Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAgus Kusnadi Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
KOMPONEN KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES DAN 6M
LANDASAN PENDIDIKAN Kelompok 4 : M Andi Tanri P ( ) Anadhofa A ( ) Pipit Soleka L ( ) Pendidikan Kimia B 2014
2
Komponen Karakter Keterampilan Proses Saintific Approach 6M
Pengetahuan Moral (terdapat 6 aspek) Perasaan Moral (terdapat 6 aspek) Tindakan Moral (terdapat 3 aspek) Keterampilan Proses Dasar : Observasi Klasifikasi Mengukur Komunikasi Menyimpulkan Prediksi 2. Keterampilan Proses Lanjut Merumuskan hipotesis Mengidentifikasi variabel Membuat definisi operasional Percobaan Interpretasi data Mengamati Menanya Mengumpulkan Informasi Mengasosiasi Menarik Kesimpulan Mengkomunikasikan
3
1.PENGERTIAN KARAKTER Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. W.B. Saunders, (1977: 126) Karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Kamisa, (1997: 281)Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian
4
1.1 KOMPONEN KARAKTER Pengetahuan Moral : Perasaan Moral :
Kesadaran Moral Pengetahuan Nilai Moral Penentuan Perspektif atau Sudut Pandang Pemikiran/logika Moral Pengambilan Keputusan/ Keberanian Pengambilan Sikap Pengetahuan Pribadi Perasaan Moral : Hati Nurani atau Kesadaran akan Jati Diri Harga Diri Empati Menyukai Hal yang Baik Kendali Diri atau Pengendalian Diri Kerendahan Hati Tindakan Moral : Kompetensi Keinginan Kebiasaan
5
1.1a Pengetahuan Moral Pengetahuan moral akan lebih mengisi pada ranah kognitif individu. Kesadaran Moral Pertama, menggunakan pemikirannya untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral. Kedua, memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. 2. Pengetahuan Nilai Moral Nilai-nilai moral diantaranya yaitu menghargai kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan. Mengetahui sebuah nilai berarti memahami bagaimana caranya menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi.
6
3. Penentuan Perspektif/ sudut pandang (perspective taking)
Penentuan perspektif atau penentuan sudut pandang ini merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. 4. Pemikiran/logika Moral (moral reasoning) Pemikiran moral mengikutsertakan pemahaman atas prinsip moral klasik yaitu, “hormatilah hak hakiki intrinsik setiap individu”, bertindaklah untuk mencapai kebaikan yang terbaik demi jumlah yang paling besar”, dan “bertindaklah seolah-olah Anda akan membuat semua orang lain akan melakukan hal yang sama di bawah situasi yang serupa”.
7
5. Pengambilan Keputusan/ Keberanian mengambil sikap (decision making)
Aspek komponen moral knowing ini lebih kepada individu itu mampu memikirkan cara bertindak melalui permasalahan moral pada situasi tertentu. 6. Pengetahuan Pribadi/Pengenalan diri (self knowledge) Pengetahuan tentang diri masing-masing sangat diperlukan dalam pendidikan karakter. Menjadi orang yang bermoral memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan dirinya sendiri dan mengevaluasi perilakunya masing-masing secara kritis.
8
1.1b Perasaan Moral Komponen karakter ini merupakan komponen yang akan mengisi dan menguatkan aspek afeksi individu agar menjadi manusia yang berkarakter baik. 1. Hati Nurani/ kesadaran akan jati diri (conscience) Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif, mengetahui apa yang benar, dan sisi emosional, serta merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut. 2. Harga Diri (self esteem) Harga diri yang tinggi tidak menjamin karakter yang baik karena lebih kepada kepemkilikan, popularitas, atau kekuasaan. Seharusnya, mampu mengembangkan harga diri berdasarkan nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan kemampuan diri sendiri demi kebaikan.
9
3. Empati (empathy) Perlunya empati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga kita mampu keluar dari zona kita. Sebagai aspek dari komponen karakter, empati harus dikembangkan secara generalisasi. Mempu melihat di luar perbedaan dan menanggapi kemanusiaan bersama. 4. Mencintai Hal yang Baik/ Mencintai kebenaran (loving the good) Ketika setiap individu mencintai hal-hal yang baik atau mencintai kebenaran, maka setiap individu akan melakukan hal-hal yang bermoral baik dan benar atas dasar keinginan, bukan hanya karena tugas.
10
5. Kendali Diri/ Pengendalian Diri (self control)
Kendali diri atau pengendalian diri sangat diperlukan dalam pendidikan karakter. Emosi tinggi mampu membuat karakter baik menjadi buruk ketika tidak ada pengendali diri. Dengan pengendalian diri, juga dapat menahan segala hasrat dan keinginan negatif dalam diri. 6. Kerendahan Hati (humility) Kerendahan hati merupakan keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita. Kerendahan hati adalah sisi afektif pengetahuan pribadi.
11
1.1c Tindakan Moral Komponen tindakan ini merupakan hasil dari kedua komponen karakter lainnya yaitu moral knowing dan moral feeling. 1. Kompetensi (competence) Aspek ini mampu mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk hal ini, kita harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana tindakan. 3. Kebiasaan (habit) Kebiasaan yang baik melalui pengalaman yang diulangi dalam apa yang dilakukan itu membantu, ramah, dan adil dapat menjadi kebiasaan baik yang akan bermanfaat bagi dirinya ketika menghadapi situasi yang berat. 2. Keinginan (will) Keinginan berada pada inti dorongan moral. Menjadi orang yang baik memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakkan energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus dilakukan.
12
2. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
13
2.1 Menurut Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah:
KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif. KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
14
Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Lanjut Observasi (Pengamatan) Klasifikasi Mengukur Komunikasi Menyimpulkan Prediksi Merumuskan Hipotesis Mengidentifikasi Variabel Membuat Definisi Operasional Percobaan Interpretasi Data
15
Keterampilan Proses Dasar
16
A.Observasi (pengamatan)
Ketrampilan pengamatan dapat dilakukan dengan panca indera. Pengamatan yang dilakukan dengan panca indera disebut pengamatan kualitatif. Sedangkan pengamatan yang dilakukan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Pengamatan dapat dilakukan pada objek yang sudah tersedia dan pengamatan pada suatu gejala atau perubahan. Contoh : Sekelompok siswa diminta mengamati beberapa tepung yang berbeda warna, rasa, warna, ukuran serbuk, dan baunya. Gunakan panca inderamu untuk mengetahui jenis-jenis tepung yang tersedia di piring.
17
B. Klasifikasi Menggolongkan (mengklasifikasi) adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan dan pengelompokan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Ketrampilan mengelompokkan dapat dikuasai siswa apabila telah dapat melakukan ketrampilan-ketrampilan berikut ini: 1) mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yang diamati dari sekelompok objek yang digunakan dasar untuk mengklasifikasi. 2) menyusun klasifikasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek. Menggelongkan ini berguna bagi siswa untuk melatih menunjukkan persamaan, perbedaan dan hubungan timbal balik. Contoh : Siswa menggolongkan berbagai hewan yang memiliki cirri-ciri khusus, sifat logam berdasarkan kemagnetannya.
18
C. Mengukur Ketrampilan mengukur dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, berat, dan sebagainya. Menurut Carin (Nasution, 2007) mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkan standar yang konvensional dan non konvensional. Contoh : Siswa melakukan pengukuran suhu menggunakan thermometer, menimbang dengan berbagai neraca, mengukur volum dengan gelas ukur, dan mengukur panjang dengan menggunakan penggaris.
19
D. Mengkomunikasikan Mongkomunikasikan dalam ketrampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil ketrampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulis. Dalam bentuk tulisan dapat berupa rangkuman, grafik, tabel, diagram, gambar, poster dan lainnya. Ketrampilan berkomunikasi ini hendaknya dilatihkan kepada siswa agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum. Karakteristik ketrampilan proses mengkomunikasikan, antara lain: 1) mengutarakan suatu gagasan 2) menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan/memeriksa secara akurat suatu objek atau kejadian 3) mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainya misalnya grafik atau diagram secara akurat.
20
E. Menyimpulkan Menyimpulkan di dalam ketrampilan proses disebut inferensi. Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran inferensi sebaiknya menggunakan pembelajaran kontruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.
21
F. Prediksi Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang. Prediksi di dasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu: inferensi didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat pengamatan dilakukan. Contoh : Apa yang akan terjadi pada lampu senter jika ada pemasangan batereinya yang terbalik?
22
Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan terpadu.
Keterampilan proses lanjut menurut Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 1) meliputi : Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan 2. Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan 3.Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati 4. Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data 5. Interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.
23
3. Saintific Approach (6M)
Mengamati Menanya Mengumpulkan Informasi Mengasosiasi Menarik Kesimpulan Mengkomunikasikan
24
Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductiv reasoning).
25
3.1. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A/2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
26
Contoh mengamati Siswa difasilitasi untuk membaca sumber dari buku siswa (mengamati fakta, mengamati konsep, mengamati prinsip, mengamati proses, mengamati prosedur di dalam buku siswa) Siswa difasilitasi mendengarkan pembacaan puisi atau narasi dari radio (mengamati fakta pada puisi, mengamati konsep tentang puisi, mengamati prinsip sebuah puisi, mengamati proses, mengamati prosedur pada pembacaan puisi atau narasi dari peralatan audio visual) Siswa difasilitasi melihat tayangan video perakitan komputer (mengamati fakta pada perakitan komputer, konsep perakitan komputer , prinsip perakitan komputer , proses perakitan komputer, prosedur perakitan komputer pada suatu tayangan video tentang perakitan komputer) Siswa difasilitasi melihat demonstrasi perbaikan sepeda motor (mengamati fakta pada perbaikan sepeda motor , konsep perbaikan sepeda motor, prinsip perbaikan sepeda motor, proses perbaikan sepeda motor, prosedur perbaikan sepeda motor pada suatu demonstrasi perbaikan sepeda motor)
27
3.2. Menanya Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
28
Contoh menanya Siswa menanyakan penjelasan tambahan terhadap informasi yang didapat dari proses mengamati Siswa mencari penjelasan tambahan sendiri berdasarkan informasi hasil-hasil kegiatan mengamati Siswa menanyakan fenomena-fenomena yang tidak diketahuinya dalam langkah mengamati obyek Siswa mengklarifikasi informasi yang didapatnya dari tahap mengamati. Siswa melakukan tanya jawab sesuai topik dengan guru. Siswa melakukan tanya jawab sesuai topik dengan siswa lainnya. Siswa berdiskusi sesuai topik secara berkelompok. Siswa mengakses internet mencari penjelasan lebih lengkap sesuai topik
29
3.3. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain bukuteks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
30
Contoh Mengumpulkan Informasi
Siswa melakukan eksperimen Siswa membaca sumber lain selain buku teks Siswa mengamati objek/kejadian/ aktivitas Siswa mewawancarai nara sumber Siswa mengakses internet Siswa mengeksplorasi Siswa mencoba Siswa berdiskusi Siswa menirukan gerak Siswa meniru bentuk Siswa mengumpulkan data melalui angket/questioner
31
3.4. Mengasosiasi mengolah informasi yang sudah dikumpulkan,
menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
32
3.5. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi (asosiasi). Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
33
3.6. Mengomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
34
Contoh kegiatan mengkomunikasikan
menyajikan laporan dalam bentuk bagan; menyajikan laporan dalam bentuk diagram; menyajikan laporan dalam bentuk grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara grafis menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan pada media elektronik menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara multi media
35
THANK YOU
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.