Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Laporan Praktek Kerja Lapangan Surveilans Gizi Kabupaten Sanggau.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Laporan Praktek Kerja Lapangan Surveilans Gizi Kabupaten Sanggau."— Transcript presentasi:

1 Laporan Praktek Kerja Lapangan Surveilans Gizi Kabupaten Sanggau

2 A.Latar Belakang  Masalah gizi di indonesia saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, a). Masalah yang telah di kendalikan (kekurangan vitamin A dan gangguan ketika kekurangan iodium) b). Masalah yang belum selesai (stunting,gizi kurang dan anemia pada ibu hamil ) c) Masalah baru yang mengancam kesehatan masyarakat (gizi lebih) Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk mengatasi penyebab langsung,tidak langsung,dan akar masalah melalui upaya intervensi gizi yang spesifik dan intervensi gizi sensitif.

3 B. Tujuan 1.Tujuan Umum mahasiswa memahami sistem informasi gizi dan melaksanakan pengumpulan,pengolahan dan analisis data yang berkaitan dengan gizi,serta melaksanakan disiminasi hasil analisis kepada pihak yang berkepentingan 2. Tujuan khusus  mahasiswa memahami sistem informasi gizi di tingkat provinsi,kabupaten,kecamatan/puskesmas  Mahasiswa mampu melaksanakan pengumpulan data gizi yang mencakup 18 indikator gizi,indikator input,indikatur proses,indikator output,dan indikator outcome,data lintas program,dan data lintas sektor yang berkaitan dengan masalah gizi.

4 C. HASIL  Hasil outcome 1.Prevalensi Balita gizi kurang dan sangat kurang di wilayah Puskesmas Entikong tahun 2014-2016 Dari data disamping dapat disimpulkan bahwa pada balita gizi kurang dan sangat kurang pada tahun 2014 dan 2015 mengalami penurunan, sedangkan tahun 2016 mengalami peningkatan. Ini dapat disebabkan karena data jumlah KK keluarga miskin prevalensi nya tertingginya pada tahun 2016 terdapat di Desa Pala Pasang

5 2. Prevalensi Balita sangat pendek di wilayah Puskesmas Entikong Dari data disamping dapat disimpulkan bahwa pada balita pendek dan sangat pendek pada tahun 2014 dan 2015 mengalami peningkatan, sedangkan tahun 2016 mengalami penurunan. Ini disebabkan karena presentase ibu hamil KEK pada tahun 2015-2016 bahwa semua ibu hamil KEK mendapat PMT.

6 C. HASIL 3. Prevalensi Balita kurus dan sangat kurus di wilayah Puskesmas Entikong Dari data disamping dapat disimpulkan bahwa pada balita gizi kurus dan sangat kurus pada tahun 2014 dan 2016 mengalami penurunan, sedangkan tahun 2016 mengalami peningkatan. Ini dapat disebabkan karena prevalensi KEK dan Anemia tertinggi pada ibu hamil tahun 2016 terdapat di Desa Semanget

7 4. Prevalensi Balita pendek pada anak baru masuk sekolah dari data di samping dapat kita lihat bahwa prevalensi pendek dan sangat pendek pada tahun 2016 prevalensi tertinggi terdapat di SDN 06 dan SDN 03 sontas.prevalensi pendek dan sangat pendek di tiga sdn di wilayah puskesmas entikong tahun 2016 SDN 06 merau dan SDN 03 sontas di kategorika tinggi karena melebihi indikator <20%.ini dapat di sebabkan karena dapat disebabkan karena data jumlah KK keluarga miskin prevalensi tertinggi nya pada tahun 2016 terdapat di desa pala pasang

8 5. Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil Dari gambar di samping dapat kita lihat bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 2016 prevalensi tertinggi terdapat di desa semanget dan prevalensi terendah terdapat di desa tembawang.anemia pada ibu hamil di 5 desa wilayah puskesmas entikong di kategorikan kurang baik karena melebihi target indikator 34%.ini di sebabkan karena data ibu hamil yang mendapatkan TTD masih di kategorikan rendah,dan juga di sebabkan oleh pendistribusian TTD yang di berikan tidak merata atau ibu hamil yang tidak mau mengkonsumsi TTD tersebut.

9 6. Prevalensi KEK pada Ibu Hamil Dari grafik di samping dapat di simpulkan bahwa tren prevalensi ibu hamil KEK pada tahuun 2015-2016 mengalami penurunan.ini di sebabka karena presentase ibu hamil kek yang mendapatkan PMT pada tahun 2015-2016 adalah 100%.artinya bahwa ib hamil yang mengalami kek semuanya mendapatkan PMT.

10  Indikator output  1. persentasi kasus balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan  Dari gambar disamping dapat kita lihat bahwa, prevalensi ksus blita gizi buruk yang mendapatkan perawatan pada tahun 2014 – 2016 adalah semua kasus balita gizi buruk dapat di tangani dan mendapatkan perawatan. Prevalensi kasus balita gizi buruk di wilayah pukesmas entikong dari tahun 2014- 2016 di katagorikan baik karna sudah mencapai target indikator yaitu 100 %

11  2. persentasi balita yang di timbang berat badan  Dari grafik disamping dapat disimpulkan bahwa cakupan balita yang ditimbang berat badan tahun 2016 terdapat peningkatan pada bulan februari dan bulan agustus. Ini disebabkan karena adanya kegiatan pemberian kapsul vitamin A pada balita umur 6-59 bulan yang dilakukan pada bulan februari dan agustus sehingga menimbulkan tred.

12  3. persentase bayi usia < 6 bulan mendapatkan asi ekslusif  Dari gambar disamping dapat kita lihat bahwa prevalensi bayi usia < 6 bulan mendapatkan asi ekslusif pada tahun 2014- 2016 mengalami penurunan.  Ini dapat di sebabkan karena adanya faktor pendidikan, dimana kecamatan entikong presentasi pendidikan pada tahun 2016 adlah warga yang pendidikan terakhirnya adlah tamatan SD.  Ini dapat di pengaruhi, karena kurangnya pengetahuan ataupun informasi mengenai asi ekslusif sehingga tidak dapat memberikan asi ekslusif yang maksimal.

13  4. presentasi rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium  Dari gambar disamping dapat kita lihat bahwa prevalensi RT mengkonsumsi garam beriodium pada tahun 2015 dan tahun 2016 mengalami peningkatan ini disebabkan karena seringnya dilakukan penyuluhan mengenai informasi garam beriodium pada saat posyandu di masing masing desa. Tetapi data ini masih dikata gorikan kurang baik karena belum mencapai target indikator yang di tetapkan adalah 95 %

14  5. persentasi balita 6 -59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A  dari gambar disamping prevalensi balita usia 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A pada tahun 2014 terjadi penurunan dan pada tahun 2016 terjadi peningkatan.  Prevalensi balita umur 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A diwilayah kecamatan entikong dari tahun 2014-2016 dikatagorikan kurang baikkarens blm mencapai inikator yaitu 85 %  Ini dapat disebabkan karena persentasi balita ditimbang mengenai berat badan pada tahun 2016 belum mencapai indikator yaitu 65 %

15  6. persentasi ibu hamil yang mendapatkan TTD  Dari gambar disamping dapat dilihat bahwa prevalensi ibu hamil yang mendapatkan tablet TTD pada tahun 2014- 2016 mengalami penurunan. Prevalensi ibu hamil yang mendapatkan TTD diwilayah pukesmas entikong tahun 2014 – 2016 masih dikatakan rendah, karena berdasarkan data prevalensi anemia ibu hamil pada thun 2016 ibu hamil yang menderita anemia masih di katagorikan tinggi. Ini disebabkan karena ibu hamil itu sendiri tidak mengkonsumsi dikarenai alasan seperti mual, ataupun bau TTD

16  7. persetasi ibu hamil KEK (kekurangna energi kronik ) yang mendapatkan makanan tambahan  Dari gambar di samping dapat kita lihat bahwa persentasi ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan pada tahun 2015 dan 2016 adalah 100 %, artinya semua ibu hamil yang menderita KEK mendapatkan perawatan berupa makanan tambahan yang diberikan secara langsung oleh ahli gizi dan kader kader setempat.

17  8. Persentasi balita kurus yang mendapatkan makana tambahan  Dari data disamping dapar kita lihat bahwa persentasi balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan adalah 2015 dan 2016 adalah 100 %, artinya semua balita kurus mendapatkan perawatan berupa makanan tambahan yang diberikan secara lansung yang di berikan oleh ahli gizi dan kader “ setempat

18  9. Persentasi remaja putri mendapatkan TTD  Dari gambar disamping dapat kita lihat bahwa prevalensi remaja putri mendoat TTD di 5 desa wilayah pukesmas entikong sebagaian besar di katagorikan baik karena melebihi target indikator yaitu, 15 %  Ini karena ahli gizi atau kader setempat, langsung memberikan TTD kepada semua remaja putri di sekolah masing “

19  10. Persentasi ibu nifas medapatkan kapsul vitamin A  Dari gambar di samping dapat kita lihat bahwa prevalensi ibu nifas mendapatkan kapsul vitamin A pada tahun 2014 dan 2015 mengalami penurunan, sedangkan pda tahun 2016 mengalami peningnkatan. Ini dikarenakan bahwa ibu nifas pada tahun 2016 semuanya mendapatkan kapsul vitamin A

20  11. persentasi bayi yang baru lahir mendapatkan IMD  Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa persentasi bayi baru lahir yang dapat IMD pada tahun 2014 dan 2015 mengalami penurunan dan tahun 2016 mengalami peningkatan ini karena setiap ibu hamil di berikan konseling.

21  12. persentasi bayi dengan berat badan lahir rendah ( BBLR ) < 2.500 gr  Dari gambar disamping dapat kita lihat bahwa persentasi bayi BBLR (< 2500 gr ) pada tahun 2016 persentase tertinggi terdapat di desa pala pasang dan persentasi terendah terdapat di desa semanget dan desa nekan. Persentasi bayi BBLR di 5 desa wilayah desa entikong dikatagprikan baik karena dibawha target indikator yaitu 11% dikarenakan data prevalensi ibu hami KEK pada tahun 2014 – 2016 mengalami penurunan yang siknifikan.

22  13. persentasi balita mempunya buku KIA atau KMS  Dari gambar disamping menunjukan bahwa prevalensi balita yang mempunyai buku KIA atau KMS tahun 2016 di 5 desa wilayah pukesmas entikong 100 % dan di katagrikan baik karena melebihi target indikator yaitu 85 % 

23  14. Persentasi balita ditimbang naik berat badannya  Dari gambar disamping menunjukan prevalensi balita di timbang yang naik berat badannya ( N/D ) pada tahun 2016 mengalami penurunan dan peningktan setiap bulannya ini berkaitan dengan data persntase balita yang ditimbang berat bdannya pada tahun 2016.

24  15. Persentasi balita di timbang tidak naik berat badannya  Dari gambar di samping menunjukan bahwa grafik balita di timbang yang tidak naik berat badannya ( T/D ) tahun 2016, mengalami penurunan dan peningkatan setiap bulannya, ini berkaitan dengan data persentase balita yang di timbang berat badannya pada tahun 2016

25  16. Persentasi balita yang di timbang yang tidak naik berat badannya 2 x berturut turut ( 2T )  Dari gambar di samping menunjukan balita yang di timbang tidak naik berat badannya 2 x berturut “ (2t/D) tahun 2016 mengalami penurunan dan peningkatan setiap bulan. Ini berkaitan dengan data persentase balita yang di timbang BB pada tahun 2016. Berdasarkan data tersebut data ini di kata gorikan baik karena di bawah target indikator yaitu 15 %

26  17. Persentase balita BGM  Dari data disamping dapat kita lihat grafik balita BGM pada tahun 2016 mengalami penurunan dan peningkatan setiap bulan. Berkaitan dengan data presentase balita yang ditimbang berat badannya pada tahun 2016. berdasarkan data terebut dikatagorikan baik karna dibawah target indikator yaitu 4%

27  18. Persentase Ibu Hamil Anemia  Dapat kita lihat bahwa persentase pravalensi anemia pada ibu hamil tertinggi pada desa Semanget dan pravalensi terendah terdapat di desa Suruh di Tembawang. Ini dikarenakan persentase ibu hamil yang mendapatkan TTD dikatagorikan masih rendah karena dibawah target indikator 85%.

28  19. peresentase kasus balita ISPA dan Diare  Pada gambar disamping pravalensi kasus balita ISPA dan diare pada tahun 2014-2016. pada 2014 dan 2015 mengalami peningkatan sedangkan tahun 2016 mengalami penurunan.

29  20. Persentase rumah sehat  Dari gambar disamping menunjukan bahwa prevalensi rumah sehat pada tahun 2016 tertinggi terdapat di desa entikong dan yang terendah di desa nekan. Prevalensi rumah sehat di 5 desa di wilayah pukesmas entikong dikatakan kurang baik karena di abwah indikator yaitu 75 %

30  21. Persentasi jamban sehat  Dari gambar di samping menunjukan bahwa prevalensi jamban sehat 2016 tertinggi terdapat di desa palapasang dan terendah di desa semanget. Prevalensi jamban sehat di5 desa di wilayah pikesmas entikong dikatagorikan kurang baik, karena di bawah taarget indikator yaitu 60%

31  22. persentasi air bersih  Dari data disamping menunjukan bahwa prevalensi air bersih tahun 2016 prevalensi tertinggi di desa pala pasang dan terendah di desa suruh tembawang prevalensi air bersih di 5 desa wilayah pukesmas entikong di kata gorikan kurang baik karena d bawah target 68 % 

32  23. jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan  Dari gambar di atas menujukan bahwa persentase pedidikan di kecmatan entikong tahun 2016, tidak tamaht SD 31.29% tamat SD 43,2%, tamat SLTP 19, 81% tamat SLTA 4.78 % diploma 0.27 %, S1 0.38 %, S2 0.04%

33  24. Jumlah penduduk berdasarkan kk keluarga miskin  Dari data di samping menujukan bahwa persetase penduduk miskin di kemacamatan entikong tahun 2016 tertinggi terdapat di desa palapasang dan terendah di desa entikong.

34

35  Hasil Output 1.Persentase Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapatkan perawatan 2.Persentase Balita yang ditimbang berat badan 3.Persentase Bayi usia < 6 bulan mendapat ASI Eksklusif 4.Persentasi Rumah Tangga mengkonsumsi garam beriodium 5.Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 6.Persentase Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah 7.Persentase Ibu Hamil KEK yang mendapat PMT 8.Persentase balita kurus yang mendapat PMT 9.Persentase remaja putri mendapat tablet tambah darah 10.Persentase Ibu Nifas mendapat kapsul vitamin A

36 Penyebab masalah  Langsung

37

38


Download ppt "Laporan Praktek Kerja Lapangan Surveilans Gizi Kabupaten Sanggau."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google