Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

LOGIKA LOGIKA PENALARAN Rifai Al Ghozali Oleh: Tri Sundari.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "LOGIKA LOGIKA PENALARAN Rifai Al Ghozali Oleh: Tri Sundari."— Transcript presentasi:

1 LOGIKA LOGIKA PENALARAN Rifai Al Ghozali Oleh: Tri Sundari

2 Berpikir atau Menalar Kegiatan Akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah diterima melalui panca indra, ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Jadi istilah “berpikir” adalah suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah, namun istilah berpikir tidaklah sama dengan “melamun”, demikian pula seperti merasakan, melihat, mendengar, serta kegiatan khayalan dan sebagainya. Berpikir dapat diartikan sebagai kegian nyata yang menggerakan pikiran seperti apa yang di kemukakan plato dan aristoteles istilah berpikir yaitu ; “ bicara dengan dirinya sendiri di dalam batin” Berpikir atau Menalar Kegiatan Akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah diterima melalui panca indra, ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Jadi istilah “berpikir” adalah suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah, namun istilah berpikir tidaklah sama dengan “melamun”, demikian pula seperti merasakan, melihat, mendengar, serta kegiatan khayalan dan sebagainya. Berpikir dapat diartikan sebagai kegian nyata yang menggerakan pikiran seperti apa yang di kemukakan plato dan aristoteles istilah berpikir yaitu ; “ bicara dengan dirinya sendiri di dalam batin” ILMU PENALARAN ATAU LOGIKA

3 Berpikir dengan tepat Suatu jalan pikiran yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan dalam logika disebut logis, sebaliknya, jalan pikiran yang tidak mengindahkan patokan-patokan logika itu tentu “berantakan” dan sesat. Maka dari pikiran yang tersesat akan timbul tindakan yang sesat pula. Berpikir dengan tepat Suatu jalan pikiran yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan dalam logika disebut logis, sebaliknya, jalan pikiran yang tidak mengindahkan patokan-patokan logika itu tentu “berantakan” dan sesat. Maka dari pikiran yang tersesat akan timbul tindakan yang sesat pula.

4 Secara sederhana ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang merupakan satu kesatuan yang tersusun secara sistematis, serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukan sebab-sebabnya. Setiap cabang ilmu membatasi diri pada salah satu bidang tertentu, dan mempelajari bidangnya itu dari segi tertentu, pertanyaan yang sering diajukan dalam setiap ilmu adalah ; Secara sederhana ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang merupakan satu kesatuan yang tersusun secara sistematis, serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukan sebab-sebabnya. Setiap cabang ilmu membatasi diri pada salah satu bidang tertentu, dan mempelajari bidangnya itu dari segi tertentu, pertanyaan yang sering diajukan dalam setiap ilmu adalah ; ILMU APA ? BAGAIMANA MENGAPA

5 Kecakapan Logika sebagai ilmu merumuskan aturan-aturan untuk pemikiran yang tepat dan mempelajari aturan aturan tersebut untuk dapat menerapkannya, seperti contoh nya dalam membuktikan sesuatu atau menganalisis suatu persoalan. Yang terpenting dalam studi ini adalah ; Kecakapan Logika sebagai ilmu merumuskan aturan-aturan untuk pemikiran yang tepat dan mempelajari aturan aturan tersebut untuk dapat menerapkannya, seperti contoh nya dalam membuktikan sesuatu atau menganalisis suatu persoalan. Yang terpenting dalam studi ini adalah ; 01 Menerapkan aturan-aturan pemikiran yang tepat 02 Pembentukan sikap ilmiah 03 Kritis 04 Objektif

6 PEMIKIRAN Fakta-fakta Mengapa? Sampai selesai mendapat kesimpulan Objek Pengalaman Konkret Pengalaman sensitive- rasional Kejadian atau peristiwa Akal

7 HUBUNGAN Kalimat berita atau putusan Hubungan sebab akibat 100% Hubungan maksud-tujuan Hubungan bersyarat

8 Hubungan tersebut tidak selalu dinyatakan dengan terang-terangan atau eksplisit (tersurat); seringkali hanya secara implisit (tersirat) saja. Contoh : “Pohon-pohon tumbang karena letusan gunung api” Sebenarnya ada suatu jalan pikiran didalamnya, terdapat langkah-langkah tertentu yang mengaitkan “pohon-pohon tumbang” dengan letusan gunung api, tapi tidak diutarakan dengan jelas, lengkap, dan terurai. Hubungan tersebut tidak selalu dinyatakan dengan terang-terangan atau eksplisit (tersurat); seringkali hanya secara implisit (tersirat) saja. Contoh : “Pohon-pohon tumbang karena letusan gunung api” Sebenarnya ada suatu jalan pikiran didalamnya, terdapat langkah-langkah tertentu yang mengaitkan “pohon-pohon tumbang” dengan letusan gunung api, tapi tidak diutarakan dengan jelas, lengkap, dan terurai. Eksplisit-Implisit

9 Tujuan pemikiran manusia adalah mencapai pengetahuan yang benar dan sedapat mungkin pasti. Tetapi dalam kenyataannya hasil pemikiran (kesimpulan) maupun alasan-alasan yang diajukan belum tentu benar. Jadi ukuran untuk menentukan suatu pemikiran itu benar, atau tidak benar, yaitu bukan rasa senang atau tidak senang, enak didengar atau tidak enak didengar melainkan cocok atau tidak dengan realitas atau fakta. Tujuan pemikiran manusia adalah mencapai pengetahuan yang benar dan sedapat mungkin pasti. Tetapi dalam kenyataannya hasil pemikiran (kesimpulan) maupun alasan-alasan yang diajukan belum tentu benar. Jadi ukuran untuk menentukan suatu pemikiran itu benar, atau tidak benar, yaitu bukan rasa senang atau tidak senang, enak didengar atau tidak enak didengar melainkan cocok atau tidak dengan realitas atau fakta. Menguji suatu penalaran atau jalan pikiran A BENAR = SESUAI DENGAN KENYATAAN B SALAH = TIDAK SESUAI DENGAN KENYATAAN

10 QUESTION 1 QUESTION 2 QUESTION 3 QUESTION 4 Empat Pertanyaan Apa yang hendak ditegaskan, atau apa pokok pernyataan (statement) yang diajukan? Bagaimana hal itu: Atas dasar apa orang sampai pada kesimpulan atau pertanyaan itu? Apa titik pangkalnya? Apa alasan-alasannya Apakah kesimpulan atau penjelasan itu benar? Apakah pasti? Atau hanya mungkin benar? Sangat mungkin tidak benar? Bagaimana jalan pikiran yang mengaitkan alas an-alas an yang diajukan dan kesimpulan yang ditarik? Bagaimana langkah-langkahnya? Apakah kesimpulan itu ‘sah’?

11 Sebagai alat pembantu untuk menguji atau menganalisis suatu pemikiran, maka berguna sekali menyusun jalan pikirannya dalam bentuk sebuah skema, sehingga tampak jelas mana yang termasuk kesimpulan, mana yang alas an serta bagaimana orang tertentu menarik kesimpulan tertentu dari alasan-alasan. Contoh; Seorang anak tenggelam di sungai dalam keadaan pingsan ia ditarik keluar dari air. Tetangga tang melihatnya berkata “ia tidak bernafas lagi.” Ibunya menangis, “Anakku mati”. Dirumuskan secara singkat “dia tidak bernafas lagi. Berarti (jadi) ia mati”. Sebagai alat pembantu untuk menguji atau menganalisis suatu pemikiran, maka berguna sekali menyusun jalan pikirannya dalam bentuk sebuah skema, sehingga tampak jelas mana yang termasuk kesimpulan, mana yang alas an serta bagaimana orang tertentu menarik kesimpulan tertentu dari alasan-alasan. Contoh; Seorang anak tenggelam di sungai dalam keadaan pingsan ia ditarik keluar dari air. Tetangga tang melihatnya berkata “ia tidak bernafas lagi.” Ibunya menangis, “Anakku mati”. Dirumuskan secara singkat “dia tidak bernafas lagi. Berarti (jadi) ia mati”. SKEMA

12 Agar suatu pemikiran dan penalaran dapat menghasilkan kesimpulan yang benar, ada tiga syarat pokok yang harus di penuhi. Tiga Syarat Pokok Pemikiran harus berpangkal dari kenyataan atau titik pangkalnya harus benar Alasan-alas an yang diajukan harus tepat dan kuat Jalan pikiran harus logis atau lurus ‘sah’

13 Sesuai dengan titik pangkal dalam proses pemikiran, kita dapat membedakan dua jalan atau pola dasar yaitu ; Induksi = proses pemikiran di dalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian/peristiwa/hal yang lebih konkret dan ‘khusus’ untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘umum’ Deduksi = proses pemikiran didalam akal kita dari pengetahuan yang lebih ‘umum’ untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ Sesuai dengan titik pangkal dalam proses pemikiran, kita dapat membedakan dua jalan atau pola dasar yaitu ; Induksi = proses pemikiran di dalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian/peristiwa/hal yang lebih konkret dan ‘khusus’ untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘umum’ Deduksi = proses pemikiran didalam akal kita dari pengetahuan yang lebih ‘umum’ untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ INDUKSI DAN DEDUKSI

14 POLA INDUKSI DAN DEDUKSI KENYATAAN Pengetahuan yang lebuh konkret dan khusus INDUKSI UMUM DEDUKSI

15 INDUKSI Suatu jalan pikiran disebut induksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua atau banyak) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit). Agar jalan pikiran seperti itu mencapai kesimpulan yang benar dan pasti. DEDUKSI Suatu jalan pikiran disebut deduksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang khusus, mutlak dan sudah pasti kebenrannya walaupun tidak dibuktikan dengen riset dan sebagainya. INDUKSI Suatu jalan pikiran disebut induksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua atau banyak) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit). Agar jalan pikiran seperti itu mencapai kesimpulan yang benar dan pasti. DEDUKSI Suatu jalan pikiran disebut deduksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang khusus, mutlak dan sudah pasti kebenrannya walaupun tidak dibuktikan dengen riset dan sebagainya.

16 Jajaran Genjang Gambar dibawah ini adalah sebuah jajaran genjang, jadi sisi-sinya yang berhadapan itu sama. Jajaran Genjang Gambar dibawah ini adalah sebuah jajaran genjang, jadi sisi-sinya yang berhadapan itu sama. CONTOH JALAN PIKIRAN DEDUKSI

17 Jumlah ketiga sudut sebuah segitiga adalah 180° nah, figura ini adalah sebuah segitiga, jadi sudut-sudutnya sama dengan 180°

18 Kalau rajamu kau tempatkan disana, maka dapat kumakan dengan kudaku !

19 Contoh seperti diatas disebut Closed System Problem atau system tertutup. Sekali diketahui aturan-aturannya, maka dengan pikiran yang logis, dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan yang sungguh-sungguh pasti, tidak akan ada orang dari luar yang dapat menggoyahkan jalan pikiran atau kesimpulan dari luar. Suatu kesimpulan itu pasti apabila kita tahu dengan positif dan tanpa ragu-ragu, bahwa kesimpulan yang ditarik itu benar. Bila suatu kesimpulan itu tidak pasti maka kita hanya bias mengatakan itu ‘mungkin’. Contoh seperti diatas disebut Closed System Problem atau system tertutup. Sekali diketahui aturan-aturannya, maka dengan pikiran yang logis, dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan yang sungguh-sungguh pasti, tidak akan ada orang dari luar yang dapat menggoyahkan jalan pikiran atau kesimpulan dari luar. Suatu kesimpulan itu pasti apabila kita tahu dengan positif dan tanpa ragu-ragu, bahwa kesimpulan yang ditarik itu benar. Bila suatu kesimpulan itu tidak pasti maka kita hanya bias mengatakan itu ‘mungkin’. CLOSED SYSTEM PROBLEM OPEN SYSTEM PROBLEM

20 10 PEDOMAN PENALARAN Pikirlah untuk jangka panjang Bersikap Dialektis Bersikap Terbuka Pikirikan sendiri Pikirkan Secara Objektif SUCCESS Pikirkan dulu sebelum bertindak Pikirlah dua kali Bersikap Kritis Bersikap Optimis Bekerja dan berpikir secara teratur dan berencana

21 Terima Kasih


Download ppt "LOGIKA LOGIKA PENALARAN Rifai Al Ghozali Oleh: Tri Sundari."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google