITIAN MENGANDUNG SUATU PREDIKSI HARUS DAPAT DIUJI (TESTABLE)

8 Menentukan formulasi hipotesis
Dibedakan 2 jenis : Hipotesis nol : suatu pernyataan yg akan diuji, hipotesis tsb tidak memiliki perbedaan/ perbedaannya nol dgn hipotesis sebenarnya. Hipotesis alternatif : segala hipotesis yg berbeda dgn hipotesis nol. Pemilihan hipotesis ini tergantung dr sifat masalah yg dihadapi

9 Ho : µ = µo dengan beberapa kemungkinan Ha
Ha : µ < µo ; µ > µo ; ataukah µ ≠ µo satu sisi satu sisi dua sisi

10 Contoh Berdasarkan informasi yang dikemukakan pada sebuah media massa, bahwa harga beras jenis “A” di suatu wilayah adalah Rp ,- (Pengujian Dua Pihak) Ho : µ = Rp ,- Ha : µ ≠ Rp ,- Berdasarkan informasi bahwa harga beras jenis “A” di suatu wilayah tidak kurang dari Rp ,- (Pengujian Satu Pihak – Kiri) Ho : µ ≥ Rp ,- Ha : µ < Rp ,- Berdasarkan informasi bahwa harga beras jenis “A” di suatu wilayah tidak lebih dari Rp ,- (Pengujian Satu Pihak – Kanan) Ho : µ ≤ Rp ,- Ha : µ > Rp ,-

11 Hipotesis H diterima jika: -z1/2(1- α) < z < z1/2(1- α)
UJI DUA PIHAK H: θ = θo A: θ ≠ θo penolakan H penolakan H daerah penerimaan H ½ α ½ α Hipotesis H diterima jika: -z1/2(1- α) < z < z1/2(1- α)

12 Contoh kasus Sebuah perusahaan rokok menyatakan bahwa kadar nikotin rata-rata rokok yg diproduksinya tidak melebihi 2,5 mg. Nyatakan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya yg akan digunakan utk menguji pernyataan tsb Suatu agen real estate menyat 60% diantara rmh pribadi yg baru selesai dibangun mrp rmh dgn 3 kamar tidur. Utk menguji pernyt tsb diperiksa sejml besar rmh. Proporsi rmh yg memp 3 kamar tdr dicatat dan dipergunakan dlm statistik uji. Nyatakan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya yg akan digunakan utk menguji pernyataan tsb

13 Menentukan taraf nyata (significant level)
Besarnya batas toleransi dlm menerima kesalahan hsl hipotesis thd nilai parameter populasinya Besarnya taraf nyata bergantung pd keberanian pembuat keputusan yg dlm hal ini berapa besarnya kesalahan yg akan ditolerir Besarnya kesalahan tsb disebut sbg daerah kritis pengujian/ daerah penolakan

14 Menentukan kriteria pengujian
Bentuk pembuatan keputusan dlm menerima/ menolak hipotesis nol dgn cara membandingkan nilai α tabel distribusinya dgn nilai statistiknya sesuai dgn btk pengujiannya Penerimaan Ho : nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritis Penolakan Ho : nilai uji statistiknya berada dalam nilai kritis

15 Menentukan nilai uji statistik
Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dgn distribusi tertentu dalam pengujian hipotesis Distribusi Z, t, F dsb

16 4. Uji Statistik - Jika simpangan baku populasi diketahui, - jika simpangan baku populasi tidak diketahui,

17 b). Untuk sampel kecil (n < 30) prosedurnya sama hanya pengujian statistiknya menggunakan distribusi t

18 Pengujian hipotesis beda dua rata-rata
Uji Statitistik Jika simpangan baku populasi diketahui, - jika simpangan baku populasi tidak diketahui

19 Membuat kesimpulan Penetapan keputusan dlm penerimaan/ penolakan hipotesis nol sesuai dgn kriteria pengujiannya Pembuatan kesimpulan dilakukan stlh membandingkan nilai uji statistik dgn α tabel / nilai kritis

20 Contoh soal 1. Sebuah sampel random 150 catatan kematian negara X selama tahun lalu menunjukkan umur rata-rata 61,8 th dgn simpangan baku 7,9 th. Apakah itu menunjukkan bahwa harapan umur sekarang lebih dari 60 tahun? Gunakan taraf nyata 5%

21 Contoh Soal 2. Ada anggapan mengenai harga beras di pasar bebas daerah kota “A” Rp. 600,-/Kg dengan simpangan bakunya Rp. 25,-. Berangkat dari anggapan tersebut diatas, selanjutnya diadakan penelitian terhadap 40 kios beras sebagai sampel yang diambil secara acak, dan ternyata diperoleh informasi dari data tersebut rata-rata harga beras di pasar bebas adalah sebesar Rp 594,-/kg. Pertanyaan uji kebenaran anggapan diatas dengan taraf nyata 5% ?

22 Uji dua pihak: Ho : µ = Rp. 600,- Ha : µ ≠ Rp. 600,-
Perhitungan sampel: Untuk Z0.05/2 = Z(0.025) = 0.5 – = Z = ±1.96 X = µ0 ± (Za/2 ) (SX) = 600 ± (1.96) (25/ √40) = 600 ± 7.75

23 3. Manajer pemasaran sebuah produk aditif bahan bakar mengatakan bahwa jml rata-rata produk aditif yg terjual adl 1500 botol. Seorang karyawan di pabrik ingin menguji pernyataan manajer pemsaran dgn mengambil sampel selama 36 hari. Dia mendapati bahwa jml penjualan rata-ratanya adlh 1450 botol. Dr catatan yg ada, deviasi standart penjualan 120 botol. Dgn menggunakan α = 0,01, apakah kesimpulan yg dpt ditarik oleh karyawan tsb

24 3. Dari dua populasi normal yg bebas ditarik dua sampel random berukuran n1 = 35 dan n2 = 50 yang menghasilkan rata-rata 85 dan 78 dengan simpangan baku 5,4 dan 3,6. Ujilah hipotesis pada taraf nyata 5% bahwa μ1= μ2 dgn alternatifnya μ1≠ μ2

25 Pengujian Hipotesis Proporsi
Pengujian hipotesis satu proporsi a. Menentukan formulasi hipotesis b. Menentukan taraf nyata (significant level) c. Menentukan kriteria pengujian d. Menentukan nilai uji statistik e. Membuat kesimpulan

26 Uji statistiknya Ket : n = banyaknya ukuran sampel X = banyaknya ukuran sampel dengan karakteristik tertentu

27 2. Pengujian hipotesis beda dua proporsi
a. Menentukan formulasi hipotesis b. Menentukan taraf nyata (significant level) c. Menentukan kriteria pengujian d. Menentukan nilai uji statistik e. Membuat kesimpulan

28 Uji statistiknya Dimana :

29 Ho : P = Po Prosedur pengujian: 1). Formulasi hipotesis:
Ha : P < Po ; P > Po ; atau P ≠ Po 2). Penentuan nilai α dan nilai Z tabel

30 Contoh Soal 1. Diduga sekurang-kurangnya 60% penduduk di suatu daerah mendukung perkara perdata oleh suatu kota tetangga yang berdekatan. Kesimpulan apakah yg Anda tarik bila hanya 110 diantara 200 orang yang diambil secara random mendukung perkara tersebut? Gunakan taraf nyata 4%

31 2. Sebuah pabrik rokok memproduksi dua merek rokok yang berbeda
2. Sebuah pabrik rokok memproduksi dua merek rokok yang berbeda. Ternyata 56 orang diantara 200 perokok menyukai merek A dan 29 diantara 150 perokok menyukai merek B. Dapatkah kita menyimpulkan pada taraf nyata 0,06 bahwa merek A terjual lebih banyak daripada merek B?

32 1 arah vs 2 arah Pengujian dua arah adalah pengujian terhadap suatu hipotesis yang belum diketahui arahnya. Misalnya ada hipotesis, ‘diduga ada pengaruh signifikan antara variabel X terhadap Y’. Hipotesis tersebut harus diuji dengan pengujian dua arah. Sedangkan hipotesis yang berbunyi, ‘diduga ada pengaruh positif yang signifikan antara variabel X terhadap Y’. Nah, hipotesis tersebut harus diuji dengan pengujian satu arah. Bedanya apa? Lihat saja kedua hipotesis tersebut, ada kata positif dan tidak ada kata positif.

33 1 arah vs 2 arah Jadi jika kita sudah mengetahui arah dari hubungan antara dua variabel, maka kita harus menggunakan pengujian satu arah. Coba perhatikan hipotesis ini, ‘diduga X berbeda dengan Y’. Nah pengujiannya apa? Ya jelas pengujian hipotesis dua arah. Berbeda dengan ini, ‘diduga X lebih tinggi dari pada Y’, di mana ini adalah pengujian hipotesis satu arah.

34 1 arah vs 2 arah Perumusan hipotesis, apakah menggunakan arah atau tidak, dilakukan berdasarkan telaah teoretis, atau merujuk kepada penelitian yang telah ada sebelumnya (kalau ada). Misalnya, sudah ada referensi bahwa variabel X berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y, maka jika kita akan melakukan replikasi terhadap penelitian tersebut, ya sebaiknya menggunakan hipotesis satu arah. Artinya kita melangkah lebih lanjut dari pada penelitian sebelumnya yang hanya mengetahui bahwa ada pengaruh saja. Penelitian kita akan memberikan manfaat lebih lanjut, yaitu bahwa pengaruh tersebut adalah positif atau negatif.

35 1 arah vs 2 arah Jika kita menggunakan analisis regresi linear, maka untuk pengujian dua arah, dan menggunakan signifikansi sebesar 5%, maka signifikansi akan dilihat dari nilai signifikansi output, di bawah 0,05 (hipotesis diterima) atau di atas 0,05 (hipotesis ditolak). Kita tidak perlu melihat berapa nilai t outputnya, apakah positif atau negatif. Akan tetapi, jika kita menggunakan hipotesis satu arah, pada signifikansi 5%, maka nilai signifikansi output harus dibagi dengan dua terlebih dahulu. Misalnya output signifikansi adalah sebesar 0,96, maka hipotesis diterima, karena 0,96 : 2 = 0,48 (< 0,05). Atau bisa diringkas, bahwa pada pengujian satu arah, maka hipotesis diterima jika signifikansi output di bawah 0,10. Dengan catatan, nilai t hitung (positif atau negatif) selaras dengan perumusan hipotesisnya apakah positif atau negatif.

36 1 arah Untuk memperjelas saya ingin memberikan suatu contoh kasus hipotesis yang mudah. Misalnya kita ingin menguji suatu kadar emisi kendaraan apakah mencapai batas tertentu atau tidak. Maka, yang menjadi perhatian kita adalah melebihi batas emisi ataukah tidak. Bila kadar emisi lebih kecil dari batas emisi dianggap masih menjadi hipotesis awal karena semakin kecil semakin baik. Dalam hal ini hipotesis yang digunakan adalah 1 arah.

37 1 arah Untuk memperjelas saya ingin memberikan suatu contoh kasus hipotesis yang mudah. Misalnya jika hipotesis kita berbunyi, “ pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan”. Artinya semakin tinggi pendidikan semakin besar pendapatan”. Maka pengujiannya menggunakan uji satu arah. Atau, misalnya “ umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan”. Artinya semakin tua umur semakin rendah pendapatan”. Ini juga menggunakan pengujian satu arah.

38 2 arah Misalnya kita ingin menguji kadar racun dalam tubuh manusia misalhnya kreatinin dan ureum. Maka kita konsen pada dua arah. Apabila kadar kreatinin dan ureum melebihi batas normal sangat berbahaya. sedangkan apabila lebih kecil dari batas normal juga berbahaya. Yang bagus adalah kadarnya pas dengan batas normal. Oleh karena itu lebih cocok menggunakan hipotesis 2 arah.

39 2 arah Tetapi jika hipotesisnya berbunyi, “ terdapat pengaruh umur terhadap pendapatan”. Artinya umur bisa berpengaruh positif , tetapi juga bisa berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Maka, pengujiannya menggunakan uji dua arah.

40 Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi


Download ppt "14 Statistik Probabilita Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi. FASILKOM"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google