Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Head Injury (HI).

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Head Injury (HI)."— Transcript presentasi:

1 Head Injury (HI)

2 PENDAHULUAN Istilah : Head Injury (HI) =Traumatic Brain Injury (TBI) = Trauma Capitis HI menyebabkan separuh kematian karena cedera, serta penyebab utama morbiditas & mortalitas di masyarakat. Pukulan pada kepala dapat menyebabkan kulit kepala memar, pukulan yang keras dapat menyebabkan kulit kepala robek, meskipun kepala dilindungi oleh helm pelindung, otak dapat mengalami cedera berat. Cedera kepala merupakan salah satu contoh kasus kompleks, melibatkan lintas profesi kesehatan seperti Dokter, Perawat, Fisioterapi, Okupasi terapi, Speech terapi, Orthotik prostetik, Petugas sosial medik, Psiakiater, psikolog, serta ahli gizi.

3 PENGERTIAN Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala (OTAK), bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik . Menurut David A Olson dalam artikelnya, cedera kepala didefenisikan sebagai beberapa perubahan pada mental dan fungsi fisik yang disebabkan oleh suatu benturan keras pada kepala . Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak termasuk otak Dengan akibat hilangnya kesadaran sampai koma (tidak membuka mata, tidak ada respon motorik dan tidak ada respon verbal), amnesia pasca traumatik (PTA), defisit fungsi neurologi Dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah dan kerasnya trauma.

4 Insiden HI: 5 besar kasus neurologi pada otak
Insiden di berbagai negara bervariasi (contoh Australia: /100 ribu per tahun dan 5-10% kasusnya berat; Inggris: 1 jt kec. Lalin, 5000 fatal 1500 selamat dgn kerusakan otak) Umumnya laki-laki : wanita = 2 : 1

5

6 NEUROANATOMI Otak Kulit Kepala Tulang tengkorak Meningen
Duramater Arteri-Arteri meningen Selaput Archnoid Piamater Cairan Cerebrospinal Otak Peredaran darah di Otak Pelindung otak

7 Otak Berat otak 1200 – 1400 gram (2 % Berat Badan) Terbagi atas
Otak besar (cerebrum) Otak kecil (cerebellum) Batang otak (brain stem, truncus cerebri)

8 OTAK BRAIN BRAIN STEM DIENCEPHALON CEREBRUM CEREBELLUM CEREBRAL CORTEX
BASAL GANGLIA MEDULLA OBLONGATA PONS THALAMUS HYPOTHALAMUS MESENCEPHALON

9 1. BRAIN STEM FUNGSI VEGETATIF: Breathing Circulation digestion

10 2. DIENCEPHALON HYPOTHALAMUS: Controls many homeostasis functions important in maintaining stability of the internal environment THALAMUS: Performs some primitive sensory processing, and plays a role in coordinating movements

11 3. CEREBRUM Otak besar terbagi menjadi 4 lobus
Frontalis Parietalis Temporalis Occipitalis cerebrum (otak besar) merupakan bagian otak manusia yang terbesar, paling berkembang dan memiliki fungsi luhur yang paling utama. Otak besar terdiri dari substansia abu-abu (grey mater) setebal + 2 cm (cortex cerebri) yang berfungsi sebagai pusat intelektual, pusat bicara, emosi, integrasi sensorik dan motorik, kontrol gerak dan lain-lain.

12 CORTICAL LOBES

13 Sedangkan bagian dalam otak merupakan substansia putih (white matter) berisi “network” serabut-serabut saraf yang memungkinkan antar bagian otak saling berkomunikasi dan jaringan penyangga saraf yang berfungsi memberi bentuk otak.

14 THE HUMAN BRAIN MIND (memory, thought/ intellect, emotion)
CONSCIOUSNESS COGNITION PERCEPTION PERSONALITY BEHAVIOR (Produces) The largest organ of the body Composed of soft tissue (jelly) Needs strict protection In adult: 1,300 g Mushroom-shaped

15 4. CEREBELLUM Cerebellum (otak kecil) merupakan bagian otak terbesar kedua, yang bertanggung jawab dalam mengaturkeseimbangan, koordinasi dan berbagai kontrol motorik Brain stem (batang otak) merupakan jalur terakhir dari otak yang menghubungkannya dengan medulla spinalis. Batang otak ini bertanggung jawab pada berbagai fungsi otonom seperti kontrol pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, bangun, rangsangan dan perhatian.

16 CORTICAL LOBES

17 Selaput Otak-Spinal (Meninx)
Selaput otak-spinal terdiri dari 3 lapis, yaitu: Duramater Arachnoid Piamater Dengan adanya selaput ini, maka terbentuk ruangan-ruangan Subdural Sub arachnoid (tempat mengalirnya cairan otak spinal) Intra cerebral

18                                               

19

20 Vaskularisasi Otak Sistem Karotis sinistra dan dextra
- Masuk cavum cranii Carotis Interna  Carotis Cerebri Media Sistem Vertebra basilaris sinistra dan dextra Sistem vaskularisasi yang terganggu menentukan topis lesi pada stroke

21

22

23

24 CIRCLE OF WILLIS

25

26

27

28

29

30 NEUROFISIOLOGI Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi terlentang sama dengan tekanan CSS (Cairan Serebrospinal) yang diperoleh dari lumbal fungsi yaitu 4 – 10 mmHg . Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia. Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie .

31 PATOFISIOLOGI1 Berdasarkan patofisiologinya cedera kepala dibagi menjadi : Cedera kepala primer merupakan cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian cedera, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Cedera ini umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sakit dapat menjalani proses penyembuhan yang optimal. Cidera axon yang diffuse Laserasi Concussion, contusion Cedera kepala skunder merupakan proses lanjutan dari cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik . Pada penderita cedera kepala berat, pencegahan cedera kepala skunder dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan penderita . Penyebab cedera kepala skunder antara lain; penyebab sistemik (hipotensi, hipoksemia, hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia) dan penyebab intracranial (tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak (brain shift), vasospasme, kejang, dan infeksi) Perdarahan : ekstradural, intradural (sub dural, sub arachnoidea dan intra cerebral) Pembengkakan otak : kongesti vena, edema Infeksi : meningitis, abses

32 PATOFISIOLOGI2 Aspek patologis dari cedera kepala antara lain;
Hematoma epidural (perdarahan yang terjadi antara tulang tengkorak dan dura mater), Perdarahan subdural (perdarahan yang terjadi antara dura mater dan arakhnoidea), Higroma subdural (penimbunan cairan antara dura mater dan arakhnoidea), Perdarahan subarakhnoidal (perdarahan yang terjadi di dalam ruangan antara arakhnoidea dan permukaan otak), Hematoma serebri (massa darah yang mendesak jaringan di sekitarnya akibat robekan sebuah arteri), Edema otak (tertimbunnya cairan secara berlebihan didalam jaringan otak), Kongesti otak (pembengkakan otak yang tampak terutama berupa sulsi dan ventrikel yang menyempit), Cedera otak lokal (kontusio, laserasio, hemoragia dan hematoma serenri setempat), Lesi nervus kranialis dan lesi sekunder pada cedera otak .

33

34 Lesi Intrakranial

35 ETIOLOGI Trauma Blunt (masif) Kecelakaan lalu lintas (65%) Kecelakaan olahraga (misal Tinju) Kecelakaan kerja (Jatuh dari ketinggian) Percobaan bunuh diri Perkelahian, dll Trauma lokal Luka tembakan Tertusuk pisau Lemparan batu, dll Di EROPA & ASIA berbagai faktor resiko terjadinya trauma head injury diantaranya yaitu : Senjata api 39%, Kecelakaan Mobil 14%, Kecelakaan motor 17%, Kecelakaan sepeda 3%, Pukulan sesuatu 17%, karena terjatuh 10%. (cedera olah raga?).

36 Gambar Beberapa etiologi dari Head Injury

37 A traumatic brain injury from a car crash, fall, or sports-related incident, can create a variety of lasting behavioral and mental changes depending on the areas of the brain that are injured. The frontal and temporal lobes of the brain, major speech and language areas, often receive damage. As a result, communication difficulties frequently occur. Other problems depending on the injury location can include impaired swallowing, walking, or coordination as well as changes in the ability to smell, remember, or think. Transplant techniques under investigation aim to promote the repair of brain damage and reinstate lost functions.

38 Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka Trauma kepala tertutup
(Komusio serebri/Gegar otak, Kontusio serebri /Memar otak, Perdarahan sub dural, Perdarahan Intraserebral )

39 Trauma kepala terbuka Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak.

40 Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah : Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid ) Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga ) Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung ) Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung ) Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga) Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan perdarahan / serosanguinis.

41 Trauma kepala tertutup
Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi dibedakan atas koup kontusio dimana lesi terjadi pada sisi benturan, dan tempat benturan. Pada kepala yang relatif diam biasanya terjadi lesi koup, sedang bila kepala dalam keadaan bebas bergerak akan terjadi kontra koup. 1. Komusio serebri ( Gegar otak ) Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kurang dari 10 menit ). Gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda didepan mata dan linglung 2. Kontusio serebri (Memar otak ) Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang akan menimbulkan edema jaringan otak di daerah sekitarnya

42 a. Perdarahan epidural (di luar duramater)
Perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang makin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral. Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang tidak membaik setelah beberapa hari.

43 b. Perdarahan sub dural Merupakan perdarahan antara duramater dan arakhnoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak. Tanda-tanda akan gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan kantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, dan gelisah. Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil. Perdarahan subdural subakut Biasanya berkembang 7 sampai 10 hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat. Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran yang dalam Perdarahan subdural kronik Terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu tetapi bulan. Keadaan ini pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.

44 c. Perdarahan Intraserebral (dalam jaringan otak
atau di bawah piamater) Merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Perdarahan mungkin menyertai contra coup phenomenon. Kebanvalan dihubungkan dengan kontusio dan terjadi dalam area frontal dan temporal. Akibat adanya substansi darah dalam jaringan otak akan menimbulkan edema otak. Gejala neurologik tergantung dari ukuran dan lokasi perdarahan.

45 Gambar Mekanisme Kerusakan Otak pada TBI

46 Mekanisme kerusakan otak
Mekanisme ekstra kranial Hypoxia Hypotension Mekanisme intra kranial Kerusakan otak primer Cidera axon yang diffuse Laserasi Concussion, contusion Kerusakan otak sekunder Perdarahan : ekstradural, intradural (sub dural, sub arachnoidea dan intra cerebral) Pembengkakan otak : kongesti vena, edema Infeksi : meningitis, abses

47 Hypoxia/hypoxemia Tjd pd > 1/3 kasus TBI berat
Sebab: obstruksi saluran napas, trauma dada/paru, cidera pada batang otak PO2 turun pd pend TBI tdk tjd kompensasi vasodilatasi. Kekurangan O2 paling besar tjd pd area otak yg cedera paling berat Tindakan : ventilasi buatan (O2), penenang utk metabolisme tubuh

48 Hypoxia & Hipotension Hypoksia Hypotension
berkurangnya suplai O2 kedalam otak, karena terjadi pe O2 dalam alveoli. terjadi pada > 1/3 kasus Head Injury berat adanya obstruksi saluran napas, trauma dada/paru, cedera batang otak Hypotension gangguan pada aliran darah ke otak (Cerebral Blood Flow = CBF), atau terjadi karena orthostatic (bed rest yang lama), terutama hipotensi arterial sistemik. terjadi pada 1/6 kasus Head Injury akibat hilangnya banyak volume darah (hypovolaemia)

49 Arterial hypotension Tjd pd 1/6 kasus TBI. Jarang tjd pd TBI murni (tunggal) tp pd TBI + Trauma/cidera Sebab: hilangnya banyak volume darah (hypovolaemia), misal akibat cidera intra abdominal & fr pelvis dll Hypotension  aliran darah ke otak (Cerebral Blood Flow = CBF) krn pd pend TBI tdk tjd kompensasi vasodilatasi. Kekurangan O2 & nutrisi paling besar tjd pd area otak yg cedera paling berat Tindakan : ventilasi buatan (O2), penenang utk metabolisme tubuh

50 Pembengkakan otak & edema
Diakibatkan oleh kegagalan sistem ventrikel (Cerebro Spinal Fluid = CSF terjadi peningkatan volume atau pembendungan), peningkatan volume darah ke otak (perdarahan) dan kongesti atau bendungan vena Akibatnya tjd kenaikan tekanan intra kranial (intra cranial pressure = ICP) ICP normal = 0-10mmHg (posisi terlentang), > 20mmHg: abnormal, >40mmHg mekanisme autoregulasi CBF hilang. Tindakan adalah dgn pemberian ventilasi (dijaga hipocapnia ringan)  vasokontriksi  volume darah ke otak Tindakan lain adalah pemberian diuretika osmotik, drainase CSF

51 KLASIFIKASI Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas;
Cedera kepala tumpul; biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan benda tumpul . Cedera tembus; disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan . Berdasarkan morfologinya cedera kepala dikelompokkan menjadi; Fraktur tengkorak; dapat berupa fraktur terbuka ataupun fraktur tertutup Lesi intrakranial; dapat berbentuk lesi fokal (perdarahan epidural, perdarahan subdural, kontusio, dan peradarahan intraserebral), lesi difusi dan terjadi secara bersamaan .

52 Klasifikasi Berat-Ringannya Head Injury
Ringan  Glasgow Coma Scale (GCS) skornya 13 – 15, sesudah dilakukan resusitasi Hilangnya kesadaran tidak lebih dari 20 menit Tidak terjadi gangguan neurologis, CT Scan normal Sedang  GCS skornya 9 – 12, sesudah dilakukan resusitasi Koma lebih dari 20 menit Berat  GCS skornya 3 – 8, sesudah dilakukan resusitasi koma lebih dari 6 jam lamanya PTA (Post Traumatic Amnesia) lebih dari 2 minggu

53 GAMBARAN KLINIK X-RAY LABOLATORIUM CT-SCAN MRI
EEG (Electroencephalography)

54 Battle’s sign Raccoon eye

55 KOMPLIKASI KOMA EPILEPSI PASCA TRAUMA AFASIA
AMNESIA. (PTA)  Post Traumatic Amnesia INFEKSI KERUSAKAN SARAF HILANGNYA KEMAMPUAN KOGNITIF PENYAKIT. ALZHEIMER & PARKINSON

56 Komplikasi yang terjadi sesuai dengan daerah yang mengalami kerusakan.

57 GEJALA Komosio serebri  gegar otak. Pingsan tidak lebih dari 10 menit
Selama 10 menit ini : nadi, suhu, tekanan darah  bisa turun, bisa normal Sesudah sadar : nyeri kepala Muntah amnesia retrograd Kontusio serebri  “Kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piameter”. Kerusakan tersebut berupa gabungan antara daerah perdarahan (kerusakan pembuluh darah kecil seperti kapiler, vena dan arteri), nekrosis otak dan infark. Terutama melibatkan puncak gyrus karena bagian ini akan bergesekan dengan penonjolan dan lekukan tulang saat terjadi benturan.

58 Pengukuran derajat berat dan prognosis
Koma lebih dari 6 jam Lamanya amnesia pasca traumatik (PTA) lebih dari 2 minggu Prognosis tergantung pada : Lokasinya Besarnya Kesadaran saat terjadi trauma ataupun sesaat sebelum operasi. Prognosis jelek Koma makin lama PTA makin lama Laju pemulihan tiap-tiap fungsi otak bervariasi Kontroversial: mayoritas pemulihan neurologi terjadi dalam 6 bulan pertama pasca trauma Kecepatan pemulihan dari berbagai fungsi pada otak akan bervariasi

59 Glasgow Coma Scale (GCS)
Jumlah nilai dari 3 parameter (membuka mata, respon verbal, respon motorik) Skor 3 – 15 GCS pd hari ke 2-3 atau 4-7 pasca trauma mrpk prediktor prognosis yang akurat Berat GCS < 8 berlangsung lebih dari 6 jam (keadaan koma) Moderat GCS 9-12 kurang dari 6 jam Ringan GCS kurang dari 20 menit

60 Respon Mata > 1 tahun 0 – 1 tahun 4 Membuka mata spontan 3 Membuka mata oleh perintah Membuka mata oleh teriakan 2 Membuka mata oleh nyeri 1 Tidak membuka mata Respon Motorik 6 Mengikuti perintah Belum dapat dinilai 5 Melokalisasi nyeri Menghindari nyeri Fleksi abnormal (dekortikasi) Fleksi abnormal (dekortikasi) Ekstensi abnormal (deserebrasi) Ekstensi abnormal (deserebrasi) Tidak ada respon Respon Verbal > 5 tahun 2-5 tahun 0 – 2 tahun Orientasi baik dan mampu berkomunikasi Menyebutkan kata-kata yang sesuai Menangis kuat Disorientasi tapi mampu berkomunikasi Menyebutkan kata-kata yang tidak sesuai Menangis lemah Menyebutkan kata-kata yang tidak sesuai (kasar, jorok) Menangis dan menjerit Kadang-kadang menangis/menjerit lemah Mengeluarkan suara yang tak bermakna Mengeluarkan suara lemah

61 Glasgow outcome scale (GOS)
1 mati 2 status vegetative 3 disabilitas berat, sadar tp tergantung 4 disabilitas moderat, mandiri tapi dengan kecacatan 5 pemulihan bagus

62 Mekanisme Pemulihan TBI
Regenerasi neuronal Perubahan synapsis Substitusi fungsional Belajar ketrampilan spesifik

63 Problem pasca TBI Sesuai dengan derajat berat dan area otak yang rusak
Disfungsi n. kranialis Defisit sensorik Heterotopic Ossification Meningkatnya tonus otot & kontraktur Gangguan motorik Gangguan makan Disfungsi bladder & bowel Gangguan kognitif Gangguan sosialisasi dan tingkah laku Perubahan kepribadian dll

64 PTA Gangguan/hilangnya fungsi memori dan disorientasi pada suatu jangka waktu pasca cidera kepala Ketidakmampuan untuk belajar verbal dan non verbal setelah injury Bisa berlangsung dalam menit, jam, hari bahkan bulan Perbaikan biasanya bertahap

65 Derajat beratnya trauma kepala
Durasi PTA < 5 menit 5 – 60 menit 1- 24 jam 1- 7 hari 1 – 4 minggu > 4 minggu Derajat beratnya trauma kepala Sangat ringan Ringan Moderat Berat Sangat berat Sangat sangat berat

66 SURGICAL TREATMENT HI yan terindikasi Bedah: Ekstradural haemoragi
Subdural haematoma’ Intra cerebral haematoma Luka dalam otak

67 Masa Akut Tindakan medis umum
Mencegah timbulnya kerusakan otak sekunder Obat/infus mengatasi odema otak/inflamasi Obat simptomatik untuk mengatasi nyeri (analgetik) dan cegah infeksi (antibiotik) Infus pemberian cairan dan nutrisi seperti glukosa/dekstrose Ventilasi (cegah hypoxia/hypercapnia) Koreksi hypovolaemia (cegah hypotension) Evakuasi space occupying haematoma (pembedahan) segera Atasi laserasi dan fraktur tengkorak Anticonvulsan/sedation Monitor tanda vital seperti: ICP, Blood Pressure (BP) dan Cerebral Perfussion Pressure (CPP) Operasi perbaikan selaput otak yang rusak (cegah infeksi) Dll yang diperlukan

68 MANAGEMENT FT ASSESMENT DIAGNOSA PROGRAM FT EVALUASI MODIFIKASI
DOKUMENTASI

69 ASSESMENT VITAL SIGN FUNGSI KESADARAN FUNGSI JALAN NAFAS DAN PARU
FUNGSI JANTUNG DAN SIRKULASI FUNGSI SANGKAR TORAKS: SENDI, OTOT DAN TULANG FUNGSI UMUM: SENDI, OTOT DAN GERAK.

70 Pemeriksaan FT pd masa akut
Memeriksa impairment sensomotorik primer, seperti: Hilangnya kontrol motorik Kelumpuhan Kelemahan otot Spastisitas Ataxia cerebellar Rigiditas Tremor Diskinesia Hilangnya rasa sensorik Memeriksa cidera lain yg menyertai (fraktur, cidera medulla spinalis, injuri n. cranialis, dll)

71 Penatalaksanaan Fisioterapi 1. Asessment. a. Anamnesis Umum. b
Penatalaksanaan Fisioterapi 1. Asessment a. Anamnesis Umum b. Anamnesis Khusus 2. Inspeksi a. Statis Pasien nampak lemah, pola nafas dari pasien lembut dan mengorok b. Dinamis Pasien nampak sulit dalam melakukan gerakan 3. Tes Orientasi a. Pasien diperintahkan mengangkat tangan kedepan dan keatas b. Pasien diperintahkan mengangkat tungkai secara bergantian, dengan posisi hip dan knee fleksi. 4. tes Motorik a. Reaksi ADL b. Rekasi keseimbangan c. Rekasi transver

72 d. Reaksi asosiasi. e. Tes kekuatan otot. 5. Tes sensorik. a
d. Reaksi asosiasi e. Tes kekuatan otot Tes sensorik a. Tes rasa sakit b. Tes rasa gerak c. Tes rasa posisi d. Tes arah gerak e. Tes rasa beda 2 titik Tes tonus Tes refleks a. KPR b. APR c. Biceps refleks d. Triceps refleks e. Brachioradialis Tes koordinasi a. Heal to knee b. Finger to noice c. Finger to eye

73 9. Tes spesifik. a. Tes respirasi. b. Tes lingkar otot. c. MRI. 10
9. Tes spesifik a. Tes respirasi b. Tes lingkar otot c. MRI Problematik Fisioterapi a. Gangguan sensomotorik b. Gangguan ADL koordinasi c. Gangguan keseimbangan Diagnosa fisioterapi Gangguan aktifitas fungsi akibat THI

74 Intervensi Fisioterapi HFC. :. F : setiap hari. I : 50 %. T : Coplanar
Intervensi Fisioterapi HFC : F : setiap hari I : 50 % T : Coplanar T : 10 menit Electrical stimulant F : setiap hari I : 30 – 70 mA T : segmental T : 10 menit Manual terapi F : setiap hari I : Fokus penderita T : Bridging, PNF, dll T : Kelelahan pasien

75 Percaya diri F : setiap hari I : Fokus penderita T : Motifasi pasien T : 5-10 menit Evaluasi Sesaat : Pasien nampak kelelahan Berkala : Hari ke hari mulai ada perkembangan

76 Diagnosa FT Gangguan kap sik dan aktivitas fungsional akibat TC post op

77 PROGRAM FT PROGRAM ft disesuaikan dengan problem serta komplikasi yang timbul sesuai dengan berat cedera kepala yang dialami pasien.

78 Program FT pada Kondisi Akut (Koma)
No Problem FT Modalitas terpilih Metode / tehnik dosis 1. Respirasi problem Manual Exercise Passive breathing Suction F = 3x sehari I = 6 x rep. T = 5 menit 2. Sirculation problem Exercise general Passive mov. F = 2x sehari I = 6x rep. T = 10 mnt 3. Kontraktur otot Stretching Penguluran T= Group otot T = 10 menit Positioning Supine, Sidelying, Pronelying F = 6x sehari T = 2 jam/1 posisi

79 Program FT pada Kondisi Akut (Koma)
No Problematik FT Modalitas terpilih Metode / tehnik Dosis 4. Pressure sores Perubahan posisi Supine, Sidelying, Pronelying F = 6x sehari T = 2 jam/1 posisi 5. Kaku sendi Exercise Passive exercise, F = 3x sehari I = 2x rep/pos M= Supine, sidelying, T= 5 menit

80 Evaluasi 1. 2. 3. 4 5 No Problem FT Sebelum terapi Sesudah terapi
kesimpulan 1. Respirasi problem Stabil Baik 2. Sirculation problem Kurang membaik Perbaikan 3. Kontraktur otot kontraktur Kontraktur berkurang 4 Pressure sores Ada pressur sore berkurang 5 Kaku sendi lutut Fleksi 80 Fleksi 120

81 Program FT pada Kondisi Paska Akut
No Problem FT Modalitas Terpilih Metode / Tehnik Dosis 1. Penurunan Rasa Percaya Diri Komunikasi Terapeutik komunikasi 2 arah & motivasi. F = 3x sehari I = P fokus T= Kontak lgsg T = 5 menit 2. Respirasi Problem Breathing Exercise Pursed lips breathing, deep breathing, coughing, Perkusi, vibrasi, suction I = 6 x rep. 3. Sirculation problem General exercise Aktif gradual F= 2x sehari I = 6x rep. T = 10 mnt

82 Program FT pada Kondisi Pasca Akut
No Problematik FT Modalitas Terpilih Metode / Tehnik Dosis 4. Kelemahan & penurunan kekuatan otot Exercise Latihan Lingkup gerak sendi, Strengthening, bridging. F = 3x sehari I = 2x rep/pos M= semua posisi / group otot T= 5 menit 5. Kontraktur US, Stretching, Kontak langsung, penguluran. F = 1at 3 MHz I = 1 W/cm T = 1mnt/1cm (max.15 menit)

83 Program FT pada Kondisi Pasca Akut
No Problematik FT Modalitas Terpilih Metode / Tehnik Dosis 6. Disfungsi bladder & Bowel Exercise Pelvic ploor F = 3x sehari I = 6x rep T= Supine, T= 5 menit 7. PTA (Post Traumatic Amnesia) Latihan orientasi equilibrium & non equilibrium T= Supine, sitting, standing 8. Gangguan ADL Functional Skill Exercise Makan, minum, mandi, BAB, BAK,

84 EVALUASI 1. Penurunan Rasa Percaya Diri RPD menurun RPD meningkat 2.
No Problem FT Sebelum terapi Sesudah terapi kesimpulan 1. Penurunan Rasa Percaya Diri RPD menurun RPD meningkat Peningkatan RPD 2. Respirasi Problem Sedikit sesak Sesak hilang Baik 3. Sirculation problem Kurang Normal 4 Kelemahan otot Lemah 5 Kontraktur Masih ada 6. Disfungsi bladder & Bowel Terganggu 7 PTA Moderat 8. ADL Dibantu Mandiri

85 Pencatatan Proses fisioterapi yang telah dilakukan.
Dokumentasi Pencatatan Proses fisioterapi yang telah dilakukan.

86 Arigato gozaimaste

87 The first phase is prevention and includes the use of protection such as seat belts and helmets, and the use of safety habits such as care while walking or performing other activities in order to prevent falls. The second phase is emergency medical services where initial life-saving care is given with transport to an appropriate hospital. The third phase is the emergency room where definitive life-saving and diagnostic procedures are provided. The fourth phase includes all hospital services with the goal to save the person's life and stabilize his or her medical condition, and may include intensive care, providing acute care to the patient, and establishing need for rehabilitation or other specialized services. The fifth phase, if needed, is inpatient rehabilitation provided in a unit of the acute care hospital or freestanding rehabilitation facility. The goal of rehabilitation is to restore the patient to an optimal level of physical, cognitive and behavioral status so the individual may return to the home, school, or employment and function as close to a pre-injury level as possible. Rehabilitation involves an array of therapies that include physical, occupational, swallowing, and speech/language therapy, as well as counseling, neuropsychologic testing, and physiatrist/neurologist/case management services, depending on the patient's needs. If the patient can benefit from rehabilitation, these services will help his or her recovery. If the patient is not physically or cognitively ready for rehabilitation, the services will not be beneficial. The sixth phase involves services available in the community that are usually provided over time and include outpatient rehabilitation, vocational rehabilitation and employment counseling, special education services, personal care assistance, independent living groups, support groups, and other basic health services.


Download ppt "Head Injury (HI)."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google