Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSusanti Muljana Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Penulis : Dwi Halimah (41613010028) Teknik Industri 2013
PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksmanii DAN Penicillium spinulosum DALAM BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK NABATI Penulis : Dwi Halimah ( ) Teknik Industri 2013
2
Apa itu BIOREMEDIASI ? Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
3
Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
4
Metode penilitian : Isolasi Mikrofungi
Sampel diambil dari daun, ranting, buah mangrove yang telah membusul, dan batu di daerah Muara Kapuk(jakarta). Kemudian dikerik dengan menggunakan jarum ose dan ditumbuhkan pada media agar PDA (Poptatoes dextrose ) agar ), diinkubasi pada suhu 27°C selama 2-5 hari dan diamati pertumbuhannya. 2. Seleksi mikrofungi Setelah 205 hari isolat ditumbukan pada media, didapatkan kultur mikrofungi yang heterogen dalam media 3. Identifikasi mikrofungi Identifikasi mikrofungi dilakukan berdasarkan ciri-ciri mikroskopik dengan pengamatan struktur morfologi mikrofungi dengan membuat slide kultur mikrofungi yang kemudian diamati dengan menggunakan mikriskop. 4. Penetuan efiensi konsentrasi media PDB dengan air Penentuan konsentrasi penggunaan media PDB (Potatoes Dextrose Broth) pada percobaan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. 5. Penentuan konsentrasi minyak nabati untuk penelitian konsentrasi minyak nabati yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100mg/l dan 200 mg/l. Penentuan konsentrasi minyak tersebut didasarkan pendekatan kadar alamiah minyak nabati di perairan 5. Penyiapan air Air laut bersalinitas 33psu diberi kaporit dan diinapkan semalam. Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroorganisme dalam air laut
5
Dari hasil penelitian Penicillium waksamanii memiliki karakteristik koloni berwarna hijau keabu-abuan dan tepi koloni berwarna putih keabu-abuan. Sedangkan penicillium spinulosum terlihat hampir sama dengan koloni nP. Waksamanii yang berwarna hijau keabu-abuan, tepi koloni berwarna putih keabu-abuan seperti debu.
6
Kesimpulan : P. Spinulosum lebih baik kemampuannya dalam menurunkan kadar minyak nabati dibandingkan P. Waksamanii. Reduksi konsentrasi minyak nabati pada perlakuan 100ppm yang dilakukan oleh P. Waksmanii dan P. Spinulosum sebesar 76,70 % dan 89%. pada percobaanndengan konsentrasi minyak nabati sebesar 56,65% (P.waksmanii) dan 89,30% (P.spinulosum)
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.