Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

GANGGUAN TUMBUH KEMBANG PADA GIGI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "GANGGUAN TUMBUH KEMBANG PADA GIGI"— Transcript presentasi:

1 GANGGUAN TUMBUH KEMBANG PADA GIGI
Kelompok D NIM 2014

2 KELAINAN TUMBUH KEMBANG GIGI TERJADI PADA
Jumlah Bentuk Ukuran Struktur Warna

3 Kelainan Jumlah Gigi Anodontia Hipodontia Oligodontia Supernumerary teeth

4 Anodontia Kelainan kongenital yang menyebabkan absennya gigi secara keseluruhan di rongga mulut. Anodontia dibagi menjadi: Anodontia sebenarnya  kegagalan pertumbuhan gigi di gusi. Pseudoanodontia  absennya gigi namun benih gigi ada di gusi. Biasanya gigi tersebut impaksi atau gigi yang tidak erupsi. False anodontia  absennya gigi karena adanya ekstraksi gigi.

5 Etiologi: Pengaruh genetik (MSX1 dan PAX9). Pengaruh kelainan ektodermal dysplasia. Pengaruh radiasi yang tinggi.

6 Partial Anodontia Kelainan kongenital yang menyebabkan kegagalan pertumbuhan satu atau beberapa gigi. Kelainan ini lebih sering terjadi pada perempuan. Gigi yang paling sering tidak tumbuh adalah gigi M3; gigi P2; dan gigi I2. Gigi M1 dan gigi I2 mandibular paling jarang mengalami partial anodontia. Partial anodontia dibagi menjadi hipodontia dan oligodontia.

7 Kegagalan pertumbuhan dari satu atau lebih gigi Oligodontia
Partial anodontia Hipodontia Kegagalan pertumbuhan dari satu atau lebih gigi Oligodontia Kegagalan pertumbuhan dari enam atau lebih gigi

8 Etiologi Asosiasi dengan penyakit lain
Kegagalan dalam proses pembentukan gigi Pengaruh genetik (autosomal dominan, autosomal resesif, atau sex-linked) Pengaruh penyakit herediter (Sindrom Down, Sindrom Cruozon, dan Sindrom Turner) Erupsi terlambat. Bentuk gigi menjadi lebih kecil. Ukuran gigi menjadi lebih kecil. Taurodonsia. Enamel hipoplasia. Akar gigi yang pendek. Salah tempat erupsi dari gigi kaninus atas.

9

10 Supernumerary teeth

11 Definisi Kelainan jumlah tumbuh kembang gigi
 adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal  dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap  terjadi pada tahap inisiasi dan proliferasi.

12 Etiologi Proliferasi sel yang berlebihan pada saat pembentukan benih gigi  Gigi yang terbentuk melebihi jumlah yang normal Diturunkan dari orang tua (herediter) Bagian dari sindroma tertentu  cleft lip and cleft palate (sumbing pada bibir dan langit-langit).

13 Gambaran klinis Supernumerary teeth  memiliki bentuk yang sama atau berbeda dengan gigi normal Bila berbeda  bentuknya dapat konus (seperti kerucut), tuberculate (memiliki banyak tonjol gigi), atau odontome (bentuknya tidak beraturan). Lebih sering terjadi pada rahang atas dibandingkan rahang bawah. Dapat terbentuk di berbagai bagian rahang: a. Daerah antara gigi insisif 1 atas kanan dan kiri (mesiodens) b. Sebelah gigi molar (para-molars) c. Bagian paling belakang gigi molar terakhir (disto-molars) d. sebelah gigi premolar (para-premolars). Lebih sering terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi susu.

14 Contoh kasus Gambar kiri : mesiodens pada rahang atas
Gambar kanan : paramolar pada rahang atas

15 Distomolar pada rahang atas

16 Kelainan Bentuk Gigi Talon cusp Hutchinson teeth Peg Shape Geminasi
Fusion Concrescence Dens evaginatus Dens in dente Taurodonsia Dilaserasi Deformitas gigi pada penyakit Ricketsia Deformitas gigi pada Hipoparatiroid

17 Definisi Kelainan bentuk tumbuh kembang gigi  tonjolan kecil dari enamel pada daerah singulum gigi anterior atas dan bawah tetap menyerupai tanduk  terjadi pada tahap morfodiferensiasi. Etiologi faktor genetik / turunan Talon cusp

18 Gambaran radiografi Gambaran klinis Superimposed pada mahkota dan insisal yang terlibat Tonjolan kecil dari enamel pada daerah singulum gigi anterior atas dan bawah tetap menyerupai tanduk

19 Gambar : talon cusp pada singulum gigi insisivus pertama kanan dan kiri pada rahang atas
Contoh kasus

20 Gambar : talon cusp pada gigi-gigi anterior rahang atas

21 HUTCHINSON TEETH Bentuk gigi abnormal pada sifilis kongenital
Bentuk khas : "gigi obeng", lebar pada bagian servikal sempit pada bagian insisal dan tonjolan-tonjolan (notch) pada edge insisal  Pada gigi M1 permukaan oklusalnya mempunyai turbekel kecil-kecil ganda, dengan cusp yang perkembangannya jelek terlihat seperti buah murbei (mulberrry molar) Terjadi karena adanya perubahan benih gigi pada tahap morfodiferensiasi Perubahan pada benih gigi ini berupa inflamasi di dalam dan disekitar gigi yang ditandai dengan hiperplasia organ HUTCHINSON TEETH

22 HUTCHINSON TEETH

23 Akar dan mahkota yang konikal serta berukuran lebih kecil dari gigi normal. 
GC Black menamakan tipe ini sebagai enamel drops. Disebut juga sebagai mesiodens dan sering ditemukan pada daerah midline dari insisif tetap maksila.  Umumnya dijumpai di antara gigi tetap khususnya gigi anterior, biasanya di gigi kaninus. Gangguan pada tahap morfodiferensiasi PEG-SHAPED

24 PEG-SHAPPED

25 Geminasi merupakan gigi yang besar karena satu benih gigi berkembang membentuk dua gigi.
Biasanya menyebabkan terpisahnya mahkota gigi secara menyeluruh atau sebagian melekat pada satu akar dengan satu saluran akar. Bisa terdapat pada gigi desidui maupun gigi tetap. Gigi insisivus sulung rahang bawah dan gigi insisivus permanen rahang atas adalah yang paling sering mengalami geminasi Etiologi: herediter Geminasi

26

27 Fusi merupakan penggabungan dua benih gigi yang berdekatan pada bagian dentin pada saat pertumbuhan yang menghasilkan penggabungan dua gigi bagian dentin dan . Etiologi: herediter dan trauma saat pembentukan gigi. Shafer (1974) dkk berspekulasi bahwa tekanan yang dihasilkan oleh sejumlah gaya fisik akan memperlama kontak antara gigi yang sedang berkembang dan mengakibatkan gigi fusi. Gigi sulung dan gigi tetap dapat mengamali fusi tetapi lebih sering terjadi pada gigi sulung. Fusion

28 Fusi dapat terjadi secara complete dan incomplete
Complete fusion : jika fusi terjadi sebelum kalsifikasi gigi mulai. Mahkota gigi menyatu dan akan menggabungkan komponen gigi yaitu dentin, enamel, dan ruang pulpa. Incomplete fusion : jika fusi terjadi pada later stage pada pembentukan gigi. Terlihat mahkota yang terpisah dan fusi hanya terjadi hanya pada akar dengan ruang pulpa yang menyatu atau terpisah.

29 Fusi yang tidak sempurna antara gigi desidui incisive lateral dengan desidui canine pada mandibular
Fusi yang sempurna ditandai dengan mahkota klinis yang besar tanpa pemisahan (groove) yang jelas antara incisive sentral dan lateral gigi permanen atas.

30 Perbedaan fusi dengan geminasi :
Terjadi pengurangan jumlah gigi pada fusi begitu juga sebaliknya pada geminasi Gambaran radiografi akan memperlihatkan akar gigi yang terpisah pada gigi yang terlihat menyatu. Fusi  akar 2 & 2 gigi jadi 1 Geminasi  akar 1 & 1 gigi jadi 2

31 Concrescence adalah pelekatan yang erat antara akar-akar gigi yang berdekatan karena adanya pengendapan sementum. Etiologi: Trauma dan Crowding of teeth dengan resorpsi tulang interdental yang menyebabkan dua akar menyatu dengan deposisi sementum diantaranya. Bisa muncul sebelum dan sesudah gigi erupsi. Sering terjadi pada gigi molar permanen rahang atas Concrescence

32 Concrescence

33 Dens evaginatus adalah anomali perkembangan yang menghasilkan struktur serupa kuspa, biasanya pada daerah batas yang melintasi premolar. Etiologi: Anomali ini terbentuk pada waktu perkembangan awal gigi oleh proliferasi dan evaginasi epitelium ke dalam retikulum stelat dan menghasilkan protuberansi dan dentin dengan tanduk pulpa. Dens Evaginatus

34 Dens in Dente (Dens Invaginatus)
Merupakan gigi di dalam gigi Bisa terjadi pada gigi sulung dan permanen Etiologi: merupakan keturunan dengan autosomal dominan dengan ekspresi yang bervariasi dan mungkin penetrasi yang tidak sempurna Sering terlihat pada daerah ceruk lingual gigi insisif kedua atas Karakteristik: ada garis invaginasi di enamel dan adanya foramen caecum dengan kemungkinan adanya hubungan antara kavitas dengan pulpa Ada debris dalam invaginasi membuat kerusakan pada gigi tidak terdeteksi Makanan dapat bersarang dalam invaginasi tersebut dan mengakibatkan nekrosis Indikasi pertama : radang periapeks Terdapat 2 tipe, yaitu tipe koronal dan tipe radikular Dens in Dente (Dens Invaginatus)

35 Tipe radikuler Tipe koronal

36 Pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi
Dapat terjadi pada: gigi posterior dan anterior, gigi sulung maupun permanen dan sering terjadi pada molar sulung Secara klinis terlihat normal Pada kelainan ini hanya dapat dideteksi melalui gambaran radiografi Dalam foto rontgen akan terlihat kamar pulpa yang sangat luas, akar pendek, dan bifurkasi hanya beberapa milimeter dari apeks TAURODONTIA

37

38 Dilaserasi merupakan suatu angulasi akar yang abnormal terhadap aksis memanjang dari mahkota gigi.
Umumnya deviasi angulasi terlihat sangat tajam , hampir tegak lurus. Etiologi: trauma merupakan salah satu faktor penyebab sehingga mahkota bergeser dan akar memutar atau bengkok setelah terjadinya trauma. Keadaan ini menimbulkan masalah pada saat pencabutan gigi. Dilaserasi

39

40 Deformitas Gigi pada Penyakit Ricketsia
Etiologi: Tidak bisa menyerap kalsium Adanya gangguan penyerapan kalsium karena defisiensi vitamin D Gambaran klinis: Hipokalsifikasi rangka Hipokalsifikasi dan dentin, tubuli dentin tidak beraturan dengan interglobular dentin yang luas Dapat terjadi late eruption Deformitas Gigi pada Penyakit Ricketsia

41

42 Deformitas Gigi pada Hipoparatiroid
Gambaran klinis: Hipoplasia atau aplasia enamel, pembentukan fissure pada Gangguan mineralisasi dentin atau hipokalsifikasi Penebalan lamina dura pada daerah tulang Deformitas Gigi pada Hipoparatiroid

43

44 Kelainan Ukuran Gigi Makrodentia Mikrodentia

45 Makrodontia Kelainan ukuran gigi lebih besar dari normal
Etiologinya tidak di ketahui Manifestasi klinis : Ukuran gigi tampak lebih besar daripada gigi normal Ukuran maksila dan mandibula relatif kecil Biasanya mengenai gigi molar tiga rahang bawah dan premolar dua rahang bawah, serta insisifus sentral rahang atas. Umumnya pada penderita pituitary gigantism

46 Makrodontia

47 Mikrodontia Kelainan ukuran gigi lebih kecil dari normal.
Etiologi nya tidak di ketahui, diperkirakan terjadi sebagai akibat adanya dirupsi pada saat awal pertumbuhan dan perkembangan gigi yaitu tahap bud stage pada minggu kedelapan masa prenatal Manifestasi Klinis: Ukuran maksila dan mandibula relatif besar Kelainan bentuk yaitu dengan bentuk kerucut atau konus yang disebut conical teeth Biasanya terlihat pada molar ketiga rahang atas, diikuti oleh supernumerary teeth Ada 3 tipe dari mikrodontia : 1). True generalized microdontia 2) relative generalized microdontia 3) microdontia involving a single tooth Umumnya pada penderita pituitary dwarfism

48 Mikrodontia

49 Kelainan Struktur Gigi
Hipoplasia enamel gigi sulung Fluorisis Ghost teeth Shell teeth Hipokalsifikasi Kelainan herediter: Amelogenesis imperfecta Dentinogenesis imperfecta

50 Hipoplasia Enamel Gigi Sulung
Suatu kondisi dalam mulut yang memperlihatkan adanya pembentukan enamel gigi yang tidak sempurna Kondisi ini merupakan bentuk dari amelogenesis imperfecta dan seringkali ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kuning, kemerahan atau coklat pada gigi

51 Hipoplasia Enamel Gigi Sulung
Kasus yang ringan  memperlihatkan hanya sedikit groove, pit dan fissure pada permukaan Kasus yang berat  akan terlihat deretan pit horizontal yang dalam pada permukaan enamel Kasus yang lebih berat  lapisan enamel bisa jadi tidak ada

52

53 Fluorosis Adalah salah satu gejala yang muncul apabila seseorang mendapat asupan fluor secara berlebih Fluorosis gigi dapat didefinisikan sebagai kerusakan enamel secara kualitatif yang merupakan hasil dari peningkatan konsentrasi fluor di sekitar ameloblast selama pembentukan enamel gigi. Menyebabkan perubahan warna gigi menjadi tidak putih lagi sebagaimana gigi yang sehat, akan tetapi menjadi pucat dan buram.

54 Etiologi Fluorosis Fluorosis air minum
Pemberian suplemen yang mengandung fluor Pemberian makanan dan minuman yang mengandung fluor Pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor

55 Gejala Klinis Fluorosis Gigi
Ringan → garis putih luas dan menonjol, menimbulkan gambaran bercak2 kecil dan tidak teratur Sedang → ditandai dengan daerah opak yang tidak teratur berfusi sampai ke seluruh permukaan gigi sehingga gigi nampak putih seperti kapur (chalky white). Berat → Seluruh permukaan gigi nampak opak dan menunjukkan hipoplasia yang sangat jelas atau lepasnya permukaan enamel terluar yang mengakibatkan terbentuknya pit-pit atau bercak-bercak pada permukaan. Bagian enamel hilang, warna cokelat tua.

56

57 Disebut juga Odontodysplasia regional / Odontogenesis imperfecta
Kelainan terlokalisasi yang hanya mengenai sekelompok gigi yang berdekatan dalam satu lengkung rahang. Terlihat adanya malformasi dan klasifikasi yang buruk. Lapisan tipis, hipoplasi dan hipoklasifikasi. Lapisan dentin tipis, rongga pulpa besar GHOST TEETH

58 Gambaran klinis : Kamar pulpa besar dan saluran akar yang lebar karena hipoplasi dentin yang tipis. Enamel tipis, kepadatannya berkurang terkadang begitu tipis sehingga tidak terlihat pada gambaran radiograf.

59 SHELL TEETH Merupakan Dentinogenesis Imperfecta tipe III
Kelainan yang terjadi pada dentin, sedangkan normal. Dentin sangat tipis dengan kamar pulpa lebar. Akar gigi sangat pendek Etiologi : Kelainan pada fase histodiferensiasi pada pembentukan gigi Merupakan penyakit herediter Gambaran Klinis : Gigi geligi tampak seperti “shell” dan pembukaan pada pulpa gigi SHELL TEETH

60 Radiografi : Enamel mungkin hilang dengan dentin yang sedikit tersisa. Crowns mungkin bulat pada gigi posterior

61 Hipokalsifikasi Email
bercak putih opak yg tampak pada gigi geligi susu dan tetap umumnya ditemukan pada 25% populasi Insisivus central  paling sering kena Etiologi: jejas pada benih gigi selama stadium kalsifikasi Kerusakan tampak sebagai bercak putih karena kekurangan kalsium pada saat serangan Bentuk gigi normal Sukar dibedakan antara hipoplastik dan hipokalsifikasi

62 Hipokalsifikasi Email

63 Amelogenesis imperfecta
Suatu kelainan formasi dari enamel atau permukaan luar gigi permanen yang diturunkan. Karakteristiknya terjadi hipokalsifikasi, hipoplasia, atau hipomaturasi yang menyeluruh.   Terbagi menjadi 3 tipe : Tipe 1 : hipoplastik Tipe 2 : hipokalsifikasi Tipe 3 : hipomaturasi

64 Tipe 1 hipoplastik Kurangnya yang normal, menyebabkan  mahkota   gigi-gigi nampak pucat, coklat kekuningan, berlubang-lubang atau beralur.  

65 Tipe 2 hipokalsifikasi yang lunak, tetapi hilang jauh lebih cepat dan mengakibatkan terbukanya dentin segera sesudah erupsi. Warna gigi biasanya mempunyai gigi-gigi berwarna madu dengan corak permukaan kasar, gigi-gigi tidak erupsi multipel dan gigitan terbuka interior.

66 Tipe 3 hipomaturasi yang normal banyaknya, tetapi nya lunak dan kurang mineral, karenanya sonde gigi bila ditekan akan melubangi permukaan .

67 Dentinogenesis imperfecta
Suatu kelainan genetik yang mempengaruhi struktur gigi, akibat terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi pertumbuhan dan perkembangan gigi. Secara umum mahkota gigi pada penderita dentinogenesis imperfecta biasanya mempunyai ukuran yang normal, namun adanya pengerutan pada bagian servikal gigi. Akar gigi terlihat ramping dan pendek.

68 Dentinogenesis imperfecta
Pada waktu histodiferensiasi, terjadi proses diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Bagian perifer dari dental organ akan menjadi odontoblas, lapisan ini akan membentuk dentin. Gangguan diferensiasi selsel formatif benih gigi akan menghasilkan struktur dan dentin yang abnormal. Kegagalan odontoblas berdiferensiasi pada tahap ini akan menghasilkan struktur dentin abnormal, yang dikenal dengan dentinogenesis imperfecta.

69

70 Kelainan Warna Gigi Intrinsik Ekstrinsik

71 Kelainan Warna Gigi

72 Diskolorasi Perubahan warna pada gigi: Intrinsik Ekstrinsik

73 Intrinsik Disebabkan karena adanya penumpukan bahan- bahan dalam struktur gigi Anomali Warna Gigi: Tetracycline Stain Fluorosis Neonatal Hyperbilirubinemia (Jaundice) Erythroblastosis Fetalis Porphyria

74 Tetracycline Stain Pemakaian antibiotik tetracycline saat masa kehamilan  tetracycline menembus plasenta  proses pertumbuhan gigi Efek bisa lokal atau generalized pada gigi sulung dan permanen. Gambaran klinis: Kuning hingga cokelat High dose menyebabkan enamel hypoplasia

75 Fluorosis (Mottled Enamel)
Pemakaian fluor berlebih: Minuman mengandung fluor Tablet Fluor Pasta gigi Gambaran klinis: Konsentrasi rendah  opak putih Konsentrasi tinggi  enamel terkelupas (enamel hypoplasia) dan berwarna cokelat

76

77 Neonatal Hyperbilirubinemia
Etiologi: Peningkatan serum bilirubin Gambaran Klinis: Gigi memiliki bercak biru, kecokelatan, kehijauhan, atau hitam.

78 Erythroblastosis Fetalis
Sebuah kondisi dimanifestasikan dengan adanya anemia pada janin saat antibody dari ibu menyerang darah merah janin. Terjadi saat ibu dan janin memiliki golongan darah yang berebeda Hemolytic anemia pada bayi  transimisi antibody dan hemolisis yang berlebih pada erythrocyte. Rh-negative dari ibu dan Rh-positive bayi  tidak cocok  antibody ibu menyerang erythrocyte bayi. Pigmen darah (bilirubin dan biliverdin) terbentuk  hijau, biru, kuning kecokelatan, atau abu-abu Gambaran klinis: Gigi memiliki bercak berwarna biru, hijau, cokelat, atau hitam

79

80 Porphyria Kelainan pada metabolisme porphyrin Genetik atau Hereditas
Jumlah Porphyrins yang banyak dalam darah dan urin Gambaran klinis intraoral: Merah kecoklatan hingga abu-abu dan hitam

81 EKSTRINSIK Perubahan warna ekstrinsik terdapat pada enamel ETIOLOGI:
Pigmen Eksogen Makanan Minuman (teh, kopi) Tembakau Bakteri Kromogenik Obat Topikal Kerusakan gigi Kerusakan enamel Disfungsi saliva Poor oral hygiene Permukaan luar gigi rentan terhadap akumulasi noda dari makanan, minuman, dan tembakau. Saliva berfungsi membersihkan sisa-sisa makanan dan plak. Jumlah penurunan air liur menyebabkan kurangnya fungsi pelindung ini dan bisa menyebabkan perubahan warna gigi.

82 GAMBARAN KLINIS : Berwarna coklat, hitam, jingga, hijau, metalik, kuning, emas kecoklatan, dan merah hitam

83 Gambar 1. Diskolorasi hijau

84 Gambar 2. Diskolorasi cokelat

85 Gambar 3. Diskolorasi hitam

86 Gambar 4. Diskolorasi metalik

87 Daftar pustaka S, Herlianti Iswari. "GIGI SUPERNUMERARY DAN PERAWATAN ORTODONSI." N.p., 1 Aug Web. 17 Sept Berhman, Kliegman & Arvin, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Eversole, Lewis R Clinical Outline of Oral Pathology 4th Edition. China: People’s Medical Publishing House Shafer Shafer’s Textbook of Oral Pathology 6th Edition. India: Elsevier Lea and Febiger, 1988, Endodontic Practice, 7th ed., Philadelphia McDonald, Avery, Dean Dentistry for the Child and Adolescent. Eighth Edition. Elsevier. Ghom, Anil Govindrao and Savuta Anii. Textbook of Oral Medicine. JP Medical Ltd, Print. DeLong, Leslie and Nancy W. Burkhart. General and Oral Pathology doe the Dental Hygienist. Lippincott Williams & Wilkins, Print. Purkait, Swapan Kumar. Essentials of Oral Pathology Ed.3. Jaypee Brothers Medical Pud. New Delhi. Ongole, Ravikiran. B. N.,Praveen. Textbook of Oral Medicine Oral Diagnosis and Oral Radiology Ed.2. Elsevier India. New Delhi. Saraf, Sanjay. Textbook of Oral Pathology Ed.1. Jaypee Brothers Medical Pud. New Delhi. Ferretti, Patrizia. Copp, Andres. Tickle, Cheryll. Moore, Gudrun. Embryos, Genes and Birth Defects Ed.2. Wiley. New Jersey.

88 THANK YOU


Download ppt "GANGGUAN TUMBUH KEMBANG PADA GIGI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google