Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KAMPUNG NAGA Daniar Dhaniwiano ( )

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KAMPUNG NAGA Daniar Dhaniwiano ( )"— Transcript presentasi:

1 KAMPUNG NAGA Daniar Dhaniwiano (21-2014-216)
Azella Puteri Adya ( ) M. Irsyad Zhafari ( ) Riyan Wiguna ( ) M. Bimo Eqiyantoro ( ) M. Iqbal Novaldi ( ) Ghamal Daruqutni H ( ) M. Maulana Yusuf ( ) Richard Geraldi ( ) KAMPUNG NAGA

2 PENDAHULUAN Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas kunjungan lapangan ke Kampung Naga untuk matakuliah Perancangan Arsitektur 2 (dua) mengenai arsitektur bangunan dan kehidupan di kampung Naga secara kebudayaan dan adat istiadatnya.

3 Kampung ini dibuat dengan bangunan rumah relatif sama, setiap rumah berbentuk panggung dan dibawah rumah tersebut digunakan sebagai kandang ayam. Atapnya berupa ijuk dari pohon aren, dindingnya berupa bilik bambu. Rumah-rumah tersebut terdiri dari satu kamar tidur, ruang tamu, dapur dan goah. Kamar di peruntukkan untuk orang tua sedangkan untuk anak mereka tidur di ruangan tamu dengan beralaskan tikar. Fungsi Goah adalah untuk menyimpan hasil bumi, seperti ; beras. Dapur berfungsi untuk memasak dan makan kelurga. Mata pencaharian di kampung tersebut adalah bertani, bercocok tanam dan berternak. Warga setempat menanam padi dan sayur-sayuran serta berternak untuk konsumsi mereka, bukan untuk di jual. Kampung Naga yang terletak di desa Neglasari, Kecamatan Kawalu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, merupakan tempat bermukim masyarakat yang mempertahankan adat dan kebudayaan leluhur, dan menghindari peralatan modern. Meskipun teknologi abad 21 menunjukkan perkembangan yang hebat, masyarakat yang mendiami kampung di sebuah lembah di antara pegunungan dan sungai itu mempertahankan adat yang diamanatkan leluhur mereka. Ketika di banyak tempat berbagai kemudahan informasi, transportasi dan berbagai peralatan canggih mudah ditemui, tidak demikian di kampung Naga. Warga kampung Naga itu menjalankan aturan yang ada saat menjalani kehidupan sehari-hari dengan tenteram dan damai, walaupun banyak orang modern yang kerap mengunjungi kampung mereka. Salah satu perkembangan teknologi yang tidak dapat diterima masyarakat kampung Naga adalah jaringan listrik. Pemerintah daerah setempat berulang kali menawarkan fasilitas tersebut, namun masyarakat kampung Naga tetap menolak. Sumber:

4 Permasalahan yang diteliti
Kedatangan kami ke desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, kampung Naga ini adalah kuliah lapangan, untuk mengetahui : 1. Latar Belakang: Definisi, Budaya dan Religi 2. Sosial, Ekonomi, Mata Pencaharian 3. Aspek Makro: Tatanan Masa dan Ruang luar 4. Pengamatan Block Plan: Orientasi masa, Arsitektur Tropis 5. Pengamatan Khusus Ruang Luar 6. Tatanan Masa terpusat dan Linear 7. Konsep Ruang Dalam (Kelengkapan) 8. Struktur

5 1. Latar belakang Kampung Naga di ambil dari bahasa Sunda yaitu dari kata “Nagawir = tebing”, karena kampung Naga dikelilingi oleh tebing-tebing. Kampung Naga ini terutup dari segala aktivitas modern serta menjaga adat istiadat dan mengikuti aturan-aturan terdahulunya. Kampung Naga merupakan kampung adat yang masih bertahan di Indonesia selain Baduy. Sampai saat ini kampung Naga masih menutup diri dari aktivitas modernisasi, seperti ; tidak menggunakan listrik dalam segala aktivitasnya, serta teknologi kecuali ; Televisi dan handphone yang di gunakan sebagai sumber informasi dan komunikasi, akan tetapi mereka tidak menggunakan listrik, melainkan Aki sebagai pengganti listrik. Kampung Naga ini sudah berdiri 500 tahun yang lalu, kampung ini pernah di bakar oleh DI- TII pada tahun Seluruh rumah dan peninggalan purbakala serta buku-buku sejarah lenyap dilahap si jago merah. Pada tahun 1957 kampung Naga di bangun kembali. Kampung Naga dapat ditempuh dengan cara berjalan kaki 2 Km dari jalan raya, jalannya berupa tangga yang banyaknya sekitar 439 anak tangga. Kampung Naga terdapat 2 hutan larangan yang tidak boleh di tebang maupun di datangi oleh masyarakat dalam maupun luar kampung Naga itu sendiri. Di kampung Naga terdapat 112 bangunan, 109 rumah dan 3 bangunan berupa Masjid, lambung padi serta balai pertemuan. Disana terdapat 314 orang yang terdiri dari 109 kepala keluarga.

6 Budaya pada kampung naga sama dengan budaya kampung adat sunda lainnya, yaitu mengutamakan gotong royong. Contohnya bergotong royong dalam membangun rumah, dalam pekerjaan. Kaum laki-laki biasanya bekerja seperti berkebun sedangkan kaum wanita banyak berdiam dirumah, karena mereka mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, membersihkan rumah dll. Religi Masyarakat Kampung Naga adalah penganut agama Islam. Tidak ada perbedaan dengan penganut Islam lainnya, hanya saja sebagaimana masyarakat adat lainnya, mereka juga sangat patuh memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Bagi masyarakat Kampung Naga, agama dan adat merupakan kendali dalam mengatur kehidupan mereka. Ketaatan mereka kepada agama merupakan kewajiban yang diturunkan leluhur mereka. Dan ini berarti juga bentuk ketaatan mereka kepada adat istiadat yang selama ini mereka pegang teguh. Selain itu, masyarakat kampung naga memiliki kepercayaan dalam keseharian mereka: 1.    Mitos Dan Etika Padi 2. Kawasan Sakral 3.    Hantu Dan Dedemit 4.    Hari-hari nahas

7 2. Sosial, Ekonomi, mata pencaharian
Kampung Naga, yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Kawalu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, merupakan tempat bermukim masyarakat yang mempertahankan adat dan budaya leluhur, dan menghindari peralatan Modern. Meskipun teknologi abad 21 menunjukkan perkembangan yang hebat, masyarakat yang mendiami kampung disebuah lembah di antara pegunungan dan sungai itu mempertahankan adat yang diamanatkan leluhur mereka. Ketika dibanyak tempat berbagai kemudahan informasi, transfortasi, dan berbagai peralatan canggih mudah ditemui, tidak demikian di Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga selalu mengikuti perkembangan, tetapi mereka selalu memfilternya, mana yang dapat diterima oleh mereka di masyarakat Kampung Naga. Aturan adat merupakan harga mati yang tidak boleh dilanggar maupun diubah atau dicampuradukkan dengan adat dan budaya luar. Warga kampung itu menjalankan aturan yang ada saat menjalani kehidupan sehari-hari dengan tenteram dan damai walaupun banyak orang modern yang kerap mengunjungi kampung mereka. Salah satu perkembangan teknologi yang tidak dapat diterima masyarakat kampung Naga adalah jaringan Listrik. Pemerintah daerah setempat berulang kali menawarkan fasilitas tersebut, namun masyarakat kampung Naga tetap menolak. Menurut salah satu warga kampung Naga, penolakan itu sederhana, agar tidak ada kecemburuan sosial di sana.

8 Pada orang tua di kampung itu meyakini, jika jaringan listrik masuk ke permukiman yang memiliki rumah adat, diantaranya bale tempat perkumpulan dan masjid, maka kehidupa mereka akan berubah. Keberadaan listrik dikhawatirkan perubahan gaya hidup mereka, misalnya ; rasa ingin memiliki kebutuhan hidup yang serba canggih, listrik membuat anggota masyarakat yang memiliki uang membeli peralatan rumah tangga yang serba menggunakan listrik, termasuk televisi berwarna. Masyarakat kampung Naga, tidak menolak keberadaan pesawat televisi dan sebagian warga memiliki televisi untuk sekedar mengetahui informasi dari luar. Itu pun hitam putih yang listriknya dari aki. Di kampung ini aki diperbolehkan, kecuali listrik. Selain menolak jaringan listrik, masyarakat kampung Naga juga menolak masuknya perlatan memasak seperti kompor gas. Program pengalihan ke kompor gas, yang digagas pemerintah untuk mengurangi subsidi bahan bakar, ditolak kampung itu. Warga kampung Naga mempertahankan kebiasaan memasak dengan menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Bagi mereka, tungku itu merupakan peninggalan orang terdahulu kampung Naga dalam cara memasak. Jika memasak dengan tungku ini di tinggalkan, bagaimana kita dapat mengenalkan pada anak cucu mereka bahwa dulu itu memasak dengan tungku. Inilah alasan mengapa mereka menolak kompor gas. Dengan itu juga, ketika malam tiba masyarakat masih menggunakan lampu templok dan petromak, alat penerang dengan minyak tanah. Bagi masyarakat kampung Naga, minyak tanah merupakan barang yang berharga bagi kebutuhan hidup sehari-hari. Maka, tidak mengherankan, ketika pemerintah mencabut subsidi minyak tanah, masyarakat adat melakukan aksi. Pada juni 2009, masyarakat kampung Naga menutup diri dari masyarakat luar. Mereka menolak kedatangan wisatawan sampai pemerintah menyediakan minyak tanah dengan harga terjangkau. Akhirnya, dengan kebijakan khusus dari pemerintah, kebutuhan minyak tanah masyarakat kampung Naga, yang setiap bulannya sekitar seribu liter, terpenuhi. Tuntutan penyedian minyak tanah itu bukan di gratiskan. Bagi mereka pantang meminta. Mereka merasa mampu membeli minyak tanah asal harganya Rp hingga Rp per-liter.

9 Warga kampung Naga merupakan penganut Islam yang taat menjalankan ibadah shalat lima waktu dan kewajiban lainnya, seperti puasa di bulan Ramadhan, mereka membantah pemberitaan di media massa elektronik dan cetak yang menyebutkan bahwa masyarakat kampung Naga menunaikan shalat lima waktu hanya pada hari ju’mat. Pada sisi lain, masyarakat adat kampung Naga tidak menghilangkan adat dan budaya leluhur dengan mengadakan upacara ritual ke makam yang berada di hutan yang di sakralkan masyarakat. Di makam leluhur bernama Sembeh Dalem itu biasa dilakukan ritual jiarah enam kali dalam setahun, dengan kegiatan upacara adat di hutan larangan dan tidak sembarangan orang dapat masuk kesana. Kampung Naga juga terdapat rumah adat bernama Bumi Ageung, yaitu tempet benda- benda peninggalan leluhur. Rumah itu disakralkan, hanya orang tertentu seperti kuncen dan sesepuh yang dapat masuk. Larangan tersebut, dijaga dengan ketat, tidak ada yang boleh melanggar tanpa terkecuali. Jika ada pengunjung yang tetap memaksa untuk melanggar, maka mereka akan di keluarkan dari kampung Naga tersebut. Sedangkan mengenai pendidikan, warga kampung Naga diizinkan menempuhnya hingga pendidikan tinggi. Pendidikan menurut mereka, merupakan sesuatu yang dianggap penting untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dengan itu, anak-anak sekolah dari luar diizinkan menginap untuk mengenal kegiatan siang dan malam serta mengetahui budaya di kampung Naga.

10 Ekonomi & Mata Pencaharian
Pada dasarnya, perekonomian Kampung Naga ditunjang oleh lima sektor, yaitu pertanian, peternakan, kerajinan tangan, penerjemah, dan pariwisata. Berikut ini akan dibahas mengenai sektor-sektor utama dalam perekonomian Kampung Naga. 1. Pertanian Pertanian adalah sektor utama perekonomian di Kampung Naga. Berikut ini adalah beberapa rincian kegiatan pertanian di Kampung Naga. ·         Sebagian hasil padi disimpan untuk makanan sehari-hari penduduk, dan selebihnya dijual. ·         Sawah digarap sendiri. ·         Harga padi Rp 300,-/kg, Rp ,-/kwintal (data pada tahun 2009). ·         Sawah dimiliki secara turun-temurun.

11 2. Peternakan peternakan merupakan salah satu kegiatan yang ada di Kampung Naga. Meski demikian, peternakan bukan merupakan sektor utama perekonomian Kampung Naga. ·   Hewan yang diternakkan adalah kambing dan ayam. ·  Seperti halnya dalam sektor pertanian, sebagian hasil ternak dijual dan sebagian lagi untuk dimakan. · Makanan untuk ternak dapat mereka hasilkan sendiri, yaitu rumput untuk kambing dan beras serta jagung untuk ayam. 3. Kerajinan dan alat musik tradisional Salah satu kegiatan ekonomi yang ada di Kampung Naga ialah kerajinan. Selain menjadi kegiatan ekonomi, kerajinan juga merupakan khas dari masyarakat Kampung Naga. ·  Sebagian kerajinan dibuat di Kampung Naga, sebagian lain di luar. ·  Kerajinan yang dibuat di Kampung Naga terbuat dari lidi dan bambu, biasanya berupa anyaman dari bambu dan lidi.

12 4. Penerjemah Meski mayoritas penduduk Kampung Naga adalah petani dan peternak, tetapi mereka juga tetap berpendidikan (sekolah). Ada penduduk Kampung Naga yang sekolah di luar daerah, bahkan melanjutkan sekolahnya sampai ke luar negeri. Sepulang dari luar negeri, biasanya mereka kembali ke Kampung Naga untuk mengabdi di sana sebagai penerjemah bagi turis yang datang. Saat ini ada empat belas orang penerjemah (data pada tahun 2009) yang bertugas memandu wisatawan asing yang ingin mengenal seluk-beluk dari Kampung Naga 5. Pariwisata atau kampung budaya Bisa dibilang, pariwisata adalah sektor yang secara tidak langsung menjadi andalan perekonomian Kampung Naga selain sektor pertanian. Dahulu, wisatawan yang datang ke Kampung Naga tidak dipungut biaya ketika datang menginap, namun sekarang Kampung Naga telah memasang tarif. Oleh karena itu, sebagai objek wisata dengan alam dan penduduknya, pariwisata pun menjadi salah satu bidang penghasil uang bagi penduduk Kampung Naga.

13 3. Aspek Makro: Tatanan Masa dan Ruang luar

14 BATAS-BATAS WILAYAH Utara-Timur: Sungai Ciwulan - Hutan Larangan
Selatan: Sawah Penduduk dan Parit Barat: Tebing – Hutan Keramat

15 Pembagian daerah kotor dan bersih di kampung naga
Pengertian kotor dan bersih disini adalah : Daerah bersih untuk daerah yang bersih dan kering seperti perkampungan yang dibatasi oleh pagar anyaman bambu rangkap dua yang disebut kandang jaga. Daerah kotor adalah daerah yang berkaitan dengan air dan bersifat basah.

16 A.Daerah makam terletak disebelah barat kampung.
B.Daerah permukiman terletak di dalam kandang jaga terdiri dari rumah penduduk dan beberapa bangunan umum serta bangunan keramat. C.Daerah yang berada di luar kandang jaga terdiri dari sawah, balong, jamban dan saung lisung.

17 4. Pengamatan Block Plan: Orientasi masa, Arsitektur Tropis
Dalam terik matahari, suasana di dalam rumah tetap sejuk sedangkan di malam hari suhu ruangan tetap hangat. Ini dikarenakan material yg digunakan seperti dinding anyam yg memiliki banyak celah sehingga udara bisa masuk, selain itu rumahnya yang berkonsep rumah panggung memungkinkan udara masuk dari lantai melalui celah-celah kayu lantai. Lantai palupuh pada dapur memberi kesejukan di dapur disamping kepraktisan dan kemudahan perawatan. Pada Bagian dapur diberi beberapa bukaan agar asap dari tungku bisa keluar. Orientasi bangunan pada kampung naga yaitu Bubung atap menghadap barat-timur. Rumah menghadap ke barat- timur dengan pintu di bagian utara-selatan yaitu di sisi panjang. Arsitektur Tropis sangat berpengaruh di Indonesia, di kampung naga arsitektur tropis banyak digunakan, ini untuk mencapai tujuan yaitu kenyamanan rumah dalam kondisi alam yg ekstrim. U

18 5. Pengamatan Khusus Ruang Luar
Pada bagian ini kami dapat melihat secara langsung aktivitas-aktivitas yang terbentuk di luar bangunan : 1. Area tengah kampung yaitu area dimana lokasi bale dan masjid kampung naga berada pada pusat perkampungan dengan memiliki area lapangan luas di depannya, lapangan luas tersebut biasa digunakan untuk berbagai aktifitas seperti acara adat, gotong royong, kumpulan warga, penerimaan tamu, menjemur padi, anak-anak bermain

19 2. area depan rumah / golodog yaitu area dimana si pemilik rumah melakukan aktifitas ringan di bagian depan rumah seperti bersantai, bercengkrama dengan tetangga sekitar, membuat kerajinan, selain itu pada area ini juga pada sebagian rumah digunakan untuk menyimpan perlengkapan barang seperti alat bertani, alat berburu, alat rumah tangga,dll

20 3. area kotor adalah area dimana warga melakukan aktifitas mandi cuci kakus, dengan letak area kotor tersebut berada diluar area perumahan yang membuat warga memiliki rutinitas keluar dari pemukiman untuk mandi cuci kakus

21 4. Kegiatan menumbuk padi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di luar rumah, karena di kampung naga belum ada alat penumbuk padi modern maka kegiatan menumbuk padi juga bisa sebagai kegiatan hiburan warga kampung naga khususnya para kaum ibu-ibu. Karena dalam kegiatan ini tidak hanya menumbuk padi saja tetapi sekaligus bermain musik tradisional. Biasanya kegiatan menumbuk padi ini dilakukan di saung atau di area lahan luas

22 6. Tatanan Masa terpusat dan Linear

23 7. Konsep Ruang Dalam (Kelengkapan)
Penghormatan kepada Dewi Sri menyebabkan perletakan goah (ruang tempat menyimpan beras) dianggap sebagai ruang utama pada sebuah rumah. Goah diletakkan di sisi barat atau timur sesuai weton (hari lahir) dari istri. DENAH Keterangan : 1. Tepas : ruang tempat menerima tamu 2. Pangkeng : ruang tidur 3. Tengah imah : ruang keluarga & r.tidur anak2. 4. Pawon : dapur, tempat makan dan mengobrol. 4a. Hawu : tempat memasak/ kompor. 5. Goah : sbg ruang utama, tempat menyimpan padi & beras 6. Golodog : undakan

24 8. Struktur dan konstruksi
Struktur dan kontruksi rumah kampung naga pada awalnya hanya berupa sambungan antar kayu yang dikaitkan dengan teknik kayu pasak. Namun setelah terjadi penyerangan DI/TII sebagian besar rumah warga menjadi rusak, agar lebih kokoh dari sebelumnya sehingga konstruksi bangunan menggunakan sambungan dengan paku. Selain lebih kokoh, penggunaan paku ini juga membuat pembangunan rumah yang rusak menjadi lebih cepat.

25 Struktur utama dibagi 2 yaitu upper structure dan sub structure
Struktur utama dibagi 2 yaitu upper structure dan sub structure. Jika dijabarkan dari atas yaitu mulai dari atap, dinding, dan kolom berupa tiang kayu albasia 10x10cm. Sedangkan untuk sub structure jika dijabarkan yaitu lantai berupa papan kayu, balok berupa golodog bambu, dan pondasi umpak batu kali yang dipahat. Jika digambarkan maka kerangka struktur rumah di kampung naga ini akan terlihat seperti gambar di atas. Di bagian depan terdapat teras berupa papan kayu yang dibuat menanjak melalui beberapa anak tangga.

26 Cagak Gunting Atap berbentuk julang ngapak, yaitu atap pelana memanjang dengan kedua sisi yang diperpanjang sehingga berbentuk seperti sayap burung. Untuk membuat rangka atapnya, kayu diikat dengan tali Ijuk atau tali rotan. Penutup atap ada 2 lapis, lapisan yang di dalam adalah ilalang dan lapis terluar adalah ijuk. Terdapat cagak gunting di ujung atap, mengarah ke timur dan barat dan terbuat dari bambu berukuran 50 cm yang dilapisi ijuk. Cagak gunting dibuat sebagai lambang perdamaian dan pelindung dari malapetaka ANYAMAN BAMBU Dinding terbuat dari anyaman bambu dan papan kayu yang dilapisi oleh kapur. Anyaman bambu memungkinkan adanya pertukaran udara terus menerus. Pelapisan oleh kapur bertujuan untuk melindungi kayu dari kelembapan udara sekitar. Lantai berasal dari kayu albasia yang berbentuk papan dengan lebar kayu cm

27 Menggunakan pondasi umpak/tapakan
Menggunakan pondasi umpak/tapakan. Terbuat dari batu sungai yang dipahat dengan tinggi ±50 cm. Ukuran bagian atas sebesar 20x20 cm, sedangkan di bawah sebesar 30x30 cm. Pondasi ini hanya diletakan begitu saja di atas tanah, lalu rumah langsung diletakan juga di atas batu tersebut. PONDASI UMPAK Terdapat 2 buah pintu pada fasad rumah. Pintu utama yang terbuat dari kayu dan pintu menuju dapur yang terbuat dari sasag (anyaman dari bambu). Pintu-pintu tersebut berukuran 175x75x4 cm (tinggi/lebar/tebal). Sedangkan jendela berukuran 60x40 cm (tinggi/lebar). Beberapa jendela sudah menggunakan kaca.


Download ppt "KAMPUNG NAGA Daniar Dhaniwiano ( )"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google