Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHendri Chandra Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Penerapan Analisis Daya Dukung Lingkungan
Oktatetavino (040) Amirul Ardi (045) Yana Bunga D (047) Fajri Majida (056) Penerapan Analisis Daya Dukung Lingkungan Oleh : Lailatul J (013) Rohmawati (016) Johan Satria (019) Retno Yuniar A (027) Galih Alco P (031)
2
Pendekatan Analisis Daya Dukung Lingkungan
Daya Dukung Lingkungan berbasis Kemampuan Lahan Daya Dukung Lingkungan berbasis Neraca Lahan Daya Dukung Lingkungan berbasis Neraca Air
3
KEMAMPUAN LAHAN
4
Pendekatan untuk Kemampuan Lahan
Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi kesesuaian Lahan
5
Evaluasi Kemampuan Lahan
6
Evaluasi Kesesuain Lahan
Kelas I Sebagian besar (59,1%) berada pada ketinggian antara M dari permukaan laut Tanah sawah Ha Lahan Kering Ha: Tanah Pekarangan Ha Tanah Tegalan 396 Ha Tanah Tambak/Kolam 9Ha Tanah sementara tidak diusahakan 81 Ha Tanah Hutan 538 Ha Tanah Perkebunan 35 Ha Tanah lainnya: Ha
7
Kelas I Karakteristik: mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya Cocok untuk : penggunaan pertanian tanaman semusim (dan tanaman pertanian pada umumnya) padang rumput hutan produksi cagar alam
8
KELAS II Karakteristik: memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya -> memerlukan tindakan konservasi yang sedang memerlukan pengelolaan yang hati-hati, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara jika tanah diusahakan untuk pertanian tanaman semusim Cocok Untuk: penggunaan tanaman semusim tanaman rumput padang penggembalaan hutan produksi cagar alam.
9
KELAS III ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut Selain itu, 74,8 persen wilayahnya memiliki tekstur tanah yang sedang Sedangkan 25,2 persen sisanya memiliki tekstur yang kasar.
10
Kelas III Karakteristik: Tanah-tanah dalam kelas III mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya Tanah-tanah dalam lahan kelas III mempunyai pembatas yang lebih berat dari tanah-tanah kelas II dan jika digunakan bagi tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tindakan konservasi yang diperlukan biasanya lebih sulit diterapkan dan dipelihara. Cocok Untuk: tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah tanaman rumput padang rumput hutan produksi hutan lindung suaka marga satwa.
11
TIDAK DITEMUKANNYA LAHAN DENGAN TIPE DOMINAN KELAS IV DI PROPINSI BALI
12
Kelas IV Karakteristik: Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan kelas IV lebih besar dari pada tanah-tanah di dalam kelas III pilihan tanaman lebih terbatas Jika digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Cocok Untuk: tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya tanaman rumput hutan produksi padang penggembalaan hutan lindung dan cagar alam.
13
TIDAK DITEMUKANNYA LAHAN DENGAN TIPE DOMINAN KELAS V DI PROPINSI BALI
14
KELAS V Karakteristik: Tanah-tanah ini terletak pada topografi datar tetapi tergenang air selalu terlanda banjir atau berbatu-batu (lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup kerikil atau batuan) iklim yang kurang sesuai atau mempunyai kombinasi hambatan tersebut
15
Evaluasi Kesesuain Lahan
Kelas VI Permukaan tanah: pada umumnya tidak rata Bergelombang sebagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus lahan sawah hektar lahan kering hektar hutan negara 202 hektar perkebunan hektar lain-lain hektar Tingkat kemiringan tanah diatas 40 % (terjal) adalah seluas 16,47 Km2 atau 5,32 % dari Kabupaten Klungkung Sumber:
16
Kelas VI Karakteristik: mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan pertanian Cocok Untuk: tanaman rumput atau padang penggembalaan hutan produksi hutan lindung cagar alam
17
Kelas VII ketinggian antara 100 – mdpl Variasi kelerengan: dataran (0–2%) landai (2-15%) bergelombang (15-30%) curam (30-40%) sangat curam (>40%) Penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran 45,55% hutan negara 17,94% perkebunan 14,52% permukiman dengan pekarangannya 6,38% lahan kering lainnya 5,84% persawahan 5,55% hutan rakyat 4,2% dan lainnya Sumber:
18
Kelas VII Karakteristik: Tidak sesuai untuk budidaya pertanian Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat Tanah-tanah dalam lahan kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika digunakan untuk tanaman pertanian harus dibuat teras bangku.
19
Kelas VIII Karakteristik: Tidak sesuai untuk budidaya pertanian lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami Cocok Untuk: sebagai hutan lindung tempat rekreasi cagar alam
20
NERACA AIR
21
Neraca Air Perencanaan dan Pengelolaan Sumber Daya Air Neraca air pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sangatlah diperlukan. Neraca air ini memuat situasi ketersediaan dan kebutuhan air untuk berbagai penggunaan air.
22
Kenapa butuh Neraca Air
Pengelolaan sumber daya air menjadi penting artinya. Salah satu aspek yang perlu diketahui untuk perencanaan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan adalah diketahuinya keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan airnya.
23
Studi Kasus BALI
24
Kenapa Bali? Pulau Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kembangan itu antara lain ditunjukkan oleh banyaknya pendirian perumahan, hotel dan industri baru. Salah satu dampak dari perkembangan ini adalah meningkatnya kebutuhan air untuk berbagai sektor tersebut.
25
Karakteristik Bali Ketersediaan air tanah di Pulau Bali cukup bervariasi, meskipun demikian sebagian besar wilayah mempunyai kandungan agak kecil (1-5 l/detik) dan kecil (0,5-1 l/detik). Daerah dengan potensi air tanah besar hanya dijumpai di daerah selatan Pulau Bali, khususnya di daerah sekitar Denpasar. Di beberapa tempat bahkan telah diidentifikasi terjadi intrusi air laut akibat penurapan air tanah yang berlebihan seperti Denpasar bagian selatan, sekitar Gilimanuk, negara bagian selatan dan Singaraja bagian utara. Sumber daya air hujan, air sungai, air danau, dan mata air juga telah dieksploitasi secara optimal. Sebagaimana diketahui, masyarakat Bali pada umumnya adalah agraris yang mempunyai matapencaharian sebagai petani.
26
Ketersediaan Air Kebutuhan Air
Metode Penelitian Ketersediaan Air Kebutuhan Air HASIL NERACA AIR
27
KEBUTUHAN AIR
28
Kebutuhan Air Meliputi : Keperluan Domestik Keperluan Industri Keperluan Peternakan Keperluan Perikanan Keperluan Irigasi
29
Keperluan Domestik Kebutuhan air di golongkan dari:
Di kota besar >150 liter/kapita/hari Di kota sedang liter/kapita/hari, Kota kecamatan liter/kapita/hari Desa berkisar antara liter/kapita/hari.
31
Keperluan Industri Kebutuhan air dihitung dari :
Jumlah karyawan industri Konsumsi pemakaian air per karyawan per hari Kebutuhan air untuk proses industri itu sendiri
33
Keperluan Perikanan Kebutuhan air dihitung dari : Luas kolam/tambak
Volume penggantian air per hari, yaitu sebesar 7 mm/ hari/ha.
34
Keperluan Peternakan Kebutuhan air dihitung dari:
Berdasarkan jumlah ternak Konsumsi air per kepala per hari Dimana jenis ternaknya adalah : Sapi-Kerbau-Kuda (40 liter/ kepala/hari) Kambing-domba (5 liter/ kepala/hari) Babi (6 liter/kepala/hari) Unggas (0,6 liter/kepala/hari)
36
Keperluan Irigasi Kebutuhan air dihitung dari : Perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan air irigasi. Etc = Kebutuhan air konsumtif untuk tanaman IR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan RW = Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air P = Perkolasi ER = Hujan efektif IE = Efisiensi Irigasi A = Luas areal irigasi.
38
Ketersediaan Air
39
Ketersediaan Air Meliputi : Ketersediaan Mata Air
Ketersediaan Air Sungai dan Danau PENGHITUNGAN KETERSEDIAAN AIR
40
Ketersediaan Mata Air
41
Persebaran Mata Air di Bali
42
Ketersediaan Air Sungai dan Danau
43
Perhitungan ketersediaan Air
ΔS = P - Ep - Qs – Qm DS = Timbunan Air Tanah P = Besarnya curah hujan Ep = Evapotranspirasi Qs = Debit aliran sungai Qm = jumlah air tanah yang keluar sebagai mata air
44
Perhitungan Ketersediaan Air
Diketahui data di Pulau Bali ΔS = ? P = m3/tahun Ep = m3/tahun Qs = m3/tahun Qm = m3/tahun ΔS = P - Ep - Qs - Qm = – – – = m3/tahun
45
HASIL NERACA AIR
46
KESIMPULAN Kriteria Neraca Air menurut Direktorat Pengairan: Mendekati Titik Kritis : 50%-70% Kritis : 75%-100% Sangat kritis : >100% Berdasarkan kriteria ini, Neraca Air di Pulau Bali dapat dikatakan hampir mendekati titik kritis.
47
NERACA LAHAN
48
Studi Kasus Di Kabupaten Badung , Bali
Tabel 1. Neraca Lahan Kabupaten Badung No. Pemanfaatan Lahan Luas Lahan (km2) Persentase (%) 1 Kawasan Lindung 1.861,22 4% 2 Hutan Rakyat 446,2 1% 3 Pertanian 22.404,13 54% 4 Permukiman 4.244,59 31% 5 Pariwisata 12.895,86 10% Total 41.852 100% Ruang Terbuka Hijau 24.711,55 59% Kawasan Terbangun 17.140,45 41%
50
Kebijakan Pengembangan Wilayah Berdasarkan Kesesuaian Karakteristik Lahan
Berdasarkan karakteristik topografi dan kelerengannya, wilayah kabupaten Badung memiliki variasi yang sangat beragam, yaitu ketinggiannya antara 0 – m dpl dengan kelerengan datar hingga jurang yang curam. Penataan ruang pada wilayah seperti ini relative sulit dibandingkan dengan wilayah yang datar Kab. Badung BadungTengah Badung Utara Badung Selatan
51
Badung Utara Kawasan pegunungan yg subur dan RTH luas sesuai untuk fungsi konservasi lingkungan Mempertahankan kawasan resapan air Menetapkan kawasan Agropolitan Mengembangkan pertanian sebagai budidaya utama Menetapkan wilayah sebagai objek dan daya tarik wisata (kecamatan Petang)
52
Badung Tengah Kawasan dengan ketinggian & kesuburan sedang sesuai konservasi fungsi lindung & budidaya alam seperti pertanian Mempertahankan kawasan pertanian Mempertahankan kawasan perkotaan (Mengwi) dan pusat kegiatan wilayah (Blahkiuh) Mengembangkan sarana & prasarana wilayah Mengembangkan kegiatan IKM dengan ramah lingkungan
53
Badung Selatan Kawasan yg datar, tidak subur dan pesisir
Meningkatkan kualitas lingkungan pariwisata seperti Nusa Dua dan Kuta Mengembangkan sarana & prasarana pelayanan umum yg berkualitas Mengendalikan pembangunan pada kawasan rawan bencana Memantapkan kawasan pesisir dan laut secara terpadu
54
Pusat Pemerintahan Mengwi dengan Lansekap Pertanian
Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang baru dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 44 Ha di Kecamatan Mengwi, Badung Tengah. Kawasan ini dibangun secara terpadu dengan kelengkapan kantor pemerintahan daerah baik eksekutif maupun legislatif serta sarana ibadah dan rekreasi. Lingkungannya tertata asri dengan nuansa alam pedesaan karena hadirnya sawah lengkap dengan sistem perairan subak yang sengaja dipertahankan sepenuhnya menggunakan karakter lokal Bali. Di kawasan ini terasa sekali keseimbangan antara aspek lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi. Kehadiran Pusat Pemerintahan ini diharapkan dapat menjadi contoh dari penataan kawasan dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
56
Oleh karenanya Analisis daya dukung ( carrying capacity analysis ) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan
57
Sehingga Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan
58
Akhirnya Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada.
59
KEMBALI KASIH BERSAMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.