Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Functional impairment Muskuloskeletal

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Functional impairment Muskuloskeletal"— Transcript presentasi:

1 Functional impairment Muskuloskeletal

2 PATHOLOGY of the MUSCULOSKELETAL SYSTEM (Kutipan dari Chapter 18, William G. Boissonnault)
Penyakit primer sistem muskuloskeletal umum terjadi pada masyarakat. Sistem skeletal + jaringan sekitarnya merupakan alat pelindung berbagai organ dan struktur penting di dalam tubuh  sistem terkait menjadi sangat berisiko terhadap trauma, gangguan berulang dan cedera. Sistem musculoskeletal kerap harus menghadapi imobilisasi akibat bed-rest, spalk (casting), dan splinting. sistem akan bereaksi cepat terhadap kekurangan stress (beban tekanan), ini yang cen- derung berdampak terhadap upaya penyembuhan dan rehabilitasi

3 Pathology of the Musculoskeletal System (Lanjutan)
Sist. Muskulosk. tidak berfungsi sendirian.  penyakit primer sistem ini akan berdampak nyata pada sistem tubuh lain-lain dan sebaliknya. Penyakit tertentu adalah sistemik (menyerang berbagai bagian tubuh lain)  tantangan yang mendesak untuk upaya penyelenggaraan program rehabilitasi adalah apabila yang dihadapi merupa- kan gangguan multisystem yang komplek.

4 Pathology of the Musculoskeletal System (lanjutan-2)
Di luar pembuluh darah, gerak leukosit dipandu oleh proses kemotaksis (element-2 dari jaringan rusak, toksin bakteri dan polisakaride jaringan yang akan menarik leukosit ke area di mana konsentrasi element terkait tertinggi)  di area ini leukosit memulai membersihkan dengan cara fagositosis. Neutrofil, monosit, makrofag, akan mengenal pengganggu dan memakan, mencerna serpih- serpih, jaringan nekrotik, eritrosit, protein, dan sebagainya  untuk mempersiapkan area terkait memulai repair (penyembuhan/perbaikan) dan pertumbuhan jaringan baru.

5 Pathology of the Musculoskeletal System (Lanjutan-3)
Manifestasi Klinik: Cardinal sign inflamasi disertai tanda klinis adanya tonus otot meningkat/spasm dan penurunan/ hilangnya fungsi  Gerak jadi lambat dan hati-hati. Cyriac: ada 2 komponen pada test gerak pasif yang menandakan adanya inflamasi: yakni rasa 1. Spasm end feel 2. Pain yang timbul saat tungkai di gerakan secara pasif dan reported before resistance is noted by practitioners.

6 BIOLOGIC RESPONSE to TRAUMA
Reaksi umum inflamasi (even terkait vaskuler, kimiawi dan seluler, tujuan utama ini: penyiapan area cedera untuk Repair) Respons vaskuler = mobilisasi dan transportasi sel leukosit sebagai alat pertahanan tubuh. Vasokonstriksi bisa sampai dengan 5-10 menit  memungkinkan migrasi sel leukosit ke tepi dinding dan melekat padanya = pavemaking.

7 BIOLOGIC RESPONSE to TRAUMA (Lanjutan-1)
Vasokontriksi sesaat cedera terjadi vasodilatasi pembuluh lokal. Peningkatan aliran darah disertai naiknya permeabilitet pembuluh kecil. (Perubahan permeabilitet adalah akibat trauma langsung pada pembuluh dan terhadap kehadiran mediator kimiawi: histamin, serotonin dan bradykinins) Peningkatan permeabilitet memungkinkan leukosit terdorong keluar dinding pembuluh = Diapedesis.

8 BIOLOGIC RESPONSE to TRAUMA (Lanjutan-2)
Ini juga menambah transfer cairan tubuh ke daerah cedera (akibat tekanan hidrostatik meninggi disertai perubahan tekanan osmotik), ada molekul besar masuk ke jaringan. Faktor-2 penghambat repair (penyembuhan luka): - Usia, status kesehatan umum, adanya comorbi- ditas (diabetes, gangguan pembuluh/aliran darah perifer) - Rokok, alkohol - Deplesi protein, vitamin dan logam berat - Infeksi lokal dan tipe jaringan yang terkena.

9 BIOLOGIC RESPONSE to TRAUMA (Lanjutan-3)
Reaksi adverse potensial dari NAIDs: - CNS: ngantuk, sakit kepala, puyeng, confusion, tinnitus, vertigo dan depresi. - Sist. G-I: sakit perut, perdarahan, anemia, diare, nausea, ulserasi, perforasi, hepatotoxicity. - Sist. Kemih: cystitis, hematuri, necrosis ginjal, nephrosis (jarang) - Mata: kabur, ketajaman pengelihatan menurun, deposit korneal. (petikan dari MacDemont BL, 1992)

10 LIGAMENT Serabut jaringan fibrous putih yang elastis yang merupakan komponen penting dari persendian, pengikat ujung tulang, kuat dan mampu mencegah gerak berlebih dari sendi. Ligament juga menopang/penunjang berbagai organ tubuh, di antaranya: uterus, kandung kemih, hati dan diafragma serta penopang yang mempertahankan bentuk payu dara. Cedera ligament: Khususnya ligament mata kaki, lutut yang sering terserang cedera. Cedera minor (sprain) bisa diatasi dengan kompres dingin, dibalut, kadang perlu terapi fisik. Ligament yang robek perlu imobilisasi sendi terkait, atau operasi.

11 JOINT (Sendi, persendian)
Bagian ujung tulang tempat kedua tulang bertemu. Pada pertemuan dua tulang ini, tertutup oleh tulang rawan (cartilage) serta bantaran membrane synovia. Ada beberapa persendian melekat erat (tulang tengkorak kepala). Ada persendian yang dapat gerak terbatas (tulang vertebra) Ada persendian yang bisa mobile leluasa  memungkinkan tercipta berbagai bentuk gerak.

12 GANGGUAN PERSENDIAN - Sprains, ligament tears, cartilage damage, robeknya capsula sendi. Dislocation umumnya akibat cedera, namun terkadang kongenital. Sub-luxation (partial dislocation) Kadang ada fracture di ujung tulang  hemarthrosis, effusion akibat inflamasi synovitis.: Sendi sering terserang arthritis. Bursitis (umum akibat iritasi lokal, strain) Komplikasi gangguan bisa  deformitas permanent. Yang temporer sering pada kanak-2. Kadang perlu operasi untuk atasi deformitas.

13 CARTILAGE (Tulang rawan)
Tipe jaringan ikat yang walau tidak sekeras jaringan tulang namun merupakan bagian penting dari sistem rangka tulang, khususnya di persendian. Rangka tulang janin sebagian besar terdiri dari tulang rawan yang kemudian menjadi tulang. Tulang rawan terdiri dari sel khusus chondrocytes yang terletak di dalam matrix, atau substansi dasar yang terdiri dari berbagai kadar kolagen (mirip jeli).

14 CARTILAGE (Tulang rawan)
Berdasarkan perbedaan proporsi jaringan kolagen tersebut serta kekuatan elastisitasnya, cartilage terbagi menjadi 3 tipe jenis tulang rawan: (1) Elastic cartilage: daerah telinga, epiglotis. Sifatnya lunak, kenyal mirip karet (2) Fibro-cartilage, daerah intervertebra, serta bantalan penyerap shock pada berbagai sendi. Sifatnya kuat, mengandung banyak jaringan padat dan kuat (3) Hylaine cartilage daerah sendi bahu, lutut Sifatnya kuat, halus dan licin, merupakan penutup daerah pergeseran sendi, bila rusak  gerak sendi menimbulkan rasa sakit.

15 SYNOVIUM (sinovia) Membrane tipis menutupi jaringan fibrous kapsul pembungkus bagian gerak sendi. Sinovia juga merupakan bagian penutup tendon-2 khusus (tangan, kaki dan pelapis terowongan fibrosa atau tulang). Membrane ini menghasilkan cairan sinovia yang bening, kental lengket mirip putih telur berfungsi melumat sendi atau tendon terkait. Synovia bisa meradang = synovitis, radang yang di tendo = tenosynovitis Synovitis bisa akut (akibat infeksi, cedera atau overuse). Bisa kronik, reccurent atau persistent: (gangguan rheumatoid arthritis)

16 SYNOVIUM (sinovia) (Lanjutan)
Akibat inflamasi menghasilkan cairan berlebih -> sendi bengkak, sakit, panas dan merah. Diagnosis: arthrocentesis, biopsy. Terapi: - istirahat, - dispalk (splint atau cast) - obat NAIDs, - suntik cortison, dan - antibiotika causalis Yang kronik tidak respon dengan obat atau injeksi, bisa -> synovectomy.

17 OSTEOMALACIA Kondisi tulang dalam keadaan melunak (softening), melemah (weakening) dan kehilangan mineral (demineralization) pada dewasa akibat defisiensi vitamin D (Pada kanak keadaan terkait disebut: rickets). Pengembangan tulang sehat memerlukan diet cukup zat kapur (calcium) & fosfor (phophorus), zat mineral ini tidak dapat diserap oleh tubuh tanpa ada perantaraan vitamin D, dan A yang cukup. Kedua vitamin tersebut didapat dari makanan (susu, mentega, telur, atau minyak ikan) dilengkapi dengan aksi sinar matahari yang sampai ke kulit tubuh.

18 Osteomalacia (Lanjutan-1)
Bila terjadi defisensi vitamin terkait dan sinar matahari maka terjadilah: pelunakan, pelemahan dari tulang kerangka tubuh, akibatnya status tulang mudah sekali terserang distorsi dan fraktur. Causa: - defisiensi pada diet - malabsorpsi dari organ cerna - gagal ginjal (renal failure) asidosis (derajat keasaman darah meningkat) - gangguan metabolisme (ini herediter)

19 Osteomalacia (Lanjutan-2
Simtoma: - sakit tulang (leher, tengkuk, kaki, pinggul dan iga) - otot lemah - bila kalsium darah rendah  tetani (kejang) tangan, kaki, tenggorokan. - mudah fraktur. Diagnosis: simtoma, test darah dan urine, X-ray tulang, biopsi. Terapi: suplemen Vitamin D

20 OSTEOPOROSIS Kondisi dalam keadaan kehilangan protein matrix tulang
yang menimbulkan tulang menjadi rapuh dan mudah fraktur. Penurunan density matrix tulang bisa disebabkan juga oleh osteomalacia atau osteomalacia berserta osteoporosis. Osteoporosis adalah bagian proses alami lansia. Pada usia 70-an, density kerangka tulang menghilang lebih kurang 1/3. Namun demikian, berkaitan dengan alasan hormonal, maka nampak kondisi ini lebih umum pada wanita dari pada pria. Untuk alasan yang tidak jelas, ternyata osteoporosis lebih banyak menyerang kulit putih daripada kulit hitam.

21 OSTEOPOROSIS (Lanjutan-1)
Causa: Sebetulnya dalam perjalanan jaringan memasuki masa lansia bukan bagiannya yang menjadi tipis, namun kenyataannya pada wanita ternyata lebih mudah terse-rang osteoporosis saat memasuki masa menopause, akibat ovari tidak lagi memproduksi estrogen, hormon yang diperlukan untuk mempertahankan matrix tulang. Pengangkatan ovari; diet kurang kalsium (zat esensial bagi kesehatan tulang); gangguan hormonal tertentu (Cushing’s syndrome), atau penggunaan corticosteroid lama; dan imobilitas lama. Osteoporosis umum terjadi pada: perokok, alkoholisme, dan alasan yang tidak ketahui, berkaitan dengan gang- guan paru chronic obsructive (bronchitis, emphysema)

22 OSTEOPOROSIS (Lanjutan-2)
Simtoma: - tanpa simtoma - fraktur post jatuh (yang pada umum tidak terjadi) - fraktur tipikal (di atas pergelangan tangan, bagian atas femur) - fraktur spontaneous dari satu/>satu vertebrae  pengurangan panjang tulang progresif dan sakit akibat kompresi saraf spinal. Diagnosis: X-ray, test darah, biopsy tulang (untuk meng- exclude osteomalacia) Terapi & Pencegahan: Terapi hormon, kalsium dan exercise (jalan)

23 SCOLIOSIS Kondisi lengkung tulang vertebra (tulang punggung)
ke arah lateral kiri (> pada lumbar) atau kanan (> pada thoracal) yang abnormal dari susunan tulang vertebra. Adanya rotasi dari columna vertebralis akan menimbulkan deformitas rongga dada. Umumnya scoliosis hadir bersama kyphosis dan lordosis. Klasifikasi: - idiopathy (80%) - osteopathy akibat gangguan spinal atau abnormalitas tulang - myopathy; - gangguan neurologik

24 Usia: 0-3 tahun = infantile (idiopathic, lengkung ke kiri,
SCOLIOSIS (Lanjutan) Usia: 0-3 tahun = infantile (idiopathic, lengkung ke kiri, thoraxic dan pada laki-2) 4 – akilbalig = juvenile (> lengkung kanan thoraxic, dapat cepat progresif) 12 tahun (wanita), 14 tahun pria = adolescent (>wanita, 10:1) Insidens & etiolgi: 1/10 anak, dan ¼ perlu terapi. Gangguan bisa struktural atau fungsional (ini lama-kelamaan bisa jadi gangguan struktural)

25 KYPHOSIS Adanya lengkung vertebra ke arah punggung yang
berlebih dari susunan tulang vertebra. Umumnya menyerang vertebra bagian atas punggung, sehingga keadaan punggung menjadi bongkok atau sedikit membulat. Yang kurang umum adalah yang menyerang lengkung ke arah depan dari vertebra leher dan punggung bawah. Causa bisa: - osteoporosis, - fraktur vertebrae, - TB spondilitis.

26 KYPHOSCOLIOSIS Terapi: causalis.
Pada ini ada kombinasi antara kyphosis dan scoliosis (lengkung antero-posterior) Contoh: Scheuermann/s disease (juvenile kyphosis, vertebra epiphysitis)

27 LORDOSIS Pada lordosis lengkungan susunan vertebra ke arah
dalam, yang umumnya terjadi sudutnya tidak terlampau menonjol di vertebra bagian bawah. Lordosis di bagian bawah ini bisa menjadi hebat apabila posture tubuh terlalu jelek, yang biasanya terjadi pada orang yang berat badannya terlampau berat dan memiliki otot abdomen yang lemah. Bisa juga terjadi akibat kyphosis di bagian atas pinggang

28 Lordosis umumnya adalah keadaan permanent
LORDOSIS (Lanjutan) Lordosis umumnya adalah keadaan permanent dan menyebabkan mudah terjadi prolaps vertebra atau osteoarthritis vertebra. Hilangnya lordosis di bagian bawah punggung dan leher apabila otot leher dan punggung spasm. Apabila causa hilang maka kembali normal.

29 ISTILAH GERAK Extension (ekstensi): (a) gerak meluruskan tungkai
(b) aplikasi traksi tulang patah/dislokasi agar kembali ke posisi normal Flexion (fleksi): gerak menekuk sendi sehingga tulang saling mendekat. (plantar flexion atau dorsoflexion). Abduction (Abduksi): gerak menjauh dari bagian tengah tubuh. Adduction (Aduksi): gerak mendekat ke bagian tengah tubuh.

30 ISTILAH GERAK (Lanjutan)
Rotation (Rotasi): memutar pada sumbu, Bisa juga rotasi kerja. 6. Pronation (Pronasi) gerak telapak tangan menuju ke arah bawah (tengkurap) 7. Suppination (Supinasi) gerak telapak tangan menhadap ke atas (terlentang) Eversion (Eversi) dalam keadaan melipat ke luar 9. Inversion (inversi) dalam keadaan melipat ke dalam.


Download ppt "Functional impairment Muskuloskeletal"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google