Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MINI PROJECT   TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGKOAN TENTANG DIABETES MELITUS BESERTA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MINI PROJECT   TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGKOAN TENTANG DIABETES MELITUS BESERTA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS."— Transcript presentasi:

1 MINI PROJECT   TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGKOAN TENTANG DIABETES MELITUS BESERTA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS

2 Bab I. PENDAHULUAN

3 I.1 Latar Belakang Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

4 I.1 Latar Belakang Di Indonesia, prevalensi DM  15,9-32,73%, diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. WHO membuat perkiraan  tahun 2000 jumlah penderita diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang. Dalam kurun waktu 25 tahun kemudian (tahun 2025)  jumlah tersebut akan meningkat menjadi 300 juta orang

5 I.2 Pernyataan Masalah Menurut penelitian epidemiologi yang dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global  terutama disebabkan oleh peningkatan kemakmuran suatu populasi, dengan demikian dapat dimengerti dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang, kekerapan DM di Indonesia akan meningkat.

6 berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizI
I.2 Pernyataan Masalah Peningkatan jumlah penderita DM, disebabkan oleh : faktor demografi gaya hidup yang kebarat-baratan berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizI meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin panjang

7 I.2 Pernyataan Masalah Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik adalah pencegahan (primer, sekunder, tersier). Strategi pencegahan  - melalui pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum - pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes.

8 I.3 Tujuan 1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan terhadap diabetes melitus sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang tidak menderita diabetes melitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk masyarakat yang menderita diabetes melitus tetapi tidak berobat rutin 2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan yang menjadi faktor resiko diabetes melitus sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.

9 I.4 Manfaat 1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship. 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes melitus dan perlunya mengenali diabetes melitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit diabetes melitus di masyarakat.

10 Bab II. TINJAUAN PUSTAKA

11 II.1 Etiologi DM Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang Resistensi insulin Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan. Adanya faktor keturunan

12 II.2 Patofisiologi DM Pada DM tipe 1  terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pada DM tipe 2  jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

13 II.3 Gambaran Klinis DM Keluhan Utama : Keluhan lainnya :
Gangguan penglihatan, Kelainan kulit berupa gatal dan bisul-bisul, kesemutan, rasa baal, kelemahan tubuh, luka yang lama sembuh, ISK, penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal. POLIURIA POLIDIPSI POLIFAGIA

14 II. 3 Gambaran Klinis DM Kriteria diagnostik diabetes melitus dan
gangguan toleransi glukosa menurut WHO 1985: Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >= 200mg/ dl, atau  Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) >= 126 mg/dl, atau Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO.

15 II.4 Komplikasi Hipoglikemia. Infeksi.
Komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah. Kerusakan pada ginjal (Nefropati Kerusakan saraf (Neuropati) Kerusakan pada mata (Retinopati)

16 II.5 Penatalaksanaan Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi ( mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya hipoglikemia Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemi. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka diberikan obat anti diabetes oral. Pilar Pengelolaan DM

17 II.5 Penatalaksanaan DM Pilar DM EDUKASI
(pemahaman tentang penyakit DM) DIET (karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan lemak 20-25%) OLAHRAGA (3x seminggu, selama 30 mnt disesuaikan dgn usia) OBAT (Apabila tdk berhasil dengan diet dan olahraga)

18 II.6 Strategi Pencegahan DM
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan ada tiga jenis, antara lain : 1. Pencegahan primer  Semua aktivitas untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap DM / pada populasi. 2. Pencegahan sekunder  Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan. 3. Pencegahan tersier  Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi tersebut.

19 Bab. III METODE MINI PROJECT

20 III. 1 Rancangan Mini project ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara terstruktur kemudian edukasi secara individual terutama pada sampel yang tidak mengerti tentang DM tetapi memiliki faktor resiko menderita penyakit tersebut. Mini poject ini ditujukan sebagai sarana mengaplikasikan pencegahan primer dalam penyakit diabetes melitus.

21 III. 2 Waktu dan Tempat Mini Project
Mini project ini dilaksanakan pada tanggal 10 Januari – 10 Februari 2015 di Puskesmas Kawangkoan dan sekitarnya.

22 III.3 Populasi Populasi mini project adalah masyarakat yang tinggal di wilayah Puskesmas Kawangkoan diambil secara acak yaitu masyarakat yang berobat ke Puskesmas Kawangkoan.

23 III.4 Sampel Sampel mini project  diambil dari masyarakat penderita diabetes yang tinggal di wilayah Puskesmas Kawangkoan yang berobat ke Puskesmas. Sampel mini project didapatkan dengan teknik mengambil sampel dari pasien diabetes yang berobat di Puskesmas Kawangkoan.

24 Sampel terdiri dari 5 orang laki-laki dan 21 orang perempuan.
Usia tahun = 2 orang Usia tahun = 5 orang Usia tahun = 13 orang Usia tahun =4 orang Usia > 80 tahun = 2 orang.

25 Bab. IV HASIL

26 IV.1 Profil kecamatan Kawangkoan :
Kec. di kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia. Penduduknya rata-rata bekerja sebagai petani, pedagang, dan peternak. Fasilitas pendidikan : TK, SD, 6 SMP, 2 SMA dan 1 SMK. Mayoritas penduduk Kawangkoan beragama Kristen sisanya menganut agama Katolik, Islam, dan Budha. Semua tersedia fasilitas ibadah kecuali agama Budha.

27 IV. 2 Data geografis : Wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan yaitu luas wilayah 47 km2 terdiri dari 30 desa, 76 dusun, 32 lingkungan. Batas wilayah kecamatan Kawangkoan yaitu di utara berbatasan dengan kecamatan Sonder, batas selatan Kecamatan Tompaso, batas barat Amurang Minahasa Selatan, batas timur Remboken.

28 IV. 3 Data demografik Tahun 2013 jumlah penduduk jiwa, dengan jumlah laki-laki jiwa perempuan jiwa, jumlah rumah tangga dengan kepadatan penduduk 602 jiwa per km2.

29 IV. 4 Jumlah sarana kesehatan
1 Puskesmas Rawat Inap dengan kapasitas 33 tempat tidur, 1 Puskesmas Keliling, 5 Puskesmas Pembantu, 30 Posyandu, 3 klinik bersalin, dan 7 praktek dokter perorangan.

30 Hasil penelitian 10 Jan 2015 - 10 Feb 2015
Dari total 21 orang sampel perempuan dan 5 orang sampel laki-laki yang dilakukan wawancara terstruktur, didapatkan bahwa : 14 orang tidak mengetahui apa itu diabetes melitus/kencing manis dan bagaimana gejalanya. 12 orang mengerti apa itu diabetes melitus/kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya.

31 Dari 7 orang sampel yang mengetahui gejala kencing manis
3 orang gejalanya sering buang air kecil terutama pada malam hari 2 orang lemas/mengantuk 3 orang sering lapar meskipun sudah banyak makan 4 orang sering haus 2 orang mengalami luka yang tidak sembuh-sembuh masing-masing 1 orang menyebutkan keluhan berat badan menurun, impoten, kesemutan, dan gatal di seluruh tubuh terutama daerah kemaluan.

32 Hasil wawancara 26 orang sampel :
12 orang sampel yang mengerti tentang penyakit diabetes melitus terdapat 8 orang sampel yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes melitus. Faktor pola makan, dari 26 orang sampel yang diwawancara menyebutkan bahwa sebanyak 14 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style) dan 5 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 6 orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk.

33 Bab. V DISKUSI

34 Dari segi teori bahwa jelas jika mencegah lebih baik daripada mengobati. Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi pada penyakit diabetes melitus. Penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi tentang perjalanan penyakitnya, olahraga dan diet. Untuk itu, dalam hal ini peran promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah penyakit diabetes melitus.

35 Promosi kesehatan sebagai usaha pencegahan primer terhadap penyakit diabetes melitus. Mengingat jika promosi kesehatan dilakukan secara serentak dengan mengumpulkan kader atau masyarakat di suatu ruangan kurang efektif, maka perlunya dilakukan promosi kesehatan secara individual terutama bagi masyarakat yang saat diwawancara sama sekali tidak mengerti apa itu diabetes melitus.

36 Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus, terutama pada individu yang beresiko tinggi.

37 Mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang kurang maka dilakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu beresiko atau tidak dengan maksud sasaran pencegahan primer bermanfaat kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu diabetes melitus dan bagaimana pencegahannya. Melakukan penyuluhan/ promosi secara individual tentang diabetes melitus dan edukasi jika menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu agar segera dibawa ke Puskesmas.

38 Menggunakan pamflet pengaturan diet dan diberikan kepada sampel yang sudah mendapatkan edukasi. Dengan cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan primer dan sekunder akan lebih berhasil karena menggunakan pendekatan individual.

39 Bab. VI KESIMPULAN DAN SARAN

40 Kesimpulan Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan terhadap diabetes melitus belum merata. Oleh karena itu, diperlukan adanya promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes melitus, tidak hanya oleh petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.

41 Pola aktivitas dan pola makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan menjadi faktor resiko diabetes melitus. Oleh karena itu, promosi kesehatan primer nampaknya akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara individual (seperti konseling) dibandingkan jika dilakukan melalui pendekatan populasi.

42 Saran Jumlah pasien diabetes dalam waktu tahun mendatang akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan urbanisasi. Pencegahan secara primer, sekunder dan tersier merupakan upaya yang paling tepat dalam mengantisipasi peningkatan ini dengan melibatkan berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat sekitar.

43 TERIMA KASIH


Download ppt "MINI PROJECT   TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGKOAN TENTANG DIABETES MELITUS BESERTA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELITUS."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google