Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Budaya, kekayaan dan keindahan alam, keanekaragaman hayati

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Budaya, kekayaan dan keindahan alam, keanekaragaman hayati"— Transcript presentasi:

1 Budaya, kekayaan dan keindahan alam, keanekaragaman hayati
dibalik kerawanan gempa bumi ekspedisi Palu-Koro

2 Ekspedisi Sesar Palu Koro
Ekspedisi ini adalah kegiatan menyusuri wilayah-wilayah yang dilalui oleh Sesar Palu Koro, lebih dari 500 Km, sebuah tim peneliti yang terdiri dari Geologi, Bilogi, Antropologi, Ekologi, Arkeologi, sejarah serta jurnalis, film maker dan juga penulis akan ikut menyertai penelitian ini Penelitian akan di lakukan di 10 lokasi seperti Tolii – toli, Langiyan, Lore Lindu, Kulawi serta menyusuru sungai Lariang dan Sungai Koro. Tujuan Merekam potensi gempa dan air laut berdiri serta mencatat berbagai pemahaman serta interaksi masyarakat terhadap gempa dan sesar Palu Koro. Merekam berbagai kekayaan alam serta keunikan budaya setempat dan mencatat berbagai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat atas bencana dan tsunami yang pernah terjadi di wilayahnya dahulu. Bahan yang terkumpul akan kami distribusikan dalam bentuk berbagai media kampanye untuk penyadaran masyarakat secara umum, khususnya jug amasyarakat di Sulawesi Tengah dan wilayah-wilayah yang memiliki potensi Gempa dan Air Laut Berdiri. Memberikan sosialisasi tentang gempa, sesar dan potensi tsunami di beberapa tempat yang menjadi pusat penelitian, sebagai upaya untuk penguragan risiko bencana Tema dari ekspedisi ini adalah. “The Wonderful Indonesia: People, Art, Culture, Nature and Disaster Risk”.

3 APA SAJA YANG SUDAH KAMI LAKUKAN
Untuk mempersiapkan Ekspedisi ini kami sudah melakukan serangkaian workshop dengan para ahli Geologi, sosiologi, bilogi serta antropologi Tujuan workshop ini untuk memperoleh masukan serta menysuusn kerangka riset masing-masing peneliti serta menyusun kriteria peneliti yang dapat terlibat. 1. Ade Kadarusman – Peneliti Independen 2. Dani Hilman – LIPI 3. Mudrik Daryono – LIPI 4. Sukmandaru – IAGI 5. Ivan Aulia Ahsan – UI 6. Shusi Susilawati – Peneliti Independen 7. Arianto Sangaji – Ontario Canada 8. Hery Heriyadi - LIPI 9. Harry Seldadyo – Senior Peneliti di 10. Abdulah – FMIPA Tadulako 11. Hendra – Antropolog Tadulako 12. dll Setelah serangkaian workshop kami melakukan riset pendahaluan yang sudah kami lakukan pada 15 – 23 Mei lalu.

4 Mengapa Sesar Palu-Koro?
Di antara tiga sesar besar di Indonesia, Palu-Koro adalah sesar yang membelah sebuah kota besar sekaligus ibukota provinsi. Efek sosial-poltik dan kerusakan yang ditimbulkannya jika gempa terjadi lebih besar dibanding sesar-sesar lain. Keragaman kultural yang ada di sekitar sesar. Kekayaan alam yang sangat unik dan endemik, dimana wilayahnya dilalui oleh sesar Ada investasi yang juga mulai tumbuh dan dikembangkan di beberapa wilayah yang dilalui sesar tersebut

5 RENCANA PENELITIAN LEBIH LANJUT Geografi yang Membentuk Peradaban
Faktor iklim dan geografis turut membentuk perubahan struktur sosial dalam rentang waktu yang panjang (longue durée). Pada masyarakat di sekitar sesar Palu-Koro, kita bisa menelusuri bagaimana pola dan proses perubahan itu, terutama ketika mereka menghadapi kondisi alam yang rawan gempa. Adaptasi manusia terhadap lingkungan geografis yang berlangsung selama ribuan tahun turut membentuk peradaban di sekitarnya.

6 Keragaman kultur Sulawesi Tengah memiliki beragam bahasa, dalam satu wilayah antar desa belum tentu sama bahasa serta sukunya. Mereka memiliki 12 bahasa Berbagai macam suku dengan berbagai kekayaan budaya. Dalam suku, adalah sub suku dengan sub bahasa yang berbeda dari bahasa

7 Orang orang yang hidup dari sungai
Para pencari rotan yang tinggal di sekitar Sungai Lairiang memanfaatkan arus sungai untuk mengangkut rotan dari hutan. Mereka tinggal menanti di hulu sungai sampai rotan-rotan itu tiba. Dalam masa penantian itu, mereka memboyong anak dan istri ke tepi sungai, kadang-kadang sampai berhari-hari. Di tepi sungai itulah roda ekonomi rumah tangga berputar: istri memasak, suami merotan.

8 Lembah Bada dan Patung-Patung Batu
Batu Dakon Megalitik Palindo Situs megalitik di Lembah Bada menunjukkan betapa tuanya peradaban di sekitar sesar Palu-Koro. Usianya yang sekitar 2500 tahun juga menunjukkan bahwa kebudayaan batu besar dengan pahatan halus bukan monopoli peradaban Indian kuna dan Mesir kuna belaka.

9 Senjakala Musik Bambu Manya Bagalatu, 72 tahun, penduduk asli Kulawi, barangkali adalah orang terakhir yang bisa memainkan alat musik ini. Generasi muda tidak banyak tertarik dengan alat-alat musik tradisional. Orkestra musik bambu di Kulawi berisi orang-orang berumur tahun. Jika tidak segera dilestarikan, ia bisa punah sebentar lagi.

10 Sumber Air Panas: Pertanda Sesar yang Jelas
Salah satu tanda jalur sesar paling kentara adalah sumber air panas alami. Penduduk setempat memanfaatkannya untuk mandi dan terkadang sumber air minum. “Tapi kebanyakan orang di sini tidak mengetahui jika di bawah tanah yang memancarkan air panas itu ada sesar gempa,” tutur Indra Cahya Baligau, 24 tahun, ahli geofisika muda lulusan Untad yang orang asli Kulawi.

11 Bencana dalam Mitologi dan Cerita Rakyat

12 Gempa sebagai Peristiwa dan Ingatan Kolektif Masyarakat
Ibu Erna lahir tahun 1952 (usia 65 tahun) tinggal di Donggala. Semasa hidupnya pernah merasakan gempa kuat hingga lari ke atas bukit dan bermalam semalam diatas bukit. Warga pikir akan terjadi air naik (tsunami), pagi harinya turun ke kampung melihat situasi sebagian rumah hancur karena gempa. Kejadian tersebut diingat setelah tahun 1997 (setelah anaknya lahir), selain gempa tersebut gempa sebelumnya tidak sebesar itu.

13 Persepsi tentang Gempa
Gempabumi 2012: gempa adalah berkah karena membuka akses jalan Pada masyarakat pedalaman: Gempa kecil: Memperkuat tulang bumi, tanda leluhur akan datang Gempa besar: cobaan atau ujian, intropeksi diri, dan perlu dilakukan upacara adat Upacara adat tolak bala dari kejadian gempa 2012

14 Kontruksi Rumah Tradisional Tahan Gempa

15 Kerukunan Umat dan Agama yang jadi Perekat
Di sepanjang jalan yang kami lalui dari Lembah Palu sampai Poso, dari Tentena sampai Bada, masjid dan gereja berderet dan bersandingan di mana-mana. Orang-orang tetap rukun dalam keyakinan masing-masing tanpa merusak kohesivitas sosial yang terbentuk selama berabad-abad. Di zaman ketika agama menjadi identitas kaku, masyarakat di sekitar sesar Palu-Koro berhasil menampilkan kebersamaan sebagai denyut nadi sehari-hari.

16 Menjelajahi 500 KM Sesar Palu Koro
Direncanakan Ekspedisi akan berlangsung selama 3 bulan : Peneliti akan mendiami beberapa tempat selama 1 bulan Dalam satu tim peneliti, multi disiplin ilmu akan bergabung, agar terjadi dialog antar keilmuan terkait dengan sesar Palu Koro Salah satu kegiatan yang akan kami rencanakan adalah seminar International yang akan kami selengarakan pada bulan Desember 2017, dalam rangka 90 tahun gempa dan air laut berdiri di Teluk Palu tahun 1927

17 KEGIATAN OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUL AGT Perencanaan dan persiapan, 2 Kali Workshop, diskusi, rapat2, konperensi pers Seleksi Tim Ekspedisi Penelitian Awal Ekspedisi Sesar Koro - Sulteng Film Processing Post Production Penulisan buku Editing buku Desain buku Cetak buku Pengolahan Foto Activation Launching buku dan kick off Seminar peringatan 90 tahun gempa dan air laut berdiri (tsunami) Teluk Palu Exhibition dan workshop series Pekan film Pemutaran Film Dok di Tv Swasta

18 Pengarah Ketua Sidarto Danusubroto – Dewan Pertimbangan Presiden Ibu Siti Nurbaya – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Osmar Tanjung – Seknas Jokowi Anggota Pengarah Drs. H Longki Djanggola M.Si : Gubernur Sulawesi Tengah Ridwan Djamaluddin                           : Deputi I Kementerian Maritim Wisnu B. Widjaja                                  : Deputi I BNPB Listya Kusumawardhani : Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Syuhelmaidi Syukur                             :Senior Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sukmandaru Prihatmoko                    : Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Abdullah                                                : Wakil Dekan FMIPA UNTAD Pelaksana  Ketua                                                      : Trinirmalaningrum (Perkumpulan Skala/Planas) Wakil Ketua                                           :  M. Insan Nurrohman (ACT) Nazar Ibrahim (Seknas Jokowi) Bendahara                                             : Fahima Andini  (DMII)                                                                   Wiwin Wulandari (Perkumpulan Skala)                                                                   Arif Pramono Sunu (IAGI) Kesekretariatan                                    : Rahardjo (DisasterChannel/Perkumpulan Skala)                                                                  Sutaryo (DMII)   Imelda Sonya (Seknas Jokowi)

19 Marketing                                              : Wahyu Novyan (DMII)
  Mukti (ACT)      Dwi Minarto (DisasterChannel)                                                                  Dani Kristianto                                                                                   Koordinator Peneliti                             : Anif Punto Utomo (IAGI)                                                                   Reza Permadi                                                                   Ivan Aulia Ahsan                                                                   Neneng Sushilawati                                                                   DharmaSatyawan                                                                                                     Sadiq (Forum PRB – Sulteng)                                                                   Neni Muhidin (Forum PRB – Sulteng) Ahmad Arif Koordinator Film Dan Dokumentasi                                 : Denny Sugiarto (PerkumpulanSkala)                                                                   Nugrah Arya Tama (DisasterChannel) Koordinator Komunikasi  : Iqbal Setyarso (ACT) Dan Publikasi                       SantiAriska                                                                                                                                              Rio Christa Yatim (ACT)                                                                   Dyah Sulistiowati (ACT) Koordinator Event                               : Dwi Minarto (Perkumpulan Skala) Ferdinand Akbar (Perkumpulan Skala)

20 NO AKTIVITAS VOL FREK NILAI TOTAL  I Persiapan Riset dokumentasi pra ekspedisi(diskusi, workshop) Persiapan di Palu Seleksi Tim Ekspedisi 100,000,000 II. Operational Field Trip Ekspedisi Sesar Koro - Sulteng 25 orang 20 hari 2,500,000 1,250,000,000 Transportasi Jakarta - Palu - Jakarta 20 orang PP 2,000,000 80,000,000 Local transport 500,000 250,000,000 1,580,000,000 III. Production Pengolahan foto 500 frame 1 bulan 150,000 75,000,000 Penulisan buku, editing, design 2 judul 150 halaman 1,000,000 300,000,000 Cetak 500 eks 250,000 Produksi film dokumenter 26 episode 25,000,000 650,000,000 1,275,000,000 Activation Launching buku dan kick off workshop 1 kali 200 orang Pameran dan seri workshop 2 kali 50,000,000 Pekan film 30,000,000 60,000,000 260,000,000 3,215,000,000


Download ppt "Budaya, kekayaan dan keindahan alam, keanekaragaman hayati"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google