Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLiani Gunawan Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
MUNASABAH AL-QUR’AN MUHAMMAD AJI NUGROHO
2
MUNASABAH نَاسَبَ – يُنَاسِبُ – مُنَاسَبَة : نَسَبَ مُقَارَبَةٌ
Hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Ahmad bin Faris bin Zakariya 1967:423 نَاسَبَ – يُنَاسِبُ – مُنَاسَبَة : نَسَبَ مُقَارَبَةٌ Kedekatan dan Kemiripan ; bisa secara keseluruhan / sebagian saja Menurut istilah; Munasabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur’an baik pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lainnya. (Budihardjo, 2012:39). Dengan demikian adanya kecocokan, kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat Munasabah terbagi dalam 7 bentuk ; 1) Antar Surat dengan Surat sebelumnya, 2) Nama surat dengan tujuan turunnya, 3) Antar Ayat dengan Ayat, 4) Kalimat demi kalimat dalam Ayat, 5) Penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya, 6) Awal uraian surat dengan akhir uraiannya, 7) Penutup surat terdahulu dengan awal uraian surat berikutnya
3
Munasabah Antar Surat dengan Surat sebelumnya
QS. Al-Quraisy 106 QS. Al-Maun 107 Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan Agama? Itulah orang yg menghardik anak yatim, & tdk mengan-jurkan memberikan makan orang miskin, maka kecela-kaanlah bagi orang2 yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna. Karena kebiasaan orang2 Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (ka’bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan Dalam Qs. al-Qurais, Allah membebaskan manusia dari kelaparan, sedangkan. Dalam Qs. al-Maun Allah mencela orang yang tidak menyukai anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin. Dalam Qs. Al Quraisy, Allah memerintahkan agar manusia menyembahnya, sedangkan dlm Qs. al-Maun Allah Mencela orang yg lalai shalat dan berbuat Riya’. Qs. Al-Lahab, 111 Qs. Al-Ikhlas, 112 Dalam Qs. al-Lahab, kemusyrikan tdk dpt dipertahankan dan tdk akan menang walaupun memiliki pendukung yg bekerja keras. Sedangkan dalam Qs. Al-Ikhlas mengemukakan bahwa ajaran Tauhid dalam Islam adalah murni Dalam Qs. Al-Lahab, dan Qs. Al-Ikhlas terdapat kesesuaian yang mana dalam kedua surat tersebut diakhiri dengan huruf dal. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak, yg di lehernya ada tali dari sabut. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
4
Munasabah Awal Uraian Surat dengan Akhir Uraian Surat
Hubungan uraian awal surat dengan akhir surat tidak harus ayat yg terakhir, namun bisa pada ayat bagian akhir, spt yg terurai dlm Qs. Al Mukminun ayat 1 dgn ayat 117 (jumlah ayat 118) Munasabah إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الكاَفِرُوْن قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُوْنَ Munasabah ayat awal menjelaskan bahwa orang-orang mukmin itu bertentangan dengan orang-orang kafir, orang mukmin itu beruntung dan orang kafir tidak mendapat keberuntungan tersebut Munasabah Penutup surat terdahulu dengan awal uraian surat berikutnya Firman Allah Qs. Al-Nisa’ 4: memerintahkan untuk berlaku adil dan meng-Esa-kan Allah, tidak sombong, dan diserahkan kepada manusia khususnya menyangkut harta warisan harus dilaksanakan pembagiannya sesuai aturan, Sedangkan dalam Qs. Al-Maidah 5:1 memerintahkan agar orang beriman memenuhi segala macam perjanjian baik kepada Allah, maupun kepada sesama manusia. Munasabah Penutup surat Qs. An-Nisa’ 4: dengan awal surat Al-Maidah 5: 1 Munasabah Penutup surat Qs. Al-Hajj 22 : 77 dengan awal surat Al-Mukminun 23: 1-11 Kata تُفْلِحُوْنَ bagian penutup atau akhir surat al-Hajj dijelaskan dalam Qs. Al-Mu’minun 23, yaitu dengan adanya kata أَفْلَحَ , jadi rincian “orang-orang beruntung” itu dijelaskan secara terperinci dlm Qs. Al-Mu’minun ayat وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ قد أفلح المؤمنون، الذين هم في صلاتهم خاشعون ...
5
Munasabah Antar Ayat dengan Ayat
Terdapat dua cara yg ditempuh dlm mempelajari hubungan ayat dgn ayat; 1) menghubungkan kalimat terdahulu atau akhir kalimat pada suatu ayat dengan awal kalimat ayat berikutnya, 2) menghubungkan masalah yang dibahas ayat terdahulu dengan masalah pada ayat kemudian (dapat berupa hasil pengelompokan beberapa ayat, sebagaimana contoh Qs. Al-Ghasiyah 88:17-20. أفلا ينظرون إلى الإبل كيف خلقت ( 17 ) و إلى السماء كيف رفعت ( 18 ) و إلى الجبال كيف نصبت ( 19 ) و إلى الأرض كيف سطحت ( 20 ) Dalam ayat ini disebutkan, unta, langit, gunung dan bumi, ayat ini menggambarkan masyarakat Arab Badui primitif yang hidupnya berpindah-pindah, binatang unta merupakan binatang yg sangat vital, orang badui sangat bergantung kepadanya, unta tersebut perlu digembala agar mendapatkan makan dan minum, makanannya berupa rerumputan, yg menjadi subur karena hujan, begitu juga dgn meminumnya. Hal ini yg menyebabkan mereka menengadah ke langit agar turun hujan. Agar mereka tidak kehujanan dan kepanasan membutuhkan tempat berteduh dan berlindung agar aman, yaitu di gunung-gunung. Mereka berpindah-pindah dari suatu gunung-ke gunung lain, sesuai dengan keperluannya, maka urutan dari unta, langit, gunung, dan bumi harus urut sesuai dengan yg disebutkan dlm ayat tsb, dan tidak dapat dibolak balik (al-Zarkasyi I, 1988:73) Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia ciptakan, dan langit, bagaimana ia tinggikan ? Dan gunung-gunung bagaimana ia tegakkan ?, dan Bumi bagaimana ia dihamparkan
6
Munasabah Nama surat dengan tujuan turunnya
وَ إِذْ قَالَ مُوْسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوْا بَقَرَةً قاَلُوْا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالُ أَعُوْذُ بِاللهِ أَنْ أَكُوْنَ مِنَ الْجَاهِلِيْنَ (67) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيَّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُوْلُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوْا مَا تُؤْمَرُوْنَ (68) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيَّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُوْلُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءٌ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِيْنَ (69) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنّ البَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ لَمُهْتَدُوْنَ (70) قَالَ إِنَّهُ يَقُوْلُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُوْلٌ تَثِيْرُ الأَرْضَ وَلَا تَسْقِي الحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَاشِيَةَ فِيْهَا قَالُوا الآن جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوْهَا وَمَا كَادُوْا يَفْعَلُوْنَ (71) وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيْهَا وَاللهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ (72) فَقُلْنَاَ اضْرِبُوْهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِيَ اللهُ المَوْتىَ وَ يُرِيْكُمْ أَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ (73) Nama surat dan tujuan turunnya dapat dikaji dari nama-nama surat yang menjadi Inti pembahasan surat tersebut, seperti dalam surat Al-Baqarah 2 yang terletak di ayat 67-73 Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu, maka kerjakanlah apa yg diperintahkan Tuhanmu “. Mereka berkata; mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia menerangkan apa warnanya”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yg kuning, yang kuning tua warnanya……dst. Dalam Ayat diatas Allah menjelaskan ke- Mahakuasaan-Nya dalam menghidupkan seorang yang telah mati, Sehingga dengan demikian tujuan surat al-Baqarah adalah menyangkut kekuasaan Allah dan keimanan kepada hari kemudian
7
Munasabah Kalimat demi kalimat dalam Ayat
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوْا النَّارَ الَّتِي وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَ الحِجَارَةِ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ Al-Biqa’I berpendapat bahwa semua ayat al-Qur’an, bahkan kalimat demi kalimat mempunyai hubungan erat. Abu Su’ud menegaskan bahwa hubungan-hubungan tersebut tidak mutlak harus ada pada setiap ayat (Quraish Shihab, 1984: 9), Spt Qs. Al-Baqarah 2: 24 Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Munasabah dalam ayat ini terletak dalam Kalimat (لَمْ تَفْعَلُوا ) yg diperkuat / di ta’kid oleh kalimat (لَنْ تَفْعَلُوْا ) yang ditujukan kepada orang-orang yang ragu pada masa turunnya ayat ini samapai masalah datangnya hari Akhir. Tantangan dalam ayat ini membuktikan ketidak mampuan bagi siapapun untuk membuat al-Qur’an / semacamnya. Munasabah Penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya, Munasabah dalam hal ini memiliki 4 bentuk, antara lain; وَرَدَّ اللهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوْا خَيْرًا وَكَفَى اللهُ المُؤْمِنِيْنَ القِتَالَ وَكَانَ اللهُ قَوِياً عَزِيْزَا Dan Allah menghalau orang2 kafir itu yg keadaan mereka penuh kejengkel -an, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang2 mu’min dr peperangan. &Allah Maha Kuat &Perkasa 1) Menyempurnakan Arti ayat, & menghindarkan kesalahpahaman Spt, Qs. Al-Ahzab 33:25. إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَوْا مُدْبِرِيْنَ Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang yg mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang. (QS. An-Naml 27:80). 2) Tambahan penjelasan
8
نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ
قَالَ لَهُمْ مُوْسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى Berkata Musa kepada mereka: “celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa”. Dan Sesungguhnya telah merugi orang yg mengada-adakan kedustaan. 3) Lafadz fasilah, sudah disebutkan dengan kalimat yg ada di celah redaksi awal ayat, pertengahan dan akhir, spt yg tertuang dlm Qs. Thaha 20:61 وَ أَيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُوْنَ dan suatu tanda (kekuasaan Allah yg besar) bagi mereka adalah malam; kami tinggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. 4) Kandungan lafazd fasilah, telah disinggung dari celah-celah ayat, spt yg tertuang dlm QS. Yasin 36:37 Dari ketujuh ini dapat disimpulkan bahwa setiap ayat atau surat bahkan kalimat dalam al-Qur’an selalu ada relevansinya, oleh karena itu ilmu ini dapat berperan mengganti ilmu Asbabun Nuzul, apabila kita tidak mengetahui sebab turun suatu ayat, dengan mengaitkannya dengan ayat atau surat lainnya, dan dapat membantu dalam memahami secara tepat ayat-ayat yang bersangkutan satu dengan lainnya. نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ هُمْ مُظْلِمُوْنَ Kalimat (نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ) / kami tinggalkan siang, telah mengandung pengertian bahwa (هُمْ مُظْلِمُوْنَ) mereka berada dalam kegelapan
9
Urut-urutan (tertib) ayat-ayat al-Qur’an
Secara Bahasa (etimologi) : Telah menjadi ijmak (konsensus/ kesepakatan) di kalangan umat Islam, bahwa urutan (susunan/tertib) ayat-ayat al-Qur’an , adalah bersifat taufiqi yaitu; atas petunjuk Nabi yang ia terima dari Allah lewat malaikat Jibril. Tanda, Qs. Al-Baqarah 248 Mukjizat, Qs. Al-Baqarah 211 Pelajaran (peringatan), Ali Imran 13 Suatu hal yg sangat menakjubkan (mengherankan), Qs. Al-Mu’minun 50 Bukti (dalil), Qs. Al-Rum 22. Kelompok (kumpulan); خرج القوم بأياتهم (kelompok itu keluar dgn seluruh kelompoknya) Sebab, setiap malaikat Jibril turun membawa ayat-ayat al-Qur’an kepada Nabi, ia menunjukkan kepada Nabi tempat ayat-ayat yang baru diterima itu kepada para sahabatnya dan menyuruh para penulis wahyu untuk menuliskan dan meletakkannya di dalam surat yang telah ditunjukkan, dan nabi membacakannya berulang-ulang. AYAT Secara Isitilah (terminologi) : Setiap tahun Jibril turun untuk mengecek urutan (tertib) ayat-ayat, bahkan pada tahun terakhir Nabi wafat Malaikat Jibril turun dua kali untuk mengecek urutan (tertib) ayat-ayat. طَائِفَةٌ ذَاتُ مَطْلَعٍ وَ مَقْطَعٍ مُنْدَرِجَةٌ فِى سُوْرَةِ مِنَ القُرْآنِ Suatu Kumpulan kata yang mempunyai awal dan akhir, yang termasuk di dalam suatu surat dari al-Qur’an. Akhir ayat disebut dengan Fasilah. تَرْتِيْبُ الأَياَتِ فِى سُوَرِهَا وَاقِعٌ بِتَوْقِيْفِهِ ص.م وَ اَمْرِهِ مِنْ غَيْرِ خِلَافٍ فِى هَذَا
10
عن عثمان بن عبد العاص قال كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص
عن عثمان بن عبد العاص قال كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص.م اِذْ شَخَصَ بِبَصَرِهِ ثُمَّ صَوَّبَهُ ثُمّ قَالَ : اَتَانِي جِبْرِيْلُ فَأَمَرَنِي اَنْ اَضَعَ هَذِهِ الآيَةِ هَذَا المَوْضِعَ مِنَ السُّوْرَةِ : اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَ الإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى القُرْبَى . الآية (رواه احمد) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Utsman bin Abdul ‘Ash, dia berkata “Aku sedang duduk di samping Nabi SAW. Tiba-tiba Nabi memandang ke atas. Kemudian memmandang kebawah. Kemudian beliau bersabda: “Jibril datang dan memerintahkan kepadaku, agar meletakkan ayat ini di tempat ini dari surat itu. “ayat yang dimaksud adalah (اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَ الإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى القُرْبَى) طَائِفَةٌ مُسْتَقِلَّهٌ مِنْ آيَاتِ القُرْآنِ ذَاتُ مَطْلَعٍ وَ مَقْطَعٍ Sekelompok (sekumpulan) ayat al-Qur’an yang berdiri sendiri, yang mempunyai permulaan dan penghabisan. Taufiqi Al-Qur’an terdiri dari 114 Surat, yang terpanjang adalah surat al-Baqarah terdiri dari 286 ayat, sedangkan yang terpendek adalah al-Kautsar yang terdiri 3 ayat. SURAT Ijtihadi Untuk memudahkan umat Islam mempelajari, memahami, dan menghafalkan al-Qur’an Untuk menunjukkan topik pembicaraan, sebab setiap surat telah diberi nama dengan nama yg relevan dengan isi kandungan surat yang bersangkuran; Misal surat al-Baqarah, al-Jin, Yusuf dsb. Untuk menunjukkan, bahwa mukjizat al-Qur’an itu tidak terletak pada surat-surat yg panjang saja, tetapi juga dalam surat yg pendek Faedah
11
Tertib Surat-Surat al-Qur’an Menurut Urutan Nuzul dan Tertibnya dalam Mushaf
Nama Surat No Urut Turun No Urut Mushaf العلق 1 96 القلم 2 68 المزمل 3 73 المدثر 4 74 الفاتحة 5 اللهب 6 101 التكوير 7 81 الاعلى 8 87 الليل 9 92 الفجر 10 89 الضحى 11 93 الشرح 12 94 العصر 13 103 العاديات 14 100
12
Baca selengkap-nya dalam Masjfuk Zuhdi, 1997;156-158
Nama Surat No Urut Turun No Urut Mushaf الكوثر 15 19 التكاثر 16 20 مريم 44 56 طه 45 26 الواقعة 46 27 الشعراء 47 28 النمل 48 17 القصص 49 10 الإسراء 50 11 يونس 51 12 هود 52 يوسف 53 6 الحجر 54 37 الأنعام 55 31 الصافات 34 لقمان 57 39 Baca selengkap-nya dalam Masjfuk Zuhdi, 1997;
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.