Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PERILAKU MEMILIH
2
Pengertian Menurut Ramlan Surbakti, perilaku memilih merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yaitu apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum (Surbakti, 1992 : 145).
3
Sejarah Perilaku Memilih
Pada tahun 1944 lahirlah studi baru tentang pemilu yang memfokuskan pada pemilih secara individual, yang merupakan hasil penelitian Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya dari Bureau of Applied Social Research Columbia University pada pemilu tahun 1940 di Elmira, New York. Studi yang memfokuskan pada pemilih secara individual diikuti oleh dua pendekatan lainnya : pertama, pendekatan berdasarkan pada demokrasi politik pada pemilu tahun 1948 yang dilakukan The American National Election Study dan penelitian yang dilakukan oleh Campbell, Converse, Miller dan Stokes (1960). Kedua, teori demokrasi ekonomi berdasarkan penelitian Anthony Down (1957). Secara bersamaan, ketiga pendekatan tersebut menjadi tiga aliran penelitian : tradisi sosiologi politik yang merupakan hasil penelitian Bureau of Applied Research di Columbia University; tradisi psikologis politik yang dihasilkan oleh Michigan’s Centre for Survey Research, dan tradisi ekonomi politik yang mulai serius untuk meneruskan konsep rasionalitas dan kepentingan pribadi untuk studi perilaku warga negara
4
Sosiologi Politik atau Pendekatan Sosiologis
Preferensi politik dihubungkan dengan karakteristik sosial dengan cara tertentu pada suatu tempat, tapi tidak ditempat lain. Politik bukanlah residu yang sederhana dari kehidupan sosial dan preferensi politik tidaklah sederhana dan secara sosial menentukan.
5
Pendekatan Ekonomi Politik
Anthony Down (1957) dalam tulisannya tentang “teori demokrasi ekonomi” menyatakan bila individu bertindak rasional berdasarkan pada kepentingan pribadi, hampir dipastikan mereka akan abstain dari memilih dalam pemilu. Abstain rasional adalah respon yang sensitif ketika keuntungan pemilih dalam memenuhi partisipasinya dibandingkan dengan ongkos partisipasinya.
6
Pendekatan Ekonomi Politik
Kahneman dan Tversky mengidentifikasi empat prinsip-prinsip heuristic yang fundamental yang membawa individu untuk memfokuskan pada seperangkat informasi terbatas sehingga dapat mengambil keputusan daripada terlibat dalam analisis detail dari semua informasi yang ada. Prinsip-prinsip tersebut ketersediaan (availability), keterwakilan (representativeness), penyesuaian (adjustment), simulasi (simulation).
7
Dua faktor yang dapat dikatakan pilihan rasional
Untuk dipercaya oleh pemilih, partai harus dapat “dipertanggungjawabkan” dan “dapat dipercaya” untuk melaksanakan program-programnya, sehingga perilaku partai tersebut merupakan arahan bagi perilaku pemilih untuk memilih partai tersebut, dengan demikiian janji-janji partai tersebut harus dipenuhi. Adanya fenomena yang dinamakan dengan “Downsian model adalah “safe seat”. Safe seat ini adalah kedudukan yang aman yang dicari oleh seseorang (safe voter) bila dia memilih suatu partai politik .
8
Psikologi Politik atau Pendekatan Psikologis
Salah satu teori voting dari mazhab psikologis yang dikembangkan oleh University of Michigan’s Survey Research Center, memakai paradigma yang lebih menekankankan faktor individu. Menurut mazhab ini, voting ditentukan oleh ketiga aspek : keterikatan orang pada partai politik tertentu (identifikasi partai), orientasi para calon, dan orientasi pada isu-isu politik yang dimunculkan
9
Pengembangan Model Kelompok Michigan
Keterangan : SosPol : Sosialisasi Politik Sejarah : Pemahaman akan sejarah I.P.K : Isu Politik Masa Kini Is. Pol : Isu Politik secara umum Is. Kand : Isu seputar kandidat yang ditampilkan Kep. Pil : Keputusan untuk memilih Sumber : Riswandha, 1993
10
Identifikasi Partai (Party Identification)
Identifikasi partai merupakan kedekatan terhadap satu partai karena alasan-alasan tertentu yang memenuhi emosinya, kemudian berpengaruh terhadap kehendak pemilih. Menurut Campbell (1960), identifikasi kepartaian adalah ikatan psikologis seseorang dengan partai politik tertentu secara terus menerus tanpa perlu pengakuan legal atau bukti-bukti formal. Bahkan, tanpa diperlukan suatu catatan bahwa orang-orang tersebut secara konsisten mendukung partai tertentu (Kristiadi, 1996 : 58).
11
Orientasi Isu (Issue Orientation)
Isu harus memenuhi syarat-syarat : Pemilih menyadari keberadaan isu yang dilontarkan. Isu tersebut harus dapat mempengaruhi pemilih untuk memilih partai tersebut. Para pemilih harus menerima posisi partai secara khusus dibanding partai atau kandidat lainnya.
12
Orientasi Kandidat (Candidate Orientation)
Secara sederhana pengertian orientasi kandidat seperti dikemukakan Ranney adalah …pemilih memilih berdasarkan kualitas pribadi kandidat sebagai bagian dari afiliasi pemilih atau berdasarkan pada isu-isu (Ranney, 1990 : 216). Dalam penelitiannya, Stokes (1966) menemukan bahwa bila isu sudah dianggap tidak penting dan apabila keberpihakan atau dukungan dari kelompok sosial merupakan hal yang stabil maka perubahan harus bertumpu pada kandidat (Niemi dan Weisberg, 1984 : 90).
13
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.