Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIrwan Atmadjaja Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
SYMBOLIC INTERACTION THEORY. TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
SYMBOLIC INTERACTION THEORY *TEORI INTERAKSI SIMBOLIK* oleh Yesi Puspita/
2
Sosiol09i Akar Sejarah Teori Interaksi Simbolik
Apabila komunikasi berlangsung dalam tatanan interpersonal tatap muka dialogis timbal balik (face-to-face-dialogical-reciprocal) ini dinamakan interaksi simbolik (Symbolic Interaction). Apabila interaksi simbolik ini menjadi istilah komunikasi dan sosiologi, tidak mengherankan sebab komunikasi dan sosiologi bersifat interdisipliner; objek material (objectum material)-nya sama, yakni manusia, tegasnya perilaku manusia (human behaviour). Interaksi simbolik dapat dikatakan perpaduan dari perspektif sosilogis dan perspektif komunikologis. Oleh karena interaksi adalah istilah dan garapan sosiologi, sedangkan simbolik adalah istilah dan garapan komunikologi atau ilmu komunikasi. Teori max weber adl payung dari interaksi simbolik.dan hal tersebut dibawah bendera sosiologi. Tokoh yang memperkenalkan pertama adalah George Herbert Mead.[tokoh sentral teori interaksi simbolik]. Teori ini berlandaskan beberapa cabang filsafat antara lain pragmatisme dan behavioris. Namun yang mengemukakan istilah interaksi simbolik adalah Blumer.
3
Tokoh Tokoh Interaksionisme simbolik
Beberpa ilmuwan yang ikut andil dalam melahirkan interaksi simbolik : James Mark Baldwin, Wiliam James, Charles Hortoon Cooley, John Dewey, Wiliam I Thomas Dan George Herbert Mead. Herbert Blumer lah yang menciptakan istilah interaksi simbolik. Ilmuwan lain yang ikut memberi andil pada pengembangan interaksi simbolik, seperti; Manford H Khun, Howard S Becker, Norman K Denzin, Arnold Rose, Gregory Stone, Anselm Strauss, Jerome Manis, Bernald Meltzer, Alfred Lindesmith, Dan Tamotsu Shibutani. Ilmuwan lain yang relevan; George Simmel dan Kenneth Burke.
4
Asumsi Teori Interaksi Simbolik
Pada dasarnya teori interaksi simbolik berakar dan berfokus pada hakekat manusia yang adalah makhluk relasional Esensi dari teori interaksi simbolik menurut Mulyana (2006) adalah suatu aktifitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol-simbol yang diberi makna Joel M. Charon (1979) dalam bukunya ”Symbolic interaksionism” mendefinisikan interaksi sebagai aksi sosial bersama, individu individu berkomunikasi satu sama lain mengenai apa yang mereka lakukan dengan mengorientasikan kegiatannya kepada dirinya masing masing” (mutual social action, individuals, communicating to each other in what they do, orienting their acts to each others).
5
Fokus Teori Fokus pada kajian terhadap individu
Masyarakat/negara/lembaga: abstraksi konseptual saja, yang dapat ditelaah secara langsung adalah orang-orang dan interaksinya. Interaksi orang-orang dan kelompok
6
Prinsip-prinsip Dasar Ajaran Interaksi Simbolik
Orang-orang berinteraksi terutama dengan menggunakan simbol-simbol: tanda, isyarat, dan kata-kata lisan/tulisan Makna kata tidak terletak pada kata itu sendiri, tetapi orang baru sepakat kata memiliki makna jika mengandung arti khusus Manusia tidak bereaksi terhadap dunia sekitar, tetapi terhadap makna yang mereka hubungkan dengan benda atau kejadian
7
Tujuh Proposisi Dasar Dalam Interaksi Simbolik
Manusia memahami sesuatu melalui makna yang diperoleh dari pengalaman, persepsi manusia selalu mencul menggunakan simbol-simbol. Makna dipelajari melalui interaksi antar manusia dan makna muncul dari pertukaran simbol dalam kelompok sosial Semua struktur dan institusi sosial dibuat berdasarkan interaksi antar manusia Perilaku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh kejadian melainkan oleh kehendak dirinya sendiri Benak manusia berisi percakapan bersifat internal, yang merefleksikan bahwa dia telah berinteraksi Perilaku tercipta dalam interaksi dengan kelompok sosial Seseorang tidak dapat dipahami hanya dari perilaku yang terbuka Jarome Manis dan Bernard Meltzer dalam Littlejhon (1996)
8
William I. ThomasDefinisi situasi (menetapkan sifat-sifat situasi), menjadi penting agar orang dapat melakukan tindakan/bertindak Berger dan Luckman Realitas objektif dan realitas subjektif dalam menentukan tindakan terhadap realitas Blumer dan Gofman kenyataan adalah sesuatu yang dibangun (dibayangkan) dalam pikiran orang Makna terhadap fakta dan tindakan manusia: ditemukan orang-orang pada perilaku orang lain, bagaimana diturunkan, dan bagaimana orang lain menanggapinya
10
ASUMSI-ASUMSI DALAM PENDEKATAN TEORI-TEORI SOSIAL
Penjelasan Subjective Approach Objective Approach Ontologi Makna tentang “realitas” Nominalism: There are no “real” world external individual; “names”, “concepts” and “labels” are artificial and used to construct reality. Realism: There is a real world external to the individual; things exist, event if they are not perceived and labeled Epistemologi Bagaimana “realitas” itu hadir Antipositivism: Communication can only be understood from the perspective of the individual communicator, no search for underlying regularities Positivism: attempts to explain and predict pattern of communication by looking for regularities and/or causal relationships. Human Nature Tindakan manusia Voluntarism: communication are completely “autonomous” and have “free will” Determinism: Communication is “determined” by the “situation” or “environment” in which it occurs Methodology Ideographic: to understand communication, “firsthand knowledge” must be obtained; analysis of subjective accounts. Nomothetic: Research should be based on syastematic protocols and scientific rigor
11
Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan Prof.Dr. Deddy Mulyana, MA., seorang santri sekaligus ilmuan pemikir komunikasi yang populer, yang dimiliki Indonesia, mengangkat tema penelitian tentang transformasi identitas etnik dengan judul “ Mengindonesia di Australia : Perubahan dan kesinambungan Identitas Etnik”, Hasil penelitianya tentang realitas etnik, relegius, moderat, cosmopolitan dan nasionalis, menunjukkan bahwa transformasi indentitas ke empat etnik tersebur tidak mengalami perubahan identitas, justru yang terjadi adalah kontnuitas bukan sebagai transformasi. Identitas etnik mereka tidak bertentangan dengan nilai-nilai baru sehingga membutuhkan penyesuaian. Penelitian yang dilakukan dosen sekaligus peneliti senior dan pakar komunikasi dan media Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dengan judul “The Emerging Generation: Media Penetration and the Construction of identity among Young Adult in Malaysia “. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan pengaruh media sebagai penetrasi yang mengkontruksi realitas berdampak gaya hidup, pendidikan, atribut serta nilai yang dianut pada remaja sebagai generasi penerus yang memungkin mereka melakukan reorientasi terhadap identitasnya. Fenomena “indon” Kisah dari Negeri Tetangga Pada kasus “indon”, sangat jelas pertautan kehendak bebas manusia yang dicita – citakan dan batasan akan definisi orang lain mengenai diri kita dalam teori interaksionisme simbolik. Dengan demikian kasus di atas dapat digambarkan, meminjam terminologi Peirre Bourdieu sebagai bentuk ”kekerasan simbolik sekaligus juga kekerasan semiotik”
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.