Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN UNIT 3

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN UNIT 3"— Transcript presentasi:

1 ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN UNIT 3

2 Mengenai Istilah Pada periode pertama, belum ada nama untuk kegiatan orang-orang yang suka akan kebijaksanaan. Beberapa literatur menyebutkan penamaan “filsafat” bagi kegiatan tersebut mengacu pada Plato dalam karyanya Padros, meskipun ada yang menyebutkan bahwa istilah filsafat pertamakali dimunculkan oleh Pythagoras (532 SM). Pada masa tersebut filsafat belum hadir dalam pelbagai macam aliran seperti sekarang.

3 Meskipun ada penyebutan /penamaan filsafat khusus, namun tidak menunjuk pada kekhasan pemikiran filsafat, misalnya filsafat Milesian yang menunjuk pada pemikiran-pemikiran yang lahir di pulau Miletos. Munculnya aliran-aliran filsafat mungkin dimulai di era Pythagoras. Saat itu Pythagoras yang lahir di pulau Samos terusir karena pemikiran filsafatnya, lari ke Mesir, Italia Selatan, lalu menetap di Croton.

4 Kasus pythagorean ini menstimulasi lahirnya berbagai “-isme” dalam filsafat. Hal ini didukung oleh adanya kebebasan berpikir di Yunani. Kajian tentang aliran-aliran filsafat mengungkapkan sejarah aliran tanpa menyebutkan sejak kapan dan siapa yang memulai pemetaan aliran-aliran dalam filsafat. Aliran-aliran filsafat pendidikan tidak sepenuhnya didasarkan pada metode yang digunakan, tetapi pada aspek-aspeknya, misalnya aspek ontologis, epistemologis, dll.

5 Pada akhirnya filsafat selalu tidak dapat dipastikan kemungkinannya, seperti pandangan Herakleitos (540 SM) bahwa yang ada itu pasti selain perubahan. Ia bahkan mengkritik filsuf- filsuf lain termasuk Pythagoras.

6 Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen: tidak ada sesuatu yang betul- betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Disayangkan bahwa perubahan itu tidak menunjukkan yang lebih baik, bahkan mengarah pada ketidakpastian, seperti lahirnya Derrida dengan gagasan dekonstruksi, yang mempertegas adanya arah yang tidak pasti.

7 Terdapat tiga poin penting dalam dekonstruksi Derrida (1930), yaitu:
dekonstruksi, seperti halnya perubahan terjadi terus-menerus, dan ini terjadi dengan cara yang berbeda untuk mempertahankan kehidupan; dekonstruksi terjadi dalam sistem-sistem yang hidup, termasuk bahasa dan teks; dekonstruksi bukan suatu kata alat, atau teknik yang digunakan dalam suatu kerja dan tanpa suatu subyek interpretasi.

8 Jacques Derrida merupakan seorang keturunan Yahudi yang lahir di El-Biar, sekitar Aljazair, pada tahun Ia pernah belajar di Ecole Normale Superieure (ENS), hingga akhirnya menjadi dosen tetap di lembaga tersebut pada Derrida merupakan seorang pemikir yang kritis terhadap filsafat modern dan berbagai karya sastra tapi ia sendiri menolak disebut sebagai filsuf atau sastrawan.

9 Dalam hidup yang semakin merosot, pendidikan menjadi tumpuan harapan untuk memulai suatu perubahan, namun dalam realitas pendidikan semakin jauh dari makna etisnya, dan berubah menjadi industri yang berdasarkan hukum- hukum ekonomis. Pendidikan yang diwacanakan sebagai agen kemanusiaan, di dalamnya ada proses dehumanisasi, sehinga tidak menghasilkan perubahan yang positif.

10 Dalam situasi ini kita perlu mengkaji ulang apa dan bagaimana pendidikan, khususnya hal-hal yang mendasari lahirnya filsafat pendidikan yang ada. Filsafat bersifat spekulatif, namun spekulasi filsafat tidak selalu dapat diterima karena tidak relevan. Pada 1930an model pendidikan tradisional yang otoriter dipandang sebagai yang tidak humanis dan merebut kebebasan siswa, sehingga muncul model baru yang progresif.

11 Selanjutnya kalangan progresif banyak dikritik oleh kalangan esensialis, yang menuduh dangkalnya spiritualitas sosial disebabkan oleh pendidikan yang progresif yang memberi prioritas siswa untuk berkembang secara mandiri dalam situasi yang menyenangkan. Di Indonesia kita mengamati bahwa pendidikan berjalan lamban dan nyaris tanpa landasan filsafat pendidikan yang disadari, dan bersifat tradisional.

12 Kerancuan, ketumpangtindihan, dan ketidakjelasan pola pendidikan menyebabkan institusi pendidikan melahirkan situasi yang kontra produktif. Kajian filsafat pendidikan yang tepat dapat membantu melihat kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Oki., kita perlu mengkaji lebih jauh ragam pandangan tentang konsep pendidikan di pelbagai aliran filsafat pendidikan.

13 Filsafat pendidikan menjadi dasar suatu bangsa untuk berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan sikap hidupnya. Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara mendasar. Cara pemecahan masalah sering berbeda karena perbedaan filsafat yang digunakan, sehingga menghasilkan kesimpulan yang berbeda meskipun masalahnya sama.

14 Pemikiran filsafat yang berbeda melahirkan sistematika yang didasarkan pada kategori tertentu dan menghasilkan suatu klasifikasi.  dari situ lahirlah aliran suatu filsafat. Klasifikasi tersebut berbeda-beda tergantung pada kriteria yang digunakan untuk mengadopsi aliran/pemikiran filsafat tertentu dan mengesampingkan yang lain.

15 Brubacher (1898–1988) profesor di Yale University dan pengarang buku-buku filsafat pendidikan, membagi filsafat pendidikan ke dalam beberapa bagian: pragmatis-naturalis, rekonstruksionisme, romantis-naturalis, eksistensialisme, idealisme, realisme, rasional humanisme, skolastik realisme, fasisme, komunisme, dan demokrasi. Brubacher dikritik karena pembagiannya memiliki kerancuan (meskipun sangat teliti untuk menghindari tumpang-tindih) karena berdasarkan kriteria ideologis.

16 End of Unit 3 Bye…!


Download ppt "ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN UNIT 3"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google