Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
2
Pajak Penghasilan Pertemuan 02
Mata kuliah : A Perpajakan Tahun : 2009 Pajak Penghasilan Pertemuan 02
3
PAJAK PENGHASILAN (PPh) A D A L A H
Pasal 1 A D A L A H PAJAK YANG DIKENAKAN TERHADAP SUBJEK PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA DALAM TAHUN PAJAK Bina Nusantara University
4
DASAR HUKUM • PP • KEP PRES • KEP MENKEU • KEP DIRJEN • SE DIRJEN
UU No. 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UU NO. 17 TAHUN 2000 • PP • KEP PRES • KEP MENKEU • KEP DIRJEN • SE DIRJEN Bina Nusantara University
5
SUBJEK PAJAK - ORANG PRIBADI - WARISAN YG BELUM TERBAGI BADAN
Pasal 2 ayat (1) - ORANG PRIBADI - WARISAN YG BELUM TERBAGI BADAN BENTUK USAHA TETAP (BUT) Bina Nusantara University
6
SUBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI LUAR NEGERI Pasal 2 ayat (2)
Bina Nusantara University
7
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
Pasal 2 ayat (3) ORANG PRIBADI : - BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU - DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA BADAN YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA WARISAN YANG BELUM TERBAGI Bina Nusantara University
8
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI Pasal 2 ayat (4)
• ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA / BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI DALAM 12 BULAN • BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH YANG MENJALANKAN PENGHASILAN DARI USAHA ATAU INDONESIA BUKAN KEGIATAN MELALUI DARI MENJALANKAN BUT DI INDONESIA USAHA ATAU KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA Bina Nusantara University
9
BENTUK USAHA TETAP BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH
Pasal 2 ayat (5) BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH ORANG PRIBADI BADAN SEBAGAI SEBAGAI SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN UNTUK MENJALANKAN USAHA ATAU KEGIATAN DI INDONESIA Bina Nusantara University
10
BENTUK USAHA TETAP DAPAT BERUPA Pasal 2 ayat (5) •
Tempat kedudukan manajemen • Cabang perusahaan • Kantor perwakilan • Gedung kantor • Pabrik • Bengkel • Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran untuk eksplorasi pertambangan • Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan • Proyek konstruksi/instalasi/perakitan • Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan • Agen yang kedudukannya tidak bebas • Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima premi atau menanggung Bina Nusantara University resiko di Indonesia
11
MENURUT KEADAAN YANG SEBENARNYA
TEMPAT TINGGAL/ KEDUDUKAN WAJIB PAJAK Pasal 2 ayat (6) TEMPAT TEMPAT TINGGAL KEDUDUKAN ORANG PRIBADI BADAN DITETAPKAN OLEH DIRJEN PAJAK MENURUT KEADAAN YANG SEBENARNYA Bina Nusantara University
12
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5) SUBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK WARISAN DALAM NEGERI LUAR NEGERI YG BELUM TERBAGI ORANG PRIBADI SELAIN BUT MULAI : MULAI :MULAI : - SAAT DILAHIRKAN SAAT MENERIMASAAT - SAAT BERADA ATAU /MEMPEROLEH BERNIAT TINGGAL PENGHASILAN DARI TIMBULNYA DI INDONESIA INDONESIA WARISAN BERAKHIR : BERAKHIR : - SAAT MENINGGAL SAAT TIDAK LAGI BERAKHIR : - MENINGGALKAN MENERIMA/MEMPERO SAAT INDONESIA UNTUK LEH PENGHASILAN WARISAN SELAMANYA. DARI INDONESIA SELESAI DIBAGIKAN BADAN BUT MULAI : MULAI : SAAT DIDIRIKAN/ SAAT MELAKUKAN BERKEDUDUKAN USAHA/KEGIATAN DI INDONESIA MELALUI BUT DI INDONESIA BERAKHIR : BERAKHIR : SAAT DIBUBARKAN SAAT TDK LAGI ATAU TIDAK LAGI MENJALANKAN BERKEDUDUKAN USAHA/KEGIATAN Bina Nusantara University DI INDONESIA. MELALUI BUT DI INDONESIA.
13
MENGGANTIKAN TAHUN PAJAK
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF Pasal 2A ayat (6) KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF ORANG PRIBADI YANG BERADA ATAU BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA HANYA MELIPUTI SEBAGIAN DARI TAHUN PAJAK MAKA BAGIAN TAHUN PAJAK TERSEBUT MENGGANTIKAN TAHUN PAJAK Bina Nusantara University
14
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
Pasal 3 BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT ATAU PEJABAT-PEJABAT LAIN DARI NEGARA ASING, DAN ORANG-ORANG YG DIPERBANTUKAN KPD MEREKA YG BEKERJA PADA DAN BERTEMPAT TINGGAL BERSAMA-SAMA MEREKA DGN SYARAT BUKAN WNI DAN DI INDONESIA TDK MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN LAIN DI LUAR JABATAN ATAU PEKERJAANNYA TSB SERTA NEGARA YBS MEMBERIKAN PERLAKUAN TIMBAL BALIK ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN KPD PEMERINTAH YG DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA ANGGOTA PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA SESUAI KMK NO. 574/KMK.04/2000 Bina Nusantara University
15
OBJEK PAJAK P E N G H A S I L A N
Pasal 4 ayat (1) P E N G H A S I L A N SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG : - Diterima atau diperoleh Wajib Pajak, - Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, - Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak, DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN Bina Nusantara University
16
OBJEK PAJAK Pasal 4 ayat (1)
Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan Laba usaha Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg pengganti saham/penyertaan modal; 2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota; 3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; 4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan Bina Nusantara University
17
OBJEK PAJAK Pasal 4 ayat (1)
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn jumlah tertentu ditetapkan dgn PP (PP No.130 Tahun 2000) Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian kembali aktiva, premi asuransi, iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas, tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan pajak. Bina Nusantara University
18
PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH
PENGHASILAN TERTENTU Pasal 4 ayat (2) - Bunga deposito dan tabungan - Transaksi saham dan sekuritas di bursa efek - Pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan - Penghasilan tertentu lainnya PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH Bina Nusantara University
19
PENGHASILAN TERTENTU YANG PENGENAAN PAJAKNYA TELAH DIATUR DGN
PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK ( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997) 2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN ( PP No. 132 TAHUN 2000) 3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN (PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No.79 TAHUN 1999) 4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI ( PP No. 131 TAHUN 2000 jo KMK No.51/KMK.04/2001) 5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN ( PP No. 29 TAHUN 1996 ) 6. PENGHASILAN BERUPA OBLIGASI YG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK ( PP No. 139 TAHUN 2000 jo KMK No.558/KMK.04/2000) 7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTAN ( PP No. 140 TAHUN 2000 jo KMK No. 559/KMK.04/2000) Bina Nusantara University
20
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3) BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT YG DITERIMA BADAN AMIL ZAKAT/LEMBAGA AMIL ZAKAT YANG DIBENTUK/DISAHKAN PEMERINTAH DAN PENERIMA ZAKAT YG BERHAK HARTA HIBAHAN DENGAN SYARAT TERTENTU WARISAN HARTA TERMASUK SETORAN TUNAI YG DITERIMA OLEH BADAN SEBAGAI PENGGANTI SAHAM ATAU PENYERTAAN MODAL PENGGANTIAN/IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN ATAU KENIKMATAN DARI WAJIB PAJAK ATAU PEMERINTAH PEMBAYARAN DARI PERUSAHAAN ASURANSI KEPADA ORANG PRIBADI SEHUBUNGAN DENGAN ASURANSI KESEHATAN/KECELAKAAN/JIWA/ DWIGUNA DAN BEA SISWA Bina Nusantara University
21
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3) DIVIDEN /BAGIAN LABA YG DITERIMA/DIPEROLEH PT SBG WP D.N, KOPERASI,BUMN/BUMD, DARI PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA YANG DIDIRIKAN/ BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA DGN SYARAT DIVIDEN BERASAL DARI CADANGAN LABA YG DITAHAN DAN KEPEMILIKAN PADA BADAN YG MEMBERIKAN DIVIDEN PALING RENDAH 25% DARI JUMLAH MODAL YG DISETOR DAN HRS MEMPUNYAI USAHA AKTIF DILUAR KEPEMILIKAN SAHAM TSB IURAN YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DANA PENSIUN YG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENKEU PENGHASILAN DARI MODAL YG DITANAMKAN OLEH DANA PENSIUN YG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENKEU DLM BIDANG-BIDANG TERTENTU YG DITETAPKAN DENGAN KMK BAGIAN LABA YG DITERIMA/DIPEROLEH ANGGOTA DARI PERSEROAN KOMANDITER YG MODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM-SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA DAN KONGSI BUNGA OBLIGASI YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERUSAHAAN REKSA DANA SELAMA 5 TAHUN PERTAMA SEJAK PENDIRIAN/PEMBERIAN IJIN USAHA Bina Nusantara University
22
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3) PENGHASILAN YG DITERIMA/DIPEROLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA BERUPA BAGIAN LABA DARI BADAN PASANGAN USAHA YG DIDIRIKAN DAN MENJALANKAN USAHA/KEGIATAN DI INDONESIA DGN SYARAT BADAN PASANGAN USAHA MERUPAKAN PERUSAHAAN KECIL, MENENGAH, ATAU YG MENJALANKAN KEGIATAN DLM SEKTOR-SEKTOR USAHA YG DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DAN SAHAMNYA TDK DIPERDANGKAN DI BURSA EFEK DI INDDONESIA KMK No.227/KMK.04/2001 Bina Nusantara University
23
OBJEK PAJAK BUT Pasal 5 ayat (1) PENGHASILAN DARI PENGHASILAN
- USAHA/KEGIATAN BUT PENGHASILAN - HARTA YANG DIMILIKI/ DARI DIKUASAI BUT PENGHASILAN - USAHA ATAU KEGIATAN - PENJUALAN KANTOR PUSAT BARANG-BARANG DARI - PEMBERIAN JASA DI INDONESIA YG SEJENIS DGN YG DILAKUKAN BUT DI INDONESIA PENGHASILAN SEPANJANG ADA YG TERSEBUT HUBUNGAN EFEKTIF DLM PASAL 26 ANTARA BUT DGN YG DITERIMA HARTA/KEGIATAN YG ATAU MEMBERIKAN DIPEROLEH PENGHASILAN KANTOR PUSAT Bina Nusantara University
24
OBJEK PAJAK BUT Penjelasan Pasal 5 ayat (1) huruf b BANK BANK BUT
PENGHASILAN KANTOR PUSAT DARI USAHA ATAU KEGIATAN DAN PENJUALAN BARANG YG SEJENIS DENGAN YG DILAKUKAN BUT DI INDONESIA Penjelasan Pasal 5 ayat (1) huruf b BANK BANK BUT PT. B PINJAMAN DI LUAR DI DI INDONESIA INDONESIA INDONESIA PT. A BUNGA DI PINJAMAN INDONESIA KANTOR PT. D BUT DI PUSAT DI INDONESIA BARANG DI L. N INDONESIA LISTRIK LABA PT. C DI INDONESIA BARANG LISTRIK KANTOR PUSAT BUT DI PT. F KONSULTAN INDONESIA DI JASA DI L. N INDONESIA KONSULTASI FEE PT. E DI Bina Nusantara University JASA KONSULTASI INDONESIA
25
X. Inc DI LUAR INDONESIA OBJEK PAJAK BUT BUT DI INDONESIA ROYALTI
PENGHASILAN KANTOR PUSAT TSB DALAM PASAL 26 SEPANJANG TERDAPAT HUBUNGAN EFEKTIF ANTARA BUT DGN HARTA/KEGIATAN YANG MEMBERIKAN PENGHASILAN Penjelasan Pasal 5 ayat (1) huruf c X. Inc BUT DI LUAR DI INDONESIA INDONESIA PERJANJIAN/ LISENSI PENGGUNAAN ROYALTI MERK“X Inc” PT. Y DI INDONESIA JASA MANAJEMEN; JASA PEMASARAN; JASA PRODUKSI Bina Nusantara University
26
BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BUT
Pasal 5 Ayat (2) BIAYA YANG BERKENAAN DENGAN PENGHASILAN KANTOR PUSAT SEHUBUNGAN DENGAN : PENGHASILAN SEBAGAIMANA - Usaha atau kegiatan, TSB DALAM PASAL 26 - Penjualan barang, JIKA TERDAPAT - Pemberian jasa, HUBUNGAN EFEKTIF ANTARA BUT DENGAN YG SEJENIS DGN YANG HARTA/KEGIATAN YG DIJALANKAN “BUT” DI MEMBERIKAN INDONESIA PENGHASILAN Bina Nusantara University
27
PENENTUAN LABA BUT Pasal 5 Ayat (3) BIAYA ADM. KANTOR
BIAYA YG BERKAITAN PUSAT YG BOLEH DGN USAHA DIBEBANKAN ATAU KEGIATAN BUT SBG BIAYA BESARNYA DITETAPKAN DIRJEN PAJAK PEMBAYARAN KPD - ROYALTI/IMBALAN SEHUB. KANTOR PUSAT YG DGN PENGGUNAAN HARTA, PATEN, ATAU HAK LAINNYA TIDAK BOLEH - IMBALAN SEHUB. DGN JASA DIBEBANKAN SBG MANAJEMEN DAN JASA BIAYA LAINNYA - BUNGA, KECUALI BUNGA YG BERKENAAN DGN USAHA PERBANKAN - ROYALTI/IMBALAN SEHUB. DGN PENGGUNAAN HARTA, BUKAN SBG PENGHASILAN BUT, PATEN, ATAU HAK LAINNYA - IMBALAN SEHUB. DGN JASA PEMBAYARAN DARI MANAJEMEN DAN JASA KANTOR PUSAT LAINNYA BERUPA - BUNGA, KECUALI BUNGA YG BERKENAAN DGN USAHA PERBANKAN Bina Nusantara University
28
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 6 ayat (1) BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MERUPAKAN OBJEK PAJAK KECUALI BIAYA YANG BERKENAAN DENGAN PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK PENGHASILAN SECARA FINAL, TERMASUK : - Biaya bahan baku/pembantu, - Biaya tenaga kerja - Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi - Iuran kepada dana pensiun yg pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan - Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta - Kerugian dari selisih kurs - Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia -Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan -Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang memenuhi syarat tertentu dgm Kep Dirjen Pajak Bina Nusantara University
29
PENGELUARAN YANG BOLEH DIBEBANKAN SBG BIAYA
Pasal 6 ayat (1) huruf a PENGELUARAN YG MEMPUNYAI HUB. LANGSUNG DENGAN USAHA/KEGIATAN UTK MENDAPATKAN, MENAGIH,DAN MEMELIHARA (3M) PENGHASILAN YANG BUKAN YANG MERUPAKAN MERUPAKAN OBJEK OBJEK PAJAK PAJAK TIDAKBOLEH BOLEH DIBEBANKAN DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA SEBAGAI BIAYA CONTOH PENGHASILAN BRUTO DANA PENSIUN “A” a. PENGHASILAN YG BUKAN OBJEK PAJAK SESUAI PASAL 4 AYAT (3) HRF g SEBESAR Rp ,00 b. PENGHASILAN BRUTO DI LUAR add a) SEBESAR Rp ,00 TOTAL PENGHASILAN Rp ,00 APABILA TOTAL BIAYA ADALAH Rp ,00 MAKA BIAYA YG BOLEH DIKURANGKAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN ADALAH SEBESAR : 3/4 X Rp ,00=Rp ,00 Bina Nusantara University
30
PENGELUARAN YANG BOLEH DIBEBANKAN SBG BIAYA
Pasal 6 ayat (1) huruf h BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MERUPAKAN OBJEK PAJAK, TERMASUK PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH SYARAT 1. TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA DALAM LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL; 2. TELAH DISERAHKAN PERKARA PENAGIHANNYA KEPADA PN ATAU BUPLN ATAU ADANYA PERJANJIAN TERTULIS MENGENAI PENGHAPUSAN PIUTANG/PEMBEBASAN UTANG ANTARA KREDITUR DAN DEBITUR YBS; 3. TELAH DIPUBLIKASIKAN DALAM PENERBITAN UMUM ATAU KHUSUS; DAN 4. WP HARUS MENYERAHKAN DAFTAR PIUTANG YANG TIDAK DAPAT DITAGIH KEPADA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PELAKSANAANNYA DIATUR KEPDIRJEN Bina Nusantara University
31
KOMPENSASI KERUGIAN Pasal 6 ayat (2) dan PP 148 Tahun 2000
KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5(LIMA) TAHUN. PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU ATAU DI DAERAH- DAERAH TERTENTU KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA 10 TAHUN Bina Nusantara University
32
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3) Rp UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TAMBAHAN UNTUK WAJIB Rp PAJAK KAWIN TAMBAHAN UNTUK SEORANG Rp ISTERI YG PENGHASILANNYA DIGABUNG DENGAN PENGHASILAN SUAMI TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA Rp SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN PAJAK ATAU AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK Bina Nusantara University
33
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1) PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA YANG TELAH KAWIN DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU KERUGIAN SUAMINYA KECUALI 1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21, DAN 2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA Bina Nusantara University
34
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3) MENGADAKAN PERJANJIAN PEMISAHAN HIDUP BERPISAH HARTA DAN PENGHASILAN SECARATERTULIS PENGHITUNGAN PKP PENGHITUNGAN DAN PENGENAAN PAJAKNYA PAJAKNYA BERDASAR DILAKUKAN - Penghasilan Neto suami SENDIRI-SENDIRI isteri digabung - Besarnya pajak yg harus dilunasi oleh masing- masing suami-isteri, sebanding dgn Penghasilan Neto Bina Nusantara University
35
DARI PEKERJAAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
PENGHASILAN ANAK YANG BELUM DEWASA Pasal 8 ayat (4) DIGABUNG DENGAN PENGHASILAN ORANG TUANYA KECUALI PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ORANG YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA Bina Nusantara University
36
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4) PENGHASILAN DIKURANGI DENGAN BIAYA YANG PKP BAGI DIPERKENANKAN, WAJIB PAJAK KOMPENSASI KERUGIAN, DALAM NEGERI UNTUK WP ORANG PRIBADI DIKURANGI DGN PTKP, PKP BAGI DIHITUNG DENGAN NORMA WAJIB PAJAK YG PENGHITUNGAN DAN DIHITUNG DGN UNTUK WP ORANG PRIBADI NORMA DIKURANGI PTKP PENGHASILAN DIKURANGI PKP BAGI DGN BIAYA YG WP BUT DIPERKENANKAN , KOMPENSASI KERUGIAN PKP BAGI WP ORANG PRIBADI D.N YG KEWAJIBAN DIHITUNG PAJAK SUBJEKTIF SESUAI PENGHASILAN NETO NYA < 1 TAHUN YG DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK TERUTANG PAJAK YANG DISETAHUNKAN Bina Nusantara University DLM BAG.THN PAJAK
37
TARIF PAJAK PENGHASILAN
Pasal 17 ayat 1 (a), (3) dan (7) TARIF PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DN LAPISAN PKP TARIF PAJAK - S/D Rp ,00 5 % - DI ATAS Rp ,00 15 % S/D Rp ,00 - DI ATAS Rp ,00 25 % S/D Rp - DI ATAS Rp 30% LAPISAN PKP DAPAT DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH DAPAT DITETAPKAN TARIF PAJAK TERSENDIRI ATAS PENGHASILAN TERTENTU, SEPANJANG TIDAK MELEBIHI TARIF PAJAK TERTINGGI Bina Nusantara University
38
TARIF PAJAK PENGHASILAN
Pasal 17 ayat (4) UNTUK KEPERLUAN PENERAPAN TARIF PAJAK JUMLAH PKP DIBULATKAN KE BAWAH DALAM RIBUAN RUPIAH PENUH Bina Nusantara University
39
TARIF PAJAK PENGHASILAN
Pasal 17 ayat (5) dan (6) BESARNYA PAJAK YANG TERUTANG BAGI WP ORANG PRIBADI D.N YANG KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIFNYA < 1 TAHUN YG TERUTANG PAJAK DLM BAGIAN TAHUN PAJAK DIHITUNG JUMLAH HARI X PAJAK TERUTANG UTK 1TAHUN PAJAK 360 JUMLAH PKP DIBULATKAN KE BAWAH DALAM RIBUAN RUPIAH PENUH Bina Nusantara University
40
PELUNASAN PPh DALAM TAHUN BERJALAN Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3)
- PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH PIHAK LAIN (PPh Psl 21,22,23,24) - PEMBAYARAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI (PPh Pasal 25) MERUPAKAN ANGSURAN PAJAK YANG BOLEH - DILAKUKAN SETIAP DIKREDITKAN BULAN, ATAU TERHADAP PPh YANG TERUTANG - MASA LAIN YANG UNTUK TAHUN DITETAPKAN OLEH PAJAK YBS MENTERI KECUALI KEUANGAN PEMBAYARAN PPh YANG BERSIFAT FINAL Bina Nusantara University
41
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21 Pasal 21 ayat (1) PENGHASILAN
DIPOTONG, PENGHASILAN A DISETOR DAN WP ORANG PRIBADI J DILAPORKAN DALAM NEGERI I B PPh -NYA BERUPA OLEH GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN PEMBAYARAN LAIN SBG IMBALAM MENYANGKUT PEKERJAAN YG PEMBERI KERJA DILAKUKAN OLEH PEGAWAI ATAU BUKAN PEGAWAI GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN BENDAHARAWAN PEMBAYARAN LAIN YANG PEMERINTAH MENYANGKUT PEKERJAAN, JASA, ATAU KEGIATAN UANG PENSIUN ATAU PEMBAYARAN DANA PENSIUN LAIN DALAM RANGKA PENSIUN HONORARIUM ATAU IMBALAN SERTA BADAN YANG PEMBAYARAN LAIN SEHUBUNGAN MENBAYAR DENGAN JASA PEMBAYARAN ATAU IMBALAN PENYELENGGARA SEHUBUNGAN KEGIATAN DENGAN ADANYA KEGIATAN Bina Nusantara University
42
- BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING
TIDAK TERMASUK SEBAGAI PEMBERI KERJA Pasal 21 ayat (2) - BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING - ORGANISASI INTERNASIONAL SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 3 UU PPh Bina Nusantara University
43
PENGHASILAN PEGAWAI TETAP ATAU PENSIUNAN
Pasal 21 ayat (3) DIPOTONG PAJAK UNTUK SETIAP BULAN DARI JUMLAH PENGHASILAN BRUTO SETELAH DIKURANGI DENGAN : z Biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan Menteri Keuangan z Iuran pensiun z Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Bina Nusantara University
44
PENGHASILAN PEGAWAI HARIAN, MINGGUAN, SERTA PEGAWAI TIDAK TETAP LAINNYA Pasal 21 ayat (4) DIPOTONG PPh 21 DARI JUMLAH PENGHASILAN BRUTO SETELAH DIKURANGI DENGAN : Bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan Menteri Keuangan Bina Nusantara University
45
oleh Peraturan Pemerintah Pasal 21 ayat (5)
Tarif Pemotongan sesuai dengan Tarif Pasal 17 ayat (1) Kecuali ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Pasal 21 ayat (5) Seperti Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua (PP No. 149 Tahun 2000) Bina Nusantara University
46
D I H A P U S PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI 1 (SATU) PEMBERI KERJA Pasal 21 ayat (6) dan ayat (7) D I H A P U S Bina Nusantara University
47
PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA ATAU KEGIATAN
Pasal 21 ayat (8) DIREKTUR JENDERAL PAJAK (Kepdirjen Pajak No. KEP-545/PJ./2000) BERWENANG MENETAPKAN PETUNJUK MENGENAI PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPH 21 ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA ATAU KEGIATAN KEP.DIRJEN PAJAK NO KEP-545/PJ./2000 Bina Nusantara University
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.