Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Konsep Dasar Filsafat Ilmu
Djoko Poernomo Dosen Filsafat Ilmu FISIP UNEJ 14 September 2015
2
Identitas… Nama: Djoko Poernomo Dosen: FISIP UNEJ Pendidikan:
S1 FIA Universitas Brawijaya, Malang S2 FISIP Universitas Indonesia, Jakarta S3 FIA Universitas Brawijaya, Malang Rumah: Jln. Semeru I/A/14 Jember HP Status: kawin, istri satu, anak satu.
3
PENGERTIAN FILSAFAT Kata filsafat berasal dari kata philo dan sofia. Philo artinya cinta, sophia artinya hikmah, kebijakan. Jadi filsafat berarti cinta kebijakan (the love of wisdom). Walaupun kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, dan orang Yunani Purba sudah mempunyai tradisi filsafat 500 tahun S.M., tidaklah berarti hanya orang Yunanilah yang sudah berfilsafat. “kita mengetahui bahwa Mesir dan Irak telah mengembangkan tingkat peradaban yang tinggi jauh sebelum Yunani. Kita pun mengetahui bahwa filsafat Yunani yang paling awal dipengaruhi oleh hikmah Purba Mesir”. Plato dalam tulisan-tulisannya menimba hikmah para pendeta Mesir dengan cara yang menunjukkan betapa otoritas mereka itu sebagai sumber pengetahuan yang tidak dapat disangkal. Bahkan Aristoteles maju lebih jauh lagi dan mengatakan bahwa para pendeta Mesir Purba adalah para filsuf pertama di dunia ini ….” Selain Mesir Purba, yang memiliki tradisi filsafat lebih tua daripada Yunani adalah India dan Cina.
4
Filsafat? Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan berpijak di bumi sedang tengadah ke langit. Banyak hal yang hendak diketahui… Misalnya siapa aku?, siapa mereka? (benda- benda langit dan alam semesta), mengapa kita ada?, bagaimana awalnya?, bagaimana akhirnya? Sejuta pertanyaan terus menggoda tuk temukan jawabnya yang benar.
5
Filsafat… Filsafat ketuhanan Filsafat kealaman Filsafat manusia
6
Jenis Kebenaran… Hakiki: kebenaran absolut, mutlak, tidak perlu diragukan sampai akhir jaman. Misalnya wahyu Tuhan, surah dan ayat-ayat dalam kitab suci agama (misalnya Al Qur’an) Universal: kebenaran yang “berlaku” di alam semesta. Misalnya bumi mengelilingi matahari. Relatif: kebenaran yang hanya berlalu “sesaat” ketika kebenaran yang berlaku saat itu gugur dikarenakan adanya temuan baru yang membuktikan kebenaran masa lalu itu keliru.
7
Ciri “berfilsafat”… Menyeluruh Mendalam Spekultaif
8
Sifat menyeluruh Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Ia ingin melihat hakekat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Ia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dengan agama. Ia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya. SOCRATES: “Yang saya tahu, saya tidak tahu apa- apa”. ALBERT EINSTEIN ( ), pemenang hadian nobel 1921 untuk fisika : “ilmu tanpa agama.. buta, agama tanpa ilmu… lumpuh”.
9
Sifat mendasar Seorang yang berpikir filsafati tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Bagaikan sebuah lingkaran, kita harus mengurai mulai dari satu titik awal dan akhir. Bagaimana menentukan titik awal (atau akhir) yang benar? Memang tidak mudah menjangkau semuanya. kita…berspekulasi… SHAKESPEARE: “Masih banyak lagi di langit dan di bumi selain yang terjaring dalam filsafatmu”.
10
Sifat spekulasi (1) Kita mulai curiga terhadap filsafat: bukankah spekulasi adalah suatu dasar yang tidak bisa diadakan? Jawab filsuf: memang, namun itu tidak bisa dihindarkan. Bagai menyusur sebuah lingkaran, kita harus menentukan sebuah titik awal bagaimanapun spekulatifnya. Yang penting adalah dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya atau absurd? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap sarwa kehidupan?
11
Sifat spekulatif (2) Kita “sebaiknya” menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi. Dari serangkaian spekulasi, kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang di atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian.
12
Bidang telaah filsafat
Selaras dengan SIFATNYA, maka filsafat menelaah SEGALA masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan FUNGSINYA sebagai PIONIR, ia mempersoalkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah satu, ia pun merambah pertanyaan lain, begitu seterusnya sesuai dengan jamannya. Ilustrasi permasalahan yang dikaji filsafat: Ontologis Epistemologis aksiologis
13
Landasan ontologis Menggungat keberadaan ilmu
Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
14
Landasan epistemologis
Mempertanyakan proses mendapatkan ilmu Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
15
Landasan aksiologis Mempertanyakan kegunaan ilmu
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
16
Ilustrasi Ontologis… Pada tahap awal sekali, filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu. HALO SIAPA KAU? Yang kemudian dibahas sepanjang waktu, berbagai disiplin ilmu. Contoh manusia dalam perspektif ilmu ekonomi dan ilmu administrasi. Ilmu ekonomi mempunyai asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan semungkin bisa. Ia bisa serakah, hedonis, dsb (homo economicus). Ilmu Administrasi mempunyai tujuan menelaah kerjasama antar manusia dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manusia dministrasi. The righ (assumption of) man on the right place penting banget.
17
Ilustrasi Epistemologis…
Ilustrasi: biarpun ia seorang ilmuwan terkemuka, dalam “karya ilmiahnya” mengutip pandangan sejumlah ilmuwan dunia bahkan pemenang hadiah Nobel, mengemukakan sejumlah fakta yang aktual, namun bila tidak jelas yang mana masalah, yang mana hipotesis, yang mana kerangka pemikiran, yang mana kesimpulan, yang keseluruhannya terkait dan tersusun dalam penalaran ilmiah, maka itu percuma saja (GIGO = garbage in garbage out). WITTGENSTEIN (1972): tugas utama filsafat bukanlah menghasilkan sesusun pernyataan filsafati melainkan menyatakan sebuah pernyataan sejelas mungkin.
18
Ilustrasi: “Masalah utama tesis saudara, ialah saudara berlaku sebagai seorang pemborong bahan bangunan dan bukan arsitek yang membangun rumah. Memang banyak sekali, bata bertumpuk di sana sini, namun tidak merupakan dinding; kayunya menumpuk sekian meter kubik namun tidak merupakan atap. Sebagai ilmuwan saudara harus membangun kerangka dengan bahan-bahan tersebut, kerangka pemikiran yang orisinal dan meyakinkan, disemen oleh penalaran dan pembuktian yang tidak meragukan… ” kata seorang penguji. Ah… daripada disebut pemborong bahan bangunan, belajar lagi sajalah…
19
Filsafat ke ilmu (1) Terdapat taraf peralihan. Dalam taraf ini, bidang filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral, misalnya ilmu ekonomi atau ilmu administrasi. Peralihan awal konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat. Misalnya administrasi masih merupakan penerapan etika dalam kegiatan kerjasama manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai adalah normatif (yang seharusnya) dan deduktif berdasarkan asas-asas moral yang filsafati. Tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep- konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya kepada (penemuan) hakekat alam sebagaimana adanya. Dalam menyusun pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif dengan jembatan yang berupa pengajuan hipotesis yang dikenal sebagai metode logico-hypothetico-verifikatif.
20
Filsafat ke ilmu (2) “Tiap ilmu dimulai dengan filsafat dan diakhiri dengan seni… muncul dalam hipotesis dan berkembang ke keberhasilan” ujar Will Durant (1933). AUGUSTE COMTE ( ) membagi 3 tingkatan perkembangan pengetahuan tersebut ke dalam tahap: religius, metafisik, dan positif. Tahap pertama, asas religilah yang dijadikan “tanda” suatu kebenaran sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (ini pandangan saya). Tahap berikutnya, orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi obyek penelaahan yang tidak (pandangan saya) terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan di atas dasar postulat metafisik tersebut. Tahap terakhir, adalah tahap pengetahuan ilmiah, (ilmu) dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif (empiris) dalam proses verifikatif yang obyektif.
21
Cabang-cabang filsafat
Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) Etika (Filsafat Moral) Estetika (Filsafat Seni) Metafisika Politik (Filsafat Pemerintahan) Filsafat Agama Filsafat Ilmu Filsafat Administrasi Filsafat Pendidikan Filsafat Hukum Filsafat Sejarah Filsafat Matematika, dll.
22
Filsafat ilmu (1) Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu- ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.
23
Filsafat ilmu (2) Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu seperti yang terkait dengan: Landasan ontologis Landasan epistemologis Landasan aksiologis
24
Referensi… Husaini, Adrian., et al., 2013, Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam, Gema Insani, Jakarta. Lubis, Akhyar Yusuf, 2015, Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Suriasumantri, Jujun S., 2000, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Suriasumantri , et al., 2012, Ilmu Dalam Perspektif, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.