Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KIP 121. KONSEP DASAR TEORI BELAJAR PERTEMUAN 1 Dr. RATNAWATI SUSANTO,

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KIP 121. KONSEP DASAR TEORI BELAJAR PERTEMUAN 1 Dr. RATNAWATI SUSANTO,"— Transcript presentasi:

1 KIP 121. KONSEP DASAR TEORI BELAJAR PERTEMUAN 1 Dr. RATNAWATI SUSANTO,
S.Pd., M.M., M.Pd. PGSD - FKIP

2 VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

3 MATERI SEBELUM UTS 01. Konsep Dasar Belajar & Pembelajaran. 02. Pola Pembelajaran Aliran Behavioristik (1) 03. Rancangan Pembelajaran Behavioristik (2) . 04. Pola Pembelajaran Aliran Kognitivistik (1). 05. Rancangan Pembelajaran Kognitivistik (2). 06. Pola Pembelajaran Aliran Humanistik (1) 07. Rancangan Pembelajran Humanistik (2)

4 08. Pola Pembelajaran Konstruktivistik (1).
MATERI SETELAH UTS 08. Pola Pembelajaran Konstruktivistik (1). 09. Rancangan Pembelajaran Konstruktivistis (2). 10. Pola Pembelajaran Socio Constructivistis. 11. Modal Belajar dan Gaya Belajar 12. Faktot Internal – Eksternal & Penanganan 13. Konsep Dasar dan Penerapan Motivasi 14. Menstimulasi Motivasi Belajar.

5 A. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran ini merupakan mata kuliah Fakultas yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai konsep dasar teori belajar dan pembelajaran, yang mencakup materi esensial teori belajar, teori pembelajaran, yang mencakup aliran teori belajar behaviour, kognitif, constructivisme, social constructivisme, humanis dan penerapannya serta peran motivasi dalam pembelajaran. Pemahaman konsep pengetahuan secara mendasar akan memampukan mahasiwa dengan keterampilan dan sikap memfasilitasi belajar dan pembelajaran secara efektif. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan student center learning melalui diskusi, studi lapangan, studi literatur dan jurnal, simulasi mengajar dan membuat summary pemahaman.

6 B. CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN (CPL)

7 CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN (CPL)

8 C. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)
Menguasai konsep dasar belajar dan pembelajaran (C5) Merancang pola pembelajaran berbasis teori-teori belajar dari berbagai aliran Psikologi Behavioristik, Kognitivistik, Humanistik, Konstruktivistik, Socio Konstruktivistik. (C6) Mengkorelasikan modal belajar dan gaya mengajar (C 4) Menanggulangi permasalahan belajar (C5) Menerapkan konsep dasar motivasi dalam pembelajaran.(C6)

9 D. MATERI

10 E. KEGIATAN PENBELAJARAN (METODE)
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan Student Center Learning. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan melalui diskusi, studi lapangan dan studi literatur, jurnal dan membuat summary 2. Metode yang digunakan dalam perkuliahan: Sharing & Diskusi kelompok Studi Lapangan Presentasi mahasiswa Project (Individu & Tim) Studi literatur dan jurnal Summary

11 F. TUGAS Tiga (3) tugas utama yang menjadi kewajiban mahasiswa dalam perkuliahan adalah: Membuat sumaary materi (pola pembelajaran berbasis aliran spikologis) Melakukan analisis jurnal dan sitasi. Melakukan studi lapangan.

12 G. PENILAIAN 1. Metode/Teknik: * Tes tertulis (UTS dan UAS) * Penilaian sikap dalam perkuliahan (ketepatan waktu kehadiran, penyerahan tugas, cara berpakaian, cara bersikap, cara bertutur kata dan berperilaku). * Penilaian kinerja (keaktifan dalam perkuliahan dan diskusi kelas) * Penilaian produk ^ Temuan studi lapangan * Hasil analisis jurnal dan sitasi * Hasil summary materi.

13 2. Komponen dan Bobot Penilaian
Penilaian produk (Tugas 1) (10%) Penilaian peoduk (Tugas 2) (10%) Penilaian produk (Tugas 3) (10%) UTS (20%) UAS (20%) Kehadiran (10%) Penilaian Sikap (10%) Penilaian kinerja (keaktifan) (10%)

14 Tingkat Penguasaan (%)
Huruf Angka Keterangan A 4,00 Lulus 77 – 79,99 A- 3.70 74 – 76,99 B+ 3.30 68 – 73,99 B 3,00 65 – 67,99 B- 2,70 62 – 64,99 C+ 2.30 60 – 61,99 C 2,00 45 – 59,99 D 1,00 Belum Lulus 0 – 44,99 E 0,00

15 H. KETENTUAN PERKULIAHAN

16 I. REFERENSI

17 1.1. PENGERTIAN BELAJAR 1. W.H. Burton (The Guidance of Learning Activities, 1984): Belajar sebagai Proses perubahan tingkah laku pada diri individu Karena interaksi individu dengan individu dan dengan lingkungannya Sehingga lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya

18 2. Ernest R. Hilgard (Introduction to Psychology)
Belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.

19 3. H.C. Witherington (Educational Psychology) Belajar sebagai suatu perubahan di ddalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian.

20 4. Gage Berlinger : Learning is observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan.

21 5. Singer (1968) Belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap yang disebabkan praktek atau pengalaman yang sampai dalam stiuasi tertentu.

22 6. Gagne (1977) Learning is relatively permanent change in behaviour that results from past experience or purposeful instruction. (Belajar adalah satu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelaajran yang bertujuan/direncanakan.

23 7. Driscoll (2005) Learning can be defined as a persisting change in human performance or performance potential as a result of the learner’s experience and interaction with the world” Belajar merupakan perubahan yang menetap dalam kemampuan manusia sebagai hasil dari pengalaman si belajar dan interaksinya dengan dunia.

24 Sintesis Belajar sebagai sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung aspek-aspek: Bertambahnya jumlah pengetahuan Adanya kemamuan mengingat dan mereproduksi Ada penerapan pengetahuan Menyimpulkan makna Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realita Adanya perubahan sebagai pribadi

25 1.2. CIRI-CIRI BELAJAR 1. Dari segi proses
a. adanya aktivitas ( fisik, mental, emosional ) b. melibatkan unsur lingkungan c. bertujuan kearah terjadinya perubahan tingkah laku (pengetahuan, psikomotorik, afektif, (behavioral changes) 2. Dari segi hasil bersifat relatif tetap diperoleh melalui usaha bukan karena perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena penyakit, kelelahan atau pengaruh obat-obat an

26 Kesimpulan Ciri-ciri Belajar
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. 2. Perubahan mencakup pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. 3. Perubahan tidak berlangsung sesaat, melainkan menetap dan dapat disimpan. 4.Perubahan tidak terjadi begitu saja tetapi dibangun sebagai perubahan akibat interaksi dengan lingkungan. 5.Perubahan bukan disebabkan karena pertumbuhan fisk/kedewasaan, bukan karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

27 Apakah Semua perubahan
adalahHasil Belajar?

28 Mengapa Manusia Perlu Belajar?

29 1.3. Kecendungan Manusia Mau Belajar
Rasa ingin tahu Ingin menguasai IPTEK Untuk memenuhi kebutuhan (biologis sampai aktualisasi diri) Penyempurnaan dari hal yang sudah diketahuinya. Untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya, Untuk meningkatkan intelektulitas dan potensi diri Untuk mencapai cita-cita Untuk mengisi waktu luang.

30 . 1.4. JENIS DAN POLA BELAJAR 1. FAKTOR BELAJAR MENURUT BELL GREDLER (1991) KONDISI INTERNAL BELAJAR KONDISI EKSTERNAL BELAJAR Informasi Verbal Keterampilan Intelek Keterampilan Motorik Sikap Strategi Kognitif Kondisi Internal dan Proses Kognitif Peserta Didik Stimuls dari Lingkungan HASIL BELAJAR

31 Pemberian Aspek Belajar
2. FAKTOR BELAJAR MENURUT GAGNE (1988) 2.1.TERJADI APABILA TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA FASE BELAJAR DAN ACARA PEMBELAJARAN Pemberian Aspek Belajar Fase Belajar Acara Pembelajaran Persiapan Untuk Belajar 1. Mengarahkan Perhatian 2. Ekspektansi 3. Retrival (Informasi & Keterampilan yang Relevan untuk Memori Kerja) Menarik perhatian pendidik dengan kejadian yg tidak seperti biasanya, pertanyaan atau perubahan stimuls. Memberitahu siswa mengenai tujuan belajar. Merangsang siswa agar mengingat kembali hasil belajar (apa yang telah dipelajari sebelumnya).

32 Pemberian Aspek Belajar
Fase Belajar Acara Pembelajaran Pelaksanaan Belajar 1. Persepsi Selektifitas Sifat Stimuls 2. Sandi Stimantik 3. Retrival dan Respon 4. Penguatan Menyiapkan Stimuls yang Jelas Sifatnya. Memberikan Bimbingan Belajar. Memfasilitasi Unjuk Kerja. Memberi umpan balik Penutup 1. Memberi Isyarat 2. Menginformasikan Secara Klasikal Menilai Perbuatan Peserta Didik. Meningkatkan Retensi.

33 2.2. DELAPAN HIRARKI BELAJAR
1. Signal Learning 2. Stimuls Response Learning 3. Chaining Learning 4. Verbal Association 5. Discrimination Learning 6. Concept Learning 7. Rule Learning 8. Problem Solving

34 3. FAKTOR BELAJAR MENURUT PIAGET 3. 1. PROSES KOGNITIF a
3. FAKTOR BELAJAR MENURUT PIAGET 3.1. PROSES KOGNITIF a. Assimilation Mencocokkan informasi yang baru dgn yg telah diketahui dan bila perlu dilakukan pengubahan. b. Accomodation Meyusun, mengembangkan kembali, mengubah apa yg telah diketahui sebelumnya shg informasi yg baru dapat dpt disesuaikan dgn lebih baik. Bagaimana memperoleh penGetahuan ? Bagaimana kita tahu apa yang kita ketahui ?

35 3.2. ASPEK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Struktur Hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, perkembangan berpikir logis. b. Isi Pola perilaku yg khas tercermin pada respon yang diberikan terhadap ebrbagai masalah atau situasi yg dihadapi. c. Fungsi Cara yang digunakan untuk membuat kemajuan intelektual.

36 3. 3. TAHAPAN PERKEMBANGAN USIA a
3.3. TAHAPAN PERKEMBANGAN USIA a. Sensorik Motorik (0 – 2 Tahun) Anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik, yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan gerakan. b. Pra Operasional (2 – 7 Tahun) Anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas, ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi membuat gambar dan menggolong- golongkannya.

37 c. Operasional Konkret (7 – 11 Tahun) Mengembangkan pikiran logis, penalaran logis, memecahkan masalah secara triar error, permulaan berpikir rasional, memiliki operasional logis untuk memecahkan masalah konkret. d. Operasional Formal (11 Tahun ke atas) Berpikir Abstrak, Operasi Konkret ke Operasi Kompleks.

38 3.4. TIGA BENTUK PENGETAHUAN
a. Pengetahuan Fisik Benda-benda yang ada di luar dan dapat diamati secara eksternal. Sumber pengetahuan ada di dalam benda itu sendiri dan pengetahuan dapat diperoleh melalui pengamatan. b. Pengetahuan Logika Matematik Hubungan-hubungan yang diciptakan subjek dan diintroduksikan pada objek-objek. Pengetahuan Sosial; Fakta Pengetahuan ini dapat diberikan oleh orang lain di luar diri anak.

39 BELAJAR MENURUT CARL R. ROGERS
4.1. DEFINISI Praktek pendidikan menitik-beratkan pada pengajaran, bukan pada siswa yang belajar, maka peran guru menjadi dominan, harus menguasai prinsip pendidikan dan pembelajaran, sementara siswa hanya perlu menghafalkan pelajaran.

40 4.2. BELAJAR Siswa memiliki kekuatan wajar untuk belajar dan tidak perlu mempelajari hal-hal yang tidak ada artinya. Siswa belajar hal yang bermakna bagi dirinya. Perlu mengorganisasikan bahan dan ide yang bermakna bagi siswa. Belajar berarti ada keterbukaan, mengalami sesuatu, kerjasama untuk melakukan perubahan diri secara terus menerus. Belajar perlu optimal dengan terlibat dan bertanggung jawab dalam proses. Belajar harus mengalami (experential). Belajar berarti terlibat secara penuh.

41 4.3. LANGKAH – LANGKAH GURU Langkah-langkah guru : Guru memberi kepercayaan kepada kelas untuk memilih pembelajaran secara terstruktur. Guru dan siswa perlu membuat kontrak belajar. Perlu Metode Inquiry – Discovery. Perlu Metode Stimuls. Latihan kepekaan dan penghayatan. Guru sebagai fasilitator belajar. Pembelajaran terprogram.

42 5. BELAJAR MENURUT BENJAMIN BLOOM 5.1. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
H U P E M A H N P E N R A A N L I S E V A L U S I M E N C I P T A K

43 5.2. PERKEMBANGAN AFEKTIF K E S A D R N P A R T I S P E N G H A Y T PE- NG- OR- GA- NI- SA- SI- AN KA- RAK-TE-RIK- SASI DI- RI

44 5.3. PERKEMBANGAN PSIKOMOTOR
GE-RAK-AN REF-LEK GE- RAK- AN DA- SAR KE- MAM PU- AN PER- SEP- TU-AL KE- MAM PU- AN JAS- MA- NI GE- RAK- AN TER- LA- TIH KO- MU- NI- KA- SI NON DIS- KUR- SIF

45 6. BELAJAR MENURUT JEROME S. BRUNNER
6.1. TIGA FASE PROSES BELAJAR Informasi Menambah pengetahuan, memperhalus, memperdalam atau bertentangan dengan yang telah dimiliki. Transformasi Informasi harus dianalisa, diubah ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual sehingga dapat digunakan ke hal yg lebih luas. c. Evaluasi Melakukan penilaian hingga manakah pengetahuan dan transformasinya dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala lain.

46 III. KONSEP BELAJAR DEFINISI KONSEP BELAJAR
Suatu proses perubahan perilaku berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.

47 TEORI KONSEP BELAJAR 1. TEORI DISIPLIN MENTAL 1.1. MENURUT PLATO, ARISTOTELES Teori belajar disiplin mental menjadi dasar untuk disusunnya strategi dan model pembelajaran untuk diterapkan bagi siswa. Model pembelajaran yang dimaksud adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang menggunakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial, serta untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran.

48 Individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi- potensi tertentu.
Anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan atau mengaktualkan potensi tersebut.

49 2. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
2.1. DEVINISI Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

50 2.2. FAKTOR PENTING Dalam belajar yang penting adalah : Input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, dan Respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur.

51 Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

52 Faktor lain yang dianggap penting oleh Aliran Behavioristik adalah : a
Faktor lain yang dianggap penting oleh Aliran Behavioristik adalah : a. Faktor Penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement), maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi / dihilangkan (negative reinforcement), maka responpun akan semakin kuat. b. Punishment.

53 2.3. MENURUT THORNDIKE Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera, sedangkan Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan / tindakan. Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit, yaitu yang tidak dapat diamati.

54 Meskipun Aliran Behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan Teori Koneksionisme. Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni : f.1. Hukum Efek; f.2. Hukum Latihan; dan f.3. Hukum Kesiapan (Bell, Gredler). g. Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

55 2.4. MENURUT WATSON Belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.

56 2.5. MENURUT B. F. SKINNER Inti dari Teori Behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian Operan, yaitu sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi- konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler) : Belajar itu adalah tingkah laku. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

57 Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat ditentukan kalau sifat-sifat tingkah- laku dan kondisi eksperimennya didevinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu- satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

58 3. TEORI BELAJAR KOGNITIF 3. 1. MENURUT GESTALT a
3. TEORI BELAJAR KOGNITIF 3.1. MENURUT GESTALT a. KONSEP TEORI BELAJAR a.1. Kognitif erat kaitannya dengan Mental Yakni mempelajari proses mental, bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar, kemudian berhubungan pula dengan topik perhatian, persepsi, memori, bahasa, berpikir, dan membuat keputusan. a.2. Kognitif dapat dimaknai juga sebagai psikologi khusus pada pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari proses mental.

59 3.2. KARAKTERISTIK TEORI BELAJAR
Hukum keterdekatan, Hukum ketertutupan, dan Hukum kesamaan. Melakukan banyak latihan. Adanya Pemahaman Belajar Insight. Makna Insight dapat dijelaskan sebagai pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan / kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi.

60 Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
d.1. Kesanggupan. Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu. d.2. Pengalaman. Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman, dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight. d.3. Taraf Kompleksitas Situasi. Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi.

61 d.4. Latihan Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan. d.5. Trial and Error Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan- percobaan hingga akhirnya temukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

62 3.3. HUKUM DALAM TEORI BELAJAR
Hukum Pragnanz; Bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz). Hukum Kesamaan; Bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan). Hukum Kecenderungan; Bahwa hal-hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.

63 d. Hukum Ketertutupan Bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt. e. Hukum Kontinuitas Bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.

64 3.4. PRINSIP – PRINSIP BELAJAR
a. Principle of Proximity; Bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. b. Principle of Similarity; Bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figur atau bentuk tertentu. Principle of Objective Set; Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya.

65 d. Principle of Continuity; Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
d. Principle of Continuity; Organisasi berdasarkan kesinambungan pola. e. Principle of Closure / Principle of Good Form; Orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. f. Principle of Isomorphism. Organisasi berdasarkan kon

66 g. Principle of Figure and Ground; Menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua, yaitu figur (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna, dan sebagainya membedakan figur dari latar belakang, bila figur dan latar belakang bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar belakang dan figur. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.

67 3.4. IMPLEMENTASI Implementasi Teori Belajar Kognitif Gestalt : Pengalaman (insight); Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Perilaku Bertujuan (purposive behavior) adalah Perilaku terarah pada tujuan.

68 Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respon, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantupeserta didik dalam memahami tujuannya.

69 1.5. PENGERTIAN, CIRI PENTINGNYA PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR.
* Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991) * Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997). * Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. * Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. * Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa. * Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran. Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.

70 SELESAI


Download ppt "KIP 121. KONSEP DASAR TEORI BELAJAR PERTEMUAN 1 Dr. RATNAWATI SUSANTO,"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google