Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Andri Gunawan, Wahidin S. Bahri, BS
Laporan Assessment Rencana Pengembangan Program di Bali 26 Februari s/d 2 Maret 2018 Andri Gunawan, Wahidin S. Bahri, BS
2
Latar Belakang: Assesment ini dilakukan dalam rangka rencana pengembangan (kembali) program Habitat For Humanity Indonesia (HFHI) di bidang perumahan (layak huni dan sehat) serta hal lain yang mendukung, seperti ketersediaan air bersih, sarana MCK, GV, dlsb. di pulau/provinsi Bali
3
Tujuan Assessment: * Mengetahui dan memetakan situasi dan kondisi terkini area-area yang pernah menjadi area pelayanan HFH Indonesia, y.i. Gobleg, Munduk, Gitgit di Kecamatan Banjar dan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. * Mengetahui dan memetakan area potensial lain di Bali untuk menjadi area layanan HFH Indonesia. * Dengan ketersediaan data yang disebutkan di atas, diharapkan dapat dituangkan dalam konsep/proposal program rencana kerja riil yang diajukan HFH Indonesia ke pihak-pihak donor potensial.
4
Metode assesment: * Desk study data sekunder: data BPS, publikasi (berita), dlsb. * Kunjungan lapangan, wawancara dengan HP, penduduk lokal, NGO setempat, ex-staf Habitat dlsb.
5
Kronologi Senin, 26 Februari 2018: tiba di Denpasar, Bali, bertemu dengan Clareta (ex- staff Habitat project Bali) untuk mendapatkan masukan berkaitan dengan rencana assesment. Hari itu juga langsung ke Lovina, Buleleng, dua setengah jam dari Denpasar kearah utara. Malam hari bertemu dengan Pdt. James yang melayani di sekitar Lovina dan mengenal wilayah tersebut dengan baik. Selasa, 27 Februari 2018: Bersama pak Wayan dan bu Lusi (ex-staff lokal Habitat) mengunjungi wilayah layanan lama HFH Indonesia di Munduk, Lapang-Goblek, Ampanan-Gitgit: mewawancari beberapa home-partner di rumah mereka serta orang lokal setempat. Rabu, 28 Februari 2018: Bersama pdt. James mengunjungi wilayah kecamatan Gerokgak dan kemudian ke wilayah Tigawasa. Menginap di Tulamben – 15 km di bawah kaki Gunung Agung. Kamis, 1 Maret 2018: Mengunjungi desa Tianyar Barat, wilayah Muntigunung, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Sore hari ke desa Marga, Kabupaten Tabanan lalu kembali ke Denpasar. Malam hari bertemu Kefi (mantan CS Habitat project Bali), sharing pengalaman dan info seputar Tabanan dan Ubud. Jumat, 2 Maret 2018: wrap up dan kembali ke Surabaya dan Jakarta.
6
Hasil Assessment: Provinsi Bali Secara Umum
Berdasarkan data tabel kita dapat mengetahui bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali mencapai jiwa atau 4,25 % dari total penduduk. Dan tiga kabupaten dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Buleleng, Karangasem dan Gianyar.
7
Daerah yang dikunjungi (1)
Kabupaten Buleleng Kecamatan Banjar Desa Gobleg Desa Munduk Desa Tigawasa
8
- Dengan mobil: ± dua setengah jam dari Denpasar ke arah utara; ± 45 menit dari kota kabupaten Buleleng (Singaraja); ± 30 menit dari kota kecamatan Banjar. - Karakteristik hampir sama: daerah pertanian; mayoritas warga adalah petani (bertanah maupun penggarap); pendapatan Rp 300 – 400 rb. - Secara topografi: berada di daerah lereng pegunungan dengan tingkat kepadatan penduduk rendah; jarak antar rumah berjauhan. - Karakteristik rutilahu di ketiga desa ini hampir sama, lantai tanah, dinding gedek (dari bambu) dan atas seng yang sudah tua dan/atau daun rumbia. - Program Habitat sebelumnya diterima dengan baik. - Beberapa kebutuhan yang relevan dengan program Habitat di tiga desa ini adalah: * Pembangunan rumah baru: tidak kurang dari 20-an rutilahu di Munduk, belasan di Goblek dan ratusan di desa Tigawasa. * Penyediaan air bersih, yaitu pipanisasi di Munduk dan Gobleg, tidak kurang dari 50 KK dan untuk desa Tigawasa ratusan KK yang belum mendapatkan akses air bersih. * Kebutuhan toilet keluarga masih cukup tinggi di ketiga desa ini. Pada umumnya warga menggunakan wc cemplung, tapi masih banyak juga yang membuang hajat di kebun atau hutan. * Sarana pendidikan dasar: taman bermain anak atau PAUD - terutama di Munduk dan Gobleg.
9
Daerah yang dikunjungi (2)
Kabupaten Buleleng Kecamatan Sukasada Desa Gitgit Desa Wanagiri
10
Kecamatan Sukasada bertetanggaan dengan kecamatan Banjar, persisnya berada di sebelah timur. Dua setengah jam dari Denpasar ke arah utara; kurang lebih satu jam dari kota kabupaten Buleleng (Singaraja) dan kurang lebih 20 menit dari kota kecamatan Banjar. Desa Gitgit dan Wanagiri: karakteristik hampir sama dengan desa Munduk dan Goblek (Kecamatan Banjar). Di Gitgit HFH Indonesia – Project Bali sudah melakukan beberapa program: Perbaikan rumah tidak layak huni (sekitar 40an rumah dari 111 rumah). Program diawali dengan program pinjaman perbaikan rumah bekerjasama dengan Yayasan Wahana Kria Putri (WKP). Setelah program dengan WKP tidak berlanjut, maka program dilanjutkan dengan metode hibah.Program air bersih di dusun Ampanan, desa Gitgit. Program ini memfasilitasi 30-an keluarga yang kesulitan air bersih untuk mendapatkan akses air bersih dari sumber air di pegunungan (sekitar 2 km) melalui pipanisasi. Potensi program antara lain : Perbaikan rumah tidak layak huni. Menurut Pak Wayan, masih ada kebutuhan 50an rumah di desa Gitgit. Sementara di desa Wanagiri masih ada 50an rumah. Toilet. Masih cukup banyak keluarga yang tidak punya toilet (cemplung atau ke kebun)
11
Desa Gerokgak – Kecamatan Gerokgak – Buleleng
- Satu area di Buleleng dengan terduga ODHA terbesar - Tampaknya sulit untuk melakukan program berkaitan dengan perumahan untuk kelompok khusus ini, karena identitas mereka sangat dirahasiakan dan mereka tinggal sangat menyebar. Jadi ada kekhawatiran jika program dilaksanakan khusus untuk terduga ODHA justru hasilnya kontraproduktif. - Berdasarkan data puskesmas, dari rumah yang ada di kecamatan Gerokgak, terdapat 1007 rumah yang belum memiliki toilet. Jadi untuk kecamatan ini program pembangunan toilet keluarga masih mungkin dilakukan.
12
Muntigunung, desa Tianyar Barat, Kec. Kubu – Kab. Karangasem
- Desa Tianyar Barat, wilayah Muntigunung merupakan wilayah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Kabupaten Karangasem > terkenal jg sebagai “gudang pengemis” - Terdapat NGO lokal: Mitra Samya (yang bekerjasama dengan VZK dan Dian Desa) > penguatan di bidang keadministrasian penduduk (urus akta kelahiran, KTP, KK dlsb), pendidikan, penguatan ekonomi, sanitasi dan air bersih. - Berdasarkan informasi dari mereka, desa Tianyar Barat terdiri atas 14 dusun dengan total KK tidak kurang dari dan jumlah rumah sekitar 1500 karena cukup banyak rumah yang didiami oleh lebih dari satu KK. Lebih dari 10 persen rumah (± 150) masuk dalam kategori rutilahu, dan lebih banyak lagi rumah yang tidak memiliki akses untuk air bersih dan sanitasi (terutama untuk toilet keluarga).
13
Ubud dan Tabanan - Tim tidak mendapatkan infomarmasi yang spesifik tentang kemiskinan serta rumah tidak layak huni di wilayah Ubud meskipun Ubud sangat potensial menarik GV dengan spot turisme yang kuat. Namun berdasarkan keterangan sdr. Kefi (ex- staf HFH Indonesia project Bali), mereka pernah survei ke Ubud dan yang menjadi kendala utama untuk pelaksanaan program Habitat di sana adalah adalah status tanah; di mana mayoritas tanah di wilayah ini adalah tanah banjar “milik” raja Ubud. - Sementara untuk wilayah Tabanan, dari jaringan relawan ARDA (Adventus Development and Relief Agency), tim mendapat rekomendasi untuk coba meninjau desa Marga, yang sepengetahuan mereka merupakan desa terkebelakang di Tabanan. Dan tim juga mendapatkan informasi online, bahwa kebutuhan rumah tidak layak huni masih cukup banyak di wilayah Tabanan. Namun karena belum ada informasi wilayah yang lebih spesifik tentang area desa tersebut serta keterbatasan waktu, tim hanya melintas sambil mengamati desa Marga. Secara umum, di jalur-jalur utama desa Marga, tampaknya kondisi perumahan warga sudah sangat baik dengan arsitektur Bali yang sangat khas dan tidak nampak rutilahu. Misalnya: di-tahun-2018/.
14
Rekomendasi Dari profil wilayah serta kebutuhan, adalah tepat jika progam Habitat di arahkan ke wilayah utara Bali (terutama Buleleng dan Karangasem) Area prioritas: Prioritas 1 : Area lama (Kecamatan Banjar dan Kecamatan Sukasada: desa Munduk, Goblek, Tigawasa, Gitgit dan Wanagiri). Pertimbangan: program Habitat sudah dikenal oleh masyarakat dan perangkat pemerintahan setempat dan adat; *) Masih memiliki ex-staff lokal yang dapat membantu proses kelancaran program; *) Untuk infrastruktur dan akomodasi GV sudah established belajar dari yang sudah dilakukan sebelumnya; *) Secara akses, site terjangkau. Prioritas 2: Kecamatan Tianyar Barat – Karang Asem Jika program segera dimulai, wilayah prioritas 1 sangat direkomendasikan; namun jika ingin waktu persiapan lebih lama dan ingin wilayah baru, maka di area prioritas 2 (Tianyar Barat). Jika dua area prioritas ini disepakati maka perlu deep assesment terutama berkaitan dengan jumlah/angka kebutuhan yang lebih pasti.
15
Rekomendasi * RD perlu membuat mapping potensial donor yang sudah menyatakan ketertarikan untuk mendukung Bali atau berpotensi mendukung program di Bali, misalnya GV sending country, perusahaan-perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pariwisata, energy (ada plant di Buleleng). * Karena spirit GV adalah untuk bekerja maka kegiatan R&R mestinya hanya sebagai pelengkap dan untuk kedua area prioritas ini tidak masalah karena akses-akses site pariwisata besar di Bali masih terjangkau, walaupun lokasi GV di utara Bali
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.