Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pertemuan 7 Kerangka dasar VERTIKAL

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pertemuan 7 Kerangka dasar VERTIKAL"— Transcript presentasi:

1 Pertemuan 7 Kerangka dasar VERTIKAL
Perpetaan HTKK-421 Pertemuan 7 Kerangka dasar VERTIKAL

2 PENGANTAR Titik-titik muka bumi yang yang di ukur dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu : Titik-titik kerangka dasar dan titik-titik detail. Titik- titik kerangka dasar adalah sejumlah titik yang ditandai dengan patok kayu atau beton yang dibuat dengan kerapatan tertentu yang akan digunakan untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik-titik detail.

3 PENGANTAR Ada dua macam titik kerangka, yaitu Titik Kerangka Dasar Horizontal (KDH) dan Titik Kerangka Dasar Vertikal (KDV). Sedangkan titik detail adalah titik-titik posisi horizontal dan ketinggian yang telah ada di lapangan, seperti titik-titik di sepanjang sungai, bangunan, jalan, spot height (titik tinggi), sawah, dll. Umumnya titik-titik kerangka dasar vertikal (KDV) menjadi satu dengan titik-titik kerangka dasar horizontal (KDH) dalam satu patok/pilar. Ketinggiannya dapat dinyatakan dengan sistem umum yaitu terhadap muka air laut rata-rata atau dengan sistem setempat/lokal.

4 Metode Penentuan Posisi Vertikal
Metode yang digunakan dalam pengukuran KDV adalah dengan menggunakan sipat datar memanjang. Karena metode ini dapat melakukan pengukuran dan penghitungan yang teliti, sehingga hasil KDV yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

5 SIFAT DATAR MEMANJANG

6 SIFAT DATAR MEMANJANG Pada alat sipat datar, yang digunakan sebagai garis datar 3 adalah garis bidik dari alat. Sedangkan di A dan di B dipasang rambu ukur yang tegak di masing-masing titik. Dengan menggunakan alat sipat datar dan rambu, panjang AA1 dan BB1 diukur. Pada titik A dan B, angka pada rambu adalah nol. Jika panjang AA = x, dan panjang BB = y, maka nilai a dan b ini dapat langsung dibaca melalui lensa alat dengan menggunakan benang tengah diafragma sebagai indeks pembacaan. Jadi beda tinggi antara titik A dan titik B adalah : ΔhAB = AA1 – BB1 = x – y

7 SIFAT DATAR MEMANJANG Titik A tempat kita mulai berjalan dinamakan titik belakang, dan rambu-nya dinamakan titik belakang (x=b). Sedangkan titik B adalah titik muka dan rambu-nya adalah disebut rambu muka (y=m). Jarak antara alat ke rambu dapat ditentukan dari hasil pembacaan benang atas diafragma dan benang bawah. Jarak ini disebut dengan jarak optis yang ditentukan dari rumus: D = 100 (BB – BA)

8 SIFAT DATAR MEMANJANG

9 SIFAT DATAR MEMANJANG

10 SIFAT DATAR MEMANJANG

11 SIFAT DATAR MEMANJANG

12 SIFAT DATAR TERTUTUP Adalah merupakan sipat datar memanjang yang titik awalnya merupakan juga titik akhir. Cara menghitung sipat datar tertutup ini sama dengan menghitung sipat datar memanjang yang kedua titik ujungnya diketahui tingginya.

13 SIFAT DATAR TERTUTUP

14 SIFAT DATAR TERTUTUP Titik-titik 1, 2, 3, ..., n pada sipat datar memanjang dan loop yang merupakan tempat berdiri rambu ukur (dalam 1 slag) tidak dimaksudkan untuk dicari ketinggiannya (meskipun kita bisa mendapatkannya). Titik-titik tersebut digunakan hanya untuk mendapatkan beda tingginya, yang nantinya digunakan untuk menghitung tinggi titik BM (KDV).

15 SIFAT DATAR TERTUTUP

16 Sumber kesalahan dan Cara Mengatasinya

17 Sumber kesalahan dan Cara Mengatasinya

18 Sumber kesalahan dan Cara Mengatasinya

19 TUGAS :


Download ppt "Pertemuan 7 Kerangka dasar VERTIKAL"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google