Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehWidyawati Gunawan Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Ini Arsitektur Kita, Bukan Arsitektur Mereka.
Arsitektur Nusantara oleh Armadhani Zula
2
Antara Batak Toba dan Toraja
3
Prolog Arsitektur Nusantara memiliki karakteristik yang khas yaitu berbeda-beda di tiap bagian wilayahnya. Perbedaan itu disebabkan oleh keragaman adat istiadat dan kebudayaan yang berkembang di daerah setempat. Meskipun begitu arsitektur nusantara juga memiliki banyak aspek yang mirip. Hal ini dikarenakan mereka masih memiliki rumpun yang sama, seperti kondisi geografis, pandangan adat dan sebagainya. Di antaranya material, struktur atap, rancangan denah, dan sebagainya
4
Ada apa dengan Batak Toba dan Toraja?
5
Batak Toba dan Toraja adalah dua nama suku yang berbeda
Batak Toba dan Toraja adalah dua nama suku yang berbeda. Selain itu letak daerahnya juga tidak berdekatan bahkan bisa dibilang amat berjauhan. Namun ada yang menarik dari kedua suku ini. Perhatikan bentuk rumahnya, maka kita akan menemukan kemiripan bentuk pada atapnya.
6
Kedua atap rumah adat tersebut menyerupai bentuk perahu.
7
Rumah Balai Batak Toba
8
Rumah Adat Batak Toba Rumah Balai Batak Toba alias Rumah Bolon adalah rumah adat dari Suku Batak Toba yang berdomisili di salah satu sisi Sumatera Utara. Rumah ini terbagi atas dua bagian yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan adalah tempat penyimpanan barang. Tempat ini juga terkadang dipakai sebagai tempat untuk pembicaraan terkait dengan hal-hal adat. Jabu bolon adalah rumah keluarga besar. Rumah ini tidak memiliki sekat atau kamar sehingga keluarga tinggal dan tidur bersama. Rumah Balai Batak Toba juga dikenal sebagai Rumah Bolon. Bagi masyarakat Batak, rumah ini tampak seperti seekor kerbau yang sedang berdiri. Pembangunan rumah adat suku Batak ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Batak. Rumah ini berbentuk seperti rumah panggung yang disangga oleh beberapa tiang penyangga. Tiang penyangga rumah biasanya terbuat dari kayu. Rumah Balai Batak Toba mempunyai bahan dasar dari kayu.
9
Menurut kepercayaan masyarakat Batak, rumah ini terbagi ke dalam tiga bagian yang mencerminkan dunia atau dimensi yang berbeda-beda. Bagian pertama yaitu atap rumah yang diyakini mencerminkan dunia para dewa. Bagian kedua yaitu lantai rumah yang diyakini mencerminkan dunia manusia. Bagian ketiga adalah bagian bawah rumah atau kolong rumah yang mencerminkan dunia kematian.
10
Atap Rumah Bolon/Balai mengambil ide dasar dari punggung kerbau, bentuknya yang melengkung menambah nilai ke-aerodinamisannya dalam melawan angin danau yang kencang. Atap terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah setempat. Suku batak menganggap atap sebagai sesuatu yang suci, sehingga digunakan untuk menyimpan pusaka mereka.
11
Bubungan atap terbuat dari kayu yang dipasang secara melengkung
Atap bagian depan lebih tinggi Atap bagian belakang lebih rendah
12
Pondasi rumah Batak Toba menggunakan pondasi umpak, dimana batu sebagai tumpuan dari kolom kayu yang berdiri diatasnya. Tiang-tiang tersebut berdiameter 42 – 50 cm, berdiri di atas batu dengan struktur yang fleksibel sehingga tahan terhadap gempa. Tiang berjumlah 18, jumlah tersebut mengandung makna kebersamaan dan kekokohan.
13
Kolom/Tiang. Jarak antar tiang yaitu 90-100 cm
Kolom/Tiang. Jarak antar tiang yaitu cm. Bentuknya bulat dengan diamet sekitar 40cm. Tiang-tiang hanya pada sisi-sisinya saja sehingga membuat ruang kosong di tengah. Ruang kosong tersebut digunakan sebagai tempat hewan ternak. Tangga pada Rumah Bolon berjumlah ganjil. Hal ini berdasarkan pada kepercayaan suku Batak bahwa angka ganjil adalah angka keberuntungan. Lantai terbuat dari papan kayu yang dipasang sejajar dengan arah pintu masuk rumah.
14
Dinding Terdiri dari 3 bagian berbeda letaknya terhadap garis vertical: Bagian pertama: Bagian paling bawah yang miring dan didekorasi secara kompleks sekali, terletak diatap pandindingan muka.Disini terdapat dorpi yang juga didekor. Diatas dorpi terdapat Tombonan (tengah-tengahnya mencuat kea tas). Bagian kedua: Ini ialah bagian miring sebelah dalam dan terbuat dari 4 buah papan besar yang ditumpuk /diikat pada bagian yang kecil, disebut Songsonggok. Bagian ketiga: Ialah sebuah segitiga yang dilubbangi ditengah dan disekor secara kompleks sekali ditegakkan secara vertikal
15
Denah
16
Ruangan Rumah Balai Batak Toba dibagi atas 4 wilayah yaitu:
1. Jabu Bona ialah daerah sudut kanan di sebelah belakang dari pintu masuk rumah, daerah ini biasa di temapti oleh keluarga tuan rumah. 2. Jabu Soding ialah daerah sudut kiri di belakang pintu rumah. Bahagian ini di tempati oleh anak anak yang belum akil balik (gadis) 3. Jabu Suhat, ialah daerah sudut kiri dibahagian depan dekat pintu masuk. Daerah ini di tempati oleh anak tertua yang sudah berkeluarga, karena zaman dahulu belum ada rumah yang di ongkos (kontrak) makanya anak tertua yang belum memiliki rumah menempati jabu SUHAT. 4. Jabu Tampar Piring, ialah daerah sudut kanan di bahagian depan dekat dengan pintu masuk. Daerah ini biasa disiapkan untuk para tamu, juga daerah ini sering di sebut jabu tampar piring atau jabu soding jolo-jolo.
17
Rumah Tongkonan Suku Toraja
18
Rumah Adat Toraja atau yang biasa disebut dengan Tongkonan, kata tongkonan sendiri berasal dari kata tongkon yang bermakna menduduki atau tempat duduk. Dikatakan sebagai tempat duduk karena dahulu menjadi tempat berkupulnya bangsawan toraja yang duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi. Rumah adat ini selain berfungsi sebagai tempat tinggal juga memiliki fungsi sosial budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Masyarakat Suku Toraja menganggap rumah tongkonan itu sebagai ibu, sedangkan alang sura (lumbung padi) dianggap sebagai bapak. Rata-rata rumah orang Toraja menghadap ke arah utara, menghadap ke arah Puang Matua sebutan bagi orang Toraja kepada Tuhan YME dan untuk menghormati leluhur mereka dan dipercaya akan mendapatkan keberkahan di dunia.
19
Rumah Toraja atau Tongkonan ini dibagi menjadi 3 bagian:
1. Kolong (Sulluk Banua) 2. Ruangan rumah (Kale Banua) 3. Atap (Ratiang Banua) Di daerah Tana Toraja pada umumnya merupakan tanah pegunungan batu alam dan kapur dengan ladang dan hutan yang masih luas, di lembahnya itu terdapat hamparan persawahan. Rumah Tongkonan adalah rumah panggung yang didirikan dari kombinasi lembaran papan dan batang kayu. Denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti bentuk praktis dari material kayu. Material kaynya terdiri dari kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal dari Sulawesi. Kayu uru banyak ditemui dihutan-hutan didaerah Toraja dan kualitas dari kayu uru cukup baik, kayu-kayu ini tidak perlu dipernis atau di pelistur, kayu dibiarkan asli. Pada bagian atap rumah Tongkonan, bentuknya melengkung seperti tanduk kerbau. Terdapat jendela kecil di sisi timur dan barat pada bangunan, bertujuan sebagai tempat masuknya sinar matahari dan aliran angin.
20
Dalam pembangunan rumah adat Tongkonan ada hal-hal yang harus diperhatikan dan tidak boleh untuk di langgar, yaitu: Rumah diharuskan menghadap ke utara, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan langit dan bumi itu merupakan satu kesatuan, dan bumi dibagi kedalam 4 penjuru mata angin, yaitu: A. Utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia di mana Puang Matua berada (keyakinan masyarakat Toraja). B. Timur disebut Matallo, tempat matahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan. C. Barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam, lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian. D. Selatan disebut Pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik atau angkara murka.
21
Pembangunan rumah tradisional Tongkonan biasanya dilakukan secara gotong royong.
Rumah Adat Tongkonan dibedakan menjadi 4 macam: A. Tongkonan Layuk, rumah adat tempat membuat peraturan dan penyebaran aturan-aturan. B. Tongkonan Pakamberan atau Pakaindoran, rumah adat tempat dilaksanakannya aturan-aturan. Biasanya dalam satu daerah terdapat beberapa tongkonan, yang semuanya bertanggung jawab pada Tongkonan Layuk. C. Tongkonan Batu A’riri, rumah adat yang tidak mempunyai peranan dan fungsi adat, hanya sebagai tempat pusat pertalian keluarga. D. Barung-barung, merupakan rumah pribadi. Setelah beberapa turunan (diwariskan), kemudian disebut Tongkonan Batu A’riri.
22
Kenapa harus tanduk Kerbau?
bagi orang Toraja, kerbau selain sebagai hewan ternak juga menjadi lambang kemakmuran dan status. Oleh sebab itu kenapa tanduk atau tengkorak kepala kerbau di pajang dan disimpan di bagian rumah, karena sebagai tanda bawasannya keberhasilan si pemilik rumah mengadakan sebuah upacara atau pesta.
23
Denah: 1. Tandok Tandok terletak di bagian depan rumah tongkonan. Tandok digunakan sebagai tempat ruang tidur keluarga. 2. Sali’ Sali’ terletak di bagian tengah rumah Tongkonan. Sali’ digunakan sebagai tempat untuk berkumpul dengan keluarga juga digunakan sebagai dapur dan tempat untuk membuat kerajinan tangan. 3. Sumbu Sumbu terletak di bagian belakang rumah Tongkonan. Biasanya Sumbu digunakan sebagai tempat barang atau sebagai kamar untuk orang tidur (mayat). Dalam tradisi orang toraja, jika Orang tidur (mayat) yang telah disimpan dibagian sumbu biasanya sudah mau di upacarakan.
24
Pondasi: Pada umumnya sistem struktur yang dipakai untuk bangunan Tongkonan adalah sistem konstruksi pasak (knock down). Yaitu teknik konstruksi yang menggunakan sistem sambungan tanpa paku dan alat penyambung selain kayu. Bahan pondasi sendiri terbuat dari batu gunung.
25
Kolom/Tiang A’riri: Terbuat dari kayu uru, bentuk kolom persegi empat. Selain itu, digunakan juga kayu nibung agar tikus tidak dapat naik ke atas, karena serat dari kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat licin. Kolom disisi barat dan timur jaraknya rapat dan berjumlah banyak, agar kuat menampung orang-orang yang datang saat upacara kematian.
26
Balok: Seperti sloof, yaitu sebagai pengikat antara kolom-kolom sehingga tidak terjadi pergeseran tiang dengan pondasi. Hubungan balok dengan kolom disambung dengan pasak yang terbuat dari kayu uru.
27
Lantai: Terbuat dari bahan papan kayu uru yang disusun di atas pembalokan lantai. Disusun pada arah memanjang sejajar balok utama. Sedangkan untuk alang terbuat dari kayu banga.
28
Dinding: Dinding disusun satu sama lain dengan sambungan pada sisi-sisi papan dengan pengikat utama yang dinamakan Sambo Rinding. Fungsinya sebagai rangka dinding yang memikul beban. Pada dinding dalam , tidak terdapat ornamen-ornamen, hanya dibuat pada bagian luar bangunan.
29
Tangga: Tangga Rumah Tongkonan terletak dibagian samping rumah, menuju pada pintu masuk atau terletak di bagian tengah rumah menuju langsung ruang tengah atau Sali. Tangga menggunakan kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal yang berasal dari Sulawesi.
30
Pintu: Pintu rumah Tongkonan nampak dihiasi dengan beberapa motif ukiran. Salah satu motif pada gambar pintu rumah tersebut adalah motif Pa’ Tedong. Ukiran yang melambangkan kemakmuran. Sebagai pegangan, di pintu ditempatkan ekor kerbau yang dipotong hingga pangkal ekor dan telah dikeringkan. Memasuki rumah adat ini mempunyai cara tertentu yaitu pintu masuk harus diketuk dengan membenturkan kepala perlahan lahan.
31
Jendela: Jendela pada rumah Tongkonan umumnya terdapat 8 buah. Masing-masing di setiap arah mata angin terdapat 2 jendela. Fungsinya adalah sebagai tempat masuknya aliran angin dan cahaya matahari dari berbagai arah mata angin.
32
Atap: Atapnya melengkung menyerupai perahu (merupakan pengaruh budaya Cina) terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng) dan diatasnya dilapisi ijuk hitam. Terbuat dari bambu pilihan yang disusun tumpang tindih dengan dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh rotan/tali bambu.
33
Rangka Atap Tongkonan
34
Arsitektur Eropa bukan Arsitektur Nusantara Karakteristik Utama Naungan atau Lindungan?
35
Eropa punya lindungan, Nusantara punya naungan
Bangunan Eropa menampilkan bangunan dengan fasad yang masif dan tertutup. Bahkan dindingnya memiliki keunikan yaitu ketebalannya yang bisa mencapai 1 meter. Sedangkan bangunan Nusantara memiliki banyak bukaan. Dindingnya pun tak setebal dinding bangunan Eropa.
36
Banyak Bukaan, Dinding Tipis, Konstruksi Kayu
Hal ini bisa diperhatikan pada dinding Rumah Bolon Batak Toba maupun Rumah Tongkonan Toraja.
37
Kok Bisa?
38
Perbedaan iklim dan cuaca menyebabkan bentuk bangunan pada tiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Eropa terletak di belahan bumi bagian atas yang menyebabkan iklim di daerahnya
39
Coba Perhatikan! Gedung London Sumatera, Medan
Rumah Balai Suku Batak Toba
40
Lalu? Material utamanya jelas berbeda.
Bila diperhatikan, akan nampak sangat jelas bahwa arsitektur asli Eropa jarang sekali menggunakan kayu sebaliknya arsitektur tradisional Nusantara amat jarang menggunakan batu maupun bata. Begitu pula arsitektur nusantara hamppir bisa dikatakan sama sekali tidak menggunakan material beton pada konstruksinya.
41
Mana Yang Lebih Unggul? Jelas kita tidak bisa mematok mana yang lebih unggul dikarenakan kebutuhan kedua jenis gaya arsitektur ini memang berbeda. Hal ini tergantung karakteristik alam sekitar dan budaya masyarakatnya. Bukan masalah strata sosial.
42
Daftar Pustaka stellatoday.wordpress.com pangrewong.blogspot.com/2012/11/rumah-balai-batak-toba-rumah-adat.html
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.