Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Oleh: Agus Suryono 2011
3
BAHAN BACAAN Achmadi, Asmoro, 1995, Filsafat Umum, Jakarta, Raja Grafindo Persada Ali, Faried, 2004, Filsafat Administrasi, Jakarta, RajaGrafindo Persada Fay, Brian, 1998, Contemporary Philosophy of Social Science: A Multicultural Approach, Blackwell Publishers, Malden, Massachusetts (Alih Bahasa: M.Muhith), 2002, Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Yogyakarta, Jendela Gordon, Scott, 1991, The History and Philosophy of Social Science, Routledge, London Kleden, Ignas, 1987, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, Jakarta, LP3ES Laer, Henry Van, 1995, Filsafat Sain, Yogyakarta, LPMI Lechte, John, 2001, 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai Postmodernitas, Yogyakarta, Kanisius
4
Piliang, Yasraf Amir, 1999, Hiper Realitas Kebudayaan, Yogyakarta, LKiS Polanyi, Michael, 1996, Segi Tak Terungkap Ilmu Pengetahuan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama Poespoprodjo, W, 1987, Interpretasi: Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatinya, Bandung, Remaja Karya Rapar, Jan Hendrik, 1996, Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius Sastrapratedja, M, 1982, Manusia Multi Dimensional: Sebuah Renungan Filsafat, Jakarta, Gramedia Sindhunata, 1983, Dilema Usaha Manusia Rasional, Jakarta, Gramedia Suparno, Paul, 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius Suriasumantri, Jujun,S, 1987, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan , 1983, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta, Gramedia
5
Taryadi, Alfons, 1989, Epistemologi Pemecahan Masalah: Menurut Karl R
Taryadi, Alfons, 1989, Epistemologi Pemecahan Masalah: Menurut Karl R.Popper, Jakarta, Gramedia Tedjoworo, H, 2001, Imaji dan Imajinasi: Suatu Telaah Filsafat Postmodern, Yogyakarta, Kanisius Veeger, KJ, 1990, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu, Masyarakat dalam Cakrawala Sosiologi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama Ya’kub, Hamzah, tt, Filsafat Ketuhanan, Bandung, Alma’arif.
6
APA YANG DIKATAKAN (Komunikasi) APA YANG DIPIKIRKAN (Ilmu Pengetahuan) APA YANG DIRASAKAN (Ilmu Yakin) APA YANG DIPERBUAT (Amal Ibadah)
7
SIAPA, MELAKUKAN APA, MENGAPA, DAN BAGAIMANA ?
8
POLA LISAN POLA HATI POLA PIKIR POLA TINDAK POLA PHISIK (MATERI)
Ini jarang tersentuh sebagai konsep operasional
9
TERMINOLOGI FILSAFAT (ILMU PENGETAHUAN)
Secara etimologis kata filsafat sebagai terjemahan dari kata PHILOSOPHY (kata Yunani PHILOSOPHIA, Philein= mencintai; Philia= Cinta; Sophia= Kebijakan, Kearifan) yang berarti CINTA KEBIJAKAN DAN KEARIFAN Pythagoras ( ) adalah orang pertama yang mempergunakan istilah PHILOSOPHIA Plato dianggap sebagai Bapak Filsafat (The Master of Philosophy) , dan Aristoteles dianggap sebagai Bapak Ilmu (The Master of Science)
10
FILSAFATdalam arti luas diartikan sebagai pengetahuan yang luas dan kompleks, intelektual, kebajikan, pertimbangan akal sehat, kecerdikan, dan kecerdasan. Secara khusus, filsafat memfokuskan diri pada usaha pencapaian ilmu pengetahuan rasional berdasarkan: logika, etika, dan estetika
11
TUJUAN BELAJAR FILSAFAT
Membuat manusia sadar akan asumsi-asumsi yang melandasi keyakinanya dan tindakannya Menilai asumsi-asumsinya dalam hubungannya dengan pembuktian yang luas Menjernihkan arti dan makna daripada perbedaan ilmiah yang paling dasar Menghubungkan preferensi nilai dengan pengetahuan yang lebih komprehensif Membantu manusia menata kehidupannya tanpa ilusi, dan dengan penuh kesadaran menjelaskan kekuatan manusia dan keterbatasannya
12
Mencari dan menemukan makna realitas secara konsisten (bukan kulit, simbul, fatamorgana, atau commonsense yang penuh kontradiktif) Sebagai upaya untuk menjelaskan perkembangan pengetahuan dan menyatukan perspektif yang bersifat parsial dengan kegiatan penelitian-penelitian (research) ke dalam pola yang lebih rasional dan koheren (ada hubungannya) : thesa (teks) – antithesa (konteks) = synthesa (analisis, konklusi) ---- melahirkan DIALEKTIKA kehidupan dan konstruksi, rekonstruksi, dekonstruksi ilmu pengetahuan
13
TUGAS FILSAFAT Mengenal, mengetahui, mengerti, memahami, dan menyadari secara sistimatik dari segala hal kejadian atau peristiwa, dan menunjukkan bahwa masih ada sesuatu (makna, hikmah) dibalik kejadian atau peristiwa tersebut sebagai grand plan/grand scenario Mengungkap eksistensi (keberadaan, hakekat) dari suatu (keseluruhan) realitas peristiwa atau kejadian empiris Menemukan kesimpulan (summing up) melalui dialektika ilmu pengetahuan melalui dialog akal sehat yang rasional (purified reason)
14
Menyajikan dan memberikan informasi tentang pengetahuan hakekat hidup dan kehidupan dunia yang tidak tersentuh oleh pengetahuan dan ilmu (knowledge, science) Sebagai usaha dan kritik secara terus menerus untuk memikirkan segala sesuatu Sebagai usaha untuk menyalurkan rasa keingintahuan manusia, kekhawatiran, kegelisahan, dan kebingungan (Immanual Kant – Semakin bingung semakin baik)
15
PEMBIDANGAN KAJIAN FILSAFAT
BIDANG FILSAFAT SISTEMATIK: (a) Metafisika : menjelaskan tentang sesuatu hal yang ada yang mencakup persoalan ontologis, kosmologis, dan antropologis (b) Epistemologis : menjelaskan tentang pengetahuan, kemungkinan perkembangan pengetahuan, asal-usul pengetahuan, batas-batas pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, kebenaran pengetahuan (c) Metodologi : metode umum, metode ilmu, metode filsafat (arti, sifat dasar, jenis, penggolongan, hubungan tujuan dan metode)
16
(d) Logika : tentang proses penyimpulan, khususnya yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan keabsyahannya (penyimpulan analogis, konstradiksi, dan keganjilan benar atau salah) (e) Etika : tentang persoalan tingkahlaku yang baik atau buruk sebagai pedoman pertimbangan moral atau bukan moral (f) Estetika: tentang keindahan, sifat dasar, ukuran, peran keindahan dalam kehidupan manusia, hubungan keindahan dengan pantas (layak, apik) dan ketidak pantasan (tidak layak, jelek) (g) Sejarah Filsafat: tentang sistem filsafat, tafsir pikiran para filsuf, perkembangan filsafat dari masa ke masa
17
BIDANG FILSAFAT KHUSUS: mencakup persoalan-persoalan yang timbul dari kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalaman (experience) manusia sendiri, seperti: perkawinan/ berkeluarga, pendidikan, pekerjaan, politik, agama, dsb.
18
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Adalah suatu studi tentang bagaimana filsafat melihat ilmu pengetahuan dengan pendekatan META ILMU, yaitu mengenal, mengetahui, mengerti, memahami, dan menyadari sesuatu (peristiwa) yang ada dibelakang ilmu pengetahuan itu sendiri atau sesuatu tentang ilmu itu sendiri (Ilmu dalam hal ini diartikan sebagai hasil budaya manusia)
19
FOKUS DAN PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Mempelajari aspek-aspek logis, semantik (bahasa, etimologis), informasi teoritis, dan epistemologis dari suatu ilmu pengetahuan Mempelajari sistem produk (input) dan produksi (output) ilmu pengetahuan Mempelajari hubungan antara penghasil (producers) dan pemakai (users) ilmu pengetahuan ilmiah dilihat dari perspektif relevansi dan konsistensi ilmu dan masyarakat (sosiologi, ekonomi, politik, ilmu administrasi, dsb) Mempelajari proses dan interaksi antara ilmu, masyarakat, dan manusia secara totalitas Mempelajari arti dan makna ilmu pengetahuan bagi ummat manusia serta pengaruhnya terhadap peradaban manusia dimasa depan (futurologi)
20
KOMPLEKSITAS HUBUNGAN MANUSIA
KONTAK HUBUNGAN BENTUK HUBUNGAN Manusia dng Tuhan Agama/Kepercayaan Manusia dng Binatang Fauna Manusia dng Tumbuhan Flora Manusia dng Kekuasaan Ideologi/Politik/Pemerintahan Manusia dng Barang dan Jasa Ekonomi/Bisnis Manusia dng Manusia Kemasyarakatan/Massa Manusia dng Seni Keindahan Kebudayaan/Estetika Manusia dng Rasa Aman Hankam Manusia dng Alam/Realita Iptek Manusia dng Lembaga Organisasi, dsb.
21
Kerangka Kluckhohn mengenai Lima Masalah Dasar dalam Hidup yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia Masalah dasar Orientasi Nilai Budaya dalam hidup Hakekat hidup Hidup itu buruk Hidup itu baik Hidup itu buruk tetapi (M) manusia wajib berikh- tiar supaya hidup itu menjadi baik Hakekat karya Karya itu nafkah Karya itu untuk Karya itu untuk (MK) hidup kedudukan, ke menambah karya hormatan,dsb. Persepsi manusia Orientasi kemasa Orientasi kema- Orientasi kemasa tentang waktu lalu sa kini depan (MW) Pandangan manu Manusia tunduk Manusia beru Manusia berhasrat sia terhadap alam kepada alam saha menjaga menguasai alam (MA) yang dahsyat keselarasan dengan alam Hakekat hubungan Orientasi horizon Orientasi verti Individualisme antara manusia tal, rasa ketergan kal, rasa keter menilai tinggi usaha dengan sesamanya tungan pada se gantungan ke atas kekuatan (MM) samanya, berjiwa pada tokoh sendiri gotong royong tokoh atasan dan perangkat
22
ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC)
23
ILMU PENGETAHUAN Adalah gabungan antara konsep dan teori sebagai suatu proses atau sesuatu yang belum jadi atau tidak pernah berakhir (un-ending) Agar ilmu pengetahuan menjadi berakhir (ending), maka perlu technoknowledge yaitu kegiatan riset atau penelitian ilmiah
24
Ilmu pengetahuan yang dianggap sudah jadi atau berakhir (ending), akan melahirkan IDEOLOGI sebagai dogmatis/dalil/stikma/ hukum/ paradigma ilmu pengetahuan yang DIYAKINI kebenarannya Jadi IDEOLOGI adalah fanatisme, otoriterisme, atau anarkhisme dan klaim kebenaran (claim of truth) teori ilmu pengetahuan bagi kepentingan diri dan kelompoknya (serba formalistis – normatif) Ideologi yang diajarkan disebut doktrin yang melahirkan “Otoritarianisme Moral” Doktrin yang di implementasikan akan merupakan TEORI ALIRAN/ ALIRAN TEORI (mashab) yang bernuansa gerakan (movement) dan tindakan (action)
25
Selanjutnya, ideologi dan doktrin akan melahirkan AJARAN atau PAHAM (ISME) sebagai wujud dari teori ilmu pengetahuan yang bersifat monumental (grand theory) Kecanggihan dan ketangguhan suatu teori ilmu pengetahuan akan selalu terus di uji coba (trial and error) berdasarkan dimensi waktu dan gerak sejarah (time and motion/space)
26
ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC)
PURE SCIENCE/TEORI APPLIED SCIENCE/PRAKTEK NOMOTETIS: Memperhatikan bendanya dlm sifat keabstrakannya Ingin tahu hakekat bendanya hal-hal yang bersifat umum Sosiologi IDIOGRAFIS : Memperhatikan bendanya dalam sifatnya yg konkrit, nyata (benar-benar terjadi dlm ruang dan waktu tertentu) Memperhatikan hal- hal yang khusus Sosiografi EKOLOGIS : Bagaimana seseorang harus berbuat untuk menyesuaikan diri dari salah satu citanya (etika, hukum) berbuat untuk mencapai suatu hasil Ilmu kedokteran, pertanian
27
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT (Philosophis) Abad 18 ILMU PEGETAHUAN ALAM (Natural Science) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (Social Science) ILMU PENGETAHUAN KEMANUSIAAN (Humanities Science) Fisika, Kimia, Biologi, Geologi, Astronomi,Botani Sosiologi, Politik, Ekonomi, Sejarah, Antropologi, Ilmu Hukum, Ilmu Administrasi Agama, Kesenian, Bahasa
28
Konsep Dasar Filsafat Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan Pengertian Karakteristik Metode. Teori-Teori Pengetahuan Pengetahuan dan keyakinan Jenis-jenis Pengetahuan Sumber pengetahuan Teori tentang kebenaran
29
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan Keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang alam semesta dan isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu maupun praktek dan kemampuan teknis memecahkan persoalan hidup manusia. Ilmu Pengetahuan Keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan dan disusun secara sistematis.
30
2. Karakteristik Pengetahuan Sifatnya lebih spontan dan spekulatif,
Merupakan himpunan yang belum baku dan sistematis. Tidak ada kesepakatan metode dan sistem verifikasi Belum melembaga Ilmu Pengetahuan Sistematis, prediktif dan reflektif Mendefinisikan satuan-satuan dalam sistem, menjelaskan hubungannya secara sistematis dan rasional, menentukan sifat hubungan (sebab-akibat, korelasi, kebetulan) Menggunakan metode yang baku dan sistem verifikasi Telah melembaga
31
3. Metode Ilmu Pengetahuan
Untuk mendapatkan pengetahuan dpt dilakukan dengan tiga cara, yaitu : Imaginasi Menjelaskan fenomena dengan ketajaman intuisi Logika Penalaran untuk mendapatkan penjelasan rasional Pembuktian kebenaran empiris Refleksi Menemukan esensi dari penjelasan dan kebenaran yang telah dibuktikan atau tertolak dari telaah empiris dengan melepas setiap kepentingan yang terlibat dalam pemikiran dan menemukan makna esensial dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. Tujuannya dapat menentukan sikap yang tepat terhadap ilmu pengetahuan agar memperoleh kemanfaat terbaik bagi kualitas kehidupan ummat manusia.
32
3. Metode Ilmu Pengetahuan
Untuk mendapatkan pengetahuan dpt dilakukan dengan tiga cara, yaitu : Imaginasi Menjelaskan fenomena dengan ketajaman intuisi Logika Penalaran untuk mendapatkan penjelasan rasional Pembuktian kebenaran empiris Refleksi Menemukan esensi dari penjelasan dan kebenaran yang telah dibuktikan atau tertolak dari telaah empiris dengan melepas setiap kepentingan yang terlibat dalam pemikiran dan menemukan makna esensial dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. Tujuannya dapat menentukan sikap yang tepat terhadap ilmu pengetahuan agar memperoleh kemanfaat terbaik bagi kualitas kehidupan ummat manusia.
33
1. Hubungan Pengetahuan dan Keyakinan
TEORI-TEORI TENTANG PENGETAHUAN 1. Hubungan Pengetahuan dan Keyakinan Pengetahuan berbeda dengan keyakinan sekalipun ada hubungan sangat erat. Keduanya merupakan sikap mental manusia berhubungan dengan obyek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi. Dalam hal keyakinan, obyek yang disadari sebagai ada itu tidak perlu harus ada sebagaimana adanya. Dalam hal pengetahuan, obyek yang disadari ada itu harus ada sebagaimana adanya. Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan, karena keyakinan bisa saja keliru tetapi sah-sah saja dianut sebagai keyakinan.
34
Berfikir ilmiah mencakup tiga hal, yaitu :
Obyek pengetahuan Obyek keyakinan (alam rasa) Pengungkapan kebenaran/ketidak benaran Berfikir ilmiah menyatakan hal yang diketahui sebagai benar, dan atau apa yang diyakini sebagai benar, disebut sebagai proposisi atau hipotesis. Proposisi atau hipotesis adalah pernyataan yang mengungkapkan apa yang diketahui dan atau yang diyakini benar yang perlu dibuktikan lebih lanjut. Pengetahuan ilmiah selalu terkandung kebenaran untuk dibedakan dengan khayalan. Pengetahuan ilmian pengetahuan yang diketahui dan diyakini dengan pembuktian, bukan dengan memperkuat anggapan.
35
Jenis Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki manusia ada 4 macam, (Burhanuddin Salam, 2000) yaitu : Pertama, Pengetahuan biasa (common sense) sering disebut Good Sense, yakni pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman sehari-hari yang dibenarkan orang pada umumnya. Misalanya : seseorang menyebutnya merah karena memang itu merah; benda itu panas karena dirasakan benda itu memang panas, dll. Seseorang akan mendapatkan keyakinan umum tentang sesuatu dimana mereka berpendapat sama semuanya. Kedua, Pengetahuan Ilmu (science) Menunjuk ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Ilmu pada prinsipnya common sense yang telah diorganisasikan disistematisasikan Usaha memperolehnya didasari dengan pemikiran yang cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode Ilmu dinyatakan sbg keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati panca indera manusia.
36
Ketiga, Pengetahuan Filsafat
Diperoleh melalui pemikiran yang kontemplatif dan spekulatif. Lebih menekankan universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kajiannya lebih luas dan mendalam, tidak bersifat sempit dan rigid (kaku) seperti Science. Kajiannya bersifat kontemplatif dan kritis. Karena itu, cenderung bernuansa etis. Keempat, Pengetahuan Agama Pengetahuan yang diperoleh dari tuhan lewat utusannya. Kebenarannya bersifat mutlak dan wajib diyakini para pemeluknya. Doktrin-doktrin agama banyak menyangkut hal-hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena ajarannya yang menyentuh motivasi yang sangat mendasar membangun optimisme jauh ke masa depan sehingga masih bertahan sampai sekarang. 9/17/2018 dasar filsafat ilmu
37
Pengetahuan dapat dibedakan menurut polanya, yaitu :
Pengetahuan “tahu bahwa”, “tahu bagaimana”, “tahu tentang”, dan “tahu mengapa” Pengetahuan tahu bahwa Tahu bahwa p, dan bahwa p memang benar. Kekuatan pengetahuan ini adalah informasi atau data yang dimiliki, Pengetahuan ini adalah pengetahuan ilmiah, walau masih tingkat elementer Pengahuan tahu bagaimana Menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, keahlian teknis atau kemahiran Disebut pengetahuan praktis, atau know how atau teknologi
38
Pengetahuan kenal akan
Pengetahuan spesifik yang diperoleh dengan pengenalan atau pengalaman langsung dengan obyeknya secara pribadi. Bersifat spesifik dan mendalam Adanya hubungan spesifik dengan obyeknya yang tidak dimiliki orang lain. Pengatahuan tahu mengapa Bersifat menjelaskan,karena itu jauh lebih mendalam dan serius. Tahu bahwa belumlah cukup, akan tetapi digali lebih lanjut informasi baru yang akan menyingkapkan pengetahuan yang lebih mendalam, yang memungkinkan manusia tahu bagimana sesuatu itu terjadi sebagaimana adanya dengan penjelasan yang lebih tuntas (tidak dapat lagi dimunculkan pertanyaan baru) Diperolehnya kejelasan dan kepastian merupakan kunci dari pengetahuan ini.
39
Hubungan antar Jenis Pengetahuan
TAHU KENAL AKAN Pengetahuan langsung melalui pengenalan pribadi TAHU BAHWA Diskriptif bersifat umum TAHU MENGAPA Refleksi, abstraksi, penjelasan TAHU BAGAIMANA Pemecahan, penerapan, tindakan
40
PERTANYAAN FILSAFAT DAN METODOLOGI
KONSEKUENSI METODOLOGI APA (WHAT, ONTOLOGI) ? Diskriptif, Melacak proses, studi kasus (ideografic), Survai, Identifikasi aspek MENGAPA (WHY, ONTOLOGY) ? Analisis sebab akibat (kausalitas), Uji korelasi, Studi perbandingan, Studi efesiensi/efektivitas/ produktivitas, Studi eksplanasi/ penjelasan SIAPA (WHO) ? Keterangan orang, aktor, agen DIMANA (WHERE) ? Keterangan tempat, lokasi KAPAN (WHEN) ? Keterangan waktu, setting, situs, momen BAGAIMANA (HOW, EPISTEMOLOGY)? Problem solving, Identifikasi model, Explanatory (penjajagan, pencarian), Exprimental/ Treatment/ Percobaan/ Percontohan SEJAUHMANA (HOW LONG, HOW LOOKING, EPISTEMOLOGY) ? Estimasi, Prediksi, Meramal, Skenario, Prospek, Penelitian Monev/ Pengawasan UNTUK APA (FOR WHAT, AXIOLOGY)? Tujuan, Manfaat, Sasaran, Target (Terikat Nilai)
41
1. Rasionalisme (Plato, Descartes, Aristoteles)
SUMBER PENGETAHUAN Dalam filsafat ilmu, sumber pengetahuan ada dua, yaitu : RASIONALISME EMPIRISME 1. Rasionalisme (Plato, Descartes, Aristoteles) Akal budi adalah sumber pengetahuan satu-satunya Akal budilah yang memberi kita pengetahuan yang pasti benar tentang sesuatu Akal budi saja dapat membuktikan bahwa ada dasar bagi pengetahuan kita. Sebab kita bisa yakin dan pasti atas pengetahuan kita dengan akal budi saja. Beberapa hal penting: Mendasarkan dalilnya pada Geometri (ilmu ukur) atau matematika yang memiliki aksioma-aksioma umum yang benar dengan sendirinya lepas dari pengalaman panca indera.
42
Panca indera menipu sebagaimana penghalaman tatasurya dan botol berisi air. Pengalaman panca indera yang bersifat spesifikdan semu tidak dapat sampai pada pengetahuan umum dan universal. Prinsip-prinsip umum dan universal hanya dapat ditemukan oleh akal budi Pengetahuan manusia secara keseluruhan harus bertumpu pada aksioma-aksioma yang benar dengan sendirinya. Karenanya, prinsip umum atau teorima tidak dapat ditarik dengan penalaran induktif berdsarkan pengalaman panca indera.
43
2. Empirisme (Jon Locke, David Home)
Sumber satu-satunya pengetahuan adalah pengalaman Sumber pengetahuan adalah pengalaman panca indera, pengalaman empiris. Pengalaman panca indera memberi data dan fakta yang kokoh (tak terbantahkan) bagi siapapun. Beberapa hal Penting: Persepsi atau proses pengindraan sampai tingkat tertentu tidak dapat diragukan Empirisme adalah sebuah tesis tentang pengalaman empiris atau Pengetahuan tentang dunia yang berkaitan dengan pengalaman manusia Lebih menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan Lebih menekankan pada metode induktive yang medasrkan pada pengamatan.
44
Pengalaman panca indera memberi data dan fakta yang kokoh (tak terbantahkan) bagi siapapun.
Beberapa hal Penting: Persepsi atau proses pengindraan sampai tingkat tertentu tidak dapat diragukan Empirisme adalah sebuah tesis tentang pengalaman empiris atau Pengetahuan tentang dunia yang berkaitan dengan pengalaman manusia Lebih menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan Lebih menekankan pada metode induktive yang medasarkan pada pengamatan. Kelemahan Empirisme : Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil. Indera Menipu, pensil dalam gelas berisi air terlihat bengkok. Obyek yang menipu, misalnya fatamorgana dan ilusi. Berasal dari indra dan obyek sekaligus. Obyek yang sangat besar atau sangat kecil sangat menyusahkan indera.
45
Intuisi (Henry Burgson)
Hasil evolosi pemahaman yang tertinggi. Pengembangan intuisi memerlukan suatu usaha Pengetahuan yang langsung dan mutlak, bukan pengetahuan nisbi. Sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika, tidak perlu analisis yang panjang dan rumit yang menghabiskan waktu. Kegiatan intuisi dan analisis dapat saling membantu dalam menemukan kebenaran. Dikembangkan lewat hati dan cahaya ilahi atau perenungan dan pemikiran yang konsisten. Wahyu Pengetahuan yang diberikan kepada manusia oleh Yang maha Pencipta, Allah (Tuhan Yang Esa) lewat nabiNya Kebenarannya bersifat mutlak Lebih bersifat petunjuk dasar bagi manusia untuk menjalani cara hidup yang selamat dalam memanfaatkan kekayaan dan karunia duniawi.
46
UKURAN KEBENARAN Perlu dibedakan adanya tiga jenis kebenaran, yaitu
Kebenaran epistimologis. Kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia Kebenaran ontologis Kebenaran sebagai sifat daasar yang melekat pada hakekat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran sistematis Kebenaran yang terdapat serta melekat pada tutur kata dan bahasa. Kebenaran epistimologis sudah mencakup pembahasan kebenaran yang lain. Teori kebenaran epistimologis adalah sebagai berikut :
47
Teori Korespondensi Ada kesesuaian antara ari yang dimaksud dengan oleh suatu pernyataan atau pendapat dfengan obyek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Teori Koherensi Kebenaran ditegakkan atas hubungan antara keputusan yang baru itu dengan keputusan-keputusan lain yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu. Teori Pragmatisme Suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia.
48
“Sesungguhnya ilmuwan adalah orang-orang yang tetap tegar dalam mempertahankan prinsip, nilai-nilai kebenaran, dan profesi keilmuannya untuk disebarkanluaskan kepada masyarakat dan anak cucu. Mereka harus kokoh dalam pendirian sebagai panutan anak didik dan tidak hanyut dalam persoalan materi dan politik praktis” (Malang, Pebruari 2011)
49
AYAT-AYAT TUHAN
50
Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar (QS -Ar-Ruum: 41)
51
“SESUNGGUHNYA DALAM PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI DAN SILIH BERGANTINYA SIANG DAN MALAM TERDAPAT TANDA-TANDA BAGI ORANG-ORANG YANG BERAKAL (ULUL ALBAB, ULU AL-ILM)” (QS. Ali-Imran:190)
52
“Dan dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (Kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir (berilmu)” (QS, Al-Jaatsiyah:13)
53
KATAKANLAH: ADAKAH SAMA ORANG-ORANG YANG BERILMU DENGAN ORANG YANG TIDAK BERILMU? SESUNGGUHNYA HANYA ORANG-ORANG YANG BERAKALLAH YANG DAPAT MENERIMA PELAJARAN (QS, Az- Zumar: 9)
54
HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, APABILA DIKATAKAN KEPADAMU: BERLAPANG-LAPANGLAH DALAM MAJELIS, MAKA LAPANGKANLAH, NISCAYA ALLAH AKAN MEMBERI KELAPANGAN UNTUKMU. DAN APABILA DIKATAKAN: BERDIRILAH KAMU, MAKA BERDIRILAH, NISCAYA ALLAH AKAN MENINGGIKAN ORANG-ORANG BERIMAN DI ANTARA KAMU DAN ORANG-ORANG YANG DIBERI ILMU PENGETAHUAN BEBERAPA DERAJAT. DAN ALLAH MAHA MENGETAHUI APA YANG KAMU KERJAKAN (QS, Al-Mujaadilah: 11)
55
“MAKA BERTANYALAH KEPADA ORANG YANG MEMPUNYAI PENGETAHUAN (KEAHLIAN), JIKA KAMU TIDAK MENGETAHUI”
(QS, An-Nahl: 43)
56
“Jika sesuatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”
( HR, Al-Bukhari )
57
AYAT KAUNIAH: KETENTUAN Allah akan Ciptaan & MakhlukNYA Sering disebut: -HUKUM ALAM -SUNNATULLAH
58
AYAT QOULIAH adalah: Ketetapan Allah akan mahlukNya yang diberitakan melalui WAHYU
59
Ayat Kauniyah difahami Manusia melalui JALUR:
-Pengalaman Hidup (Experience) -Proses Sains (Science) Makna Sains adalah: Pendekatan manusia terhadap Dunia Empiris (Approach to the Empirical World)
60
Proses Sains/ Science dipengaruhi oleh faktor :
Kemampuan pengamatan dan penelitian (Observasi/Experiment & Research) Sumber bacaan dan budaya membaca (Referency & Reading Culture)
61
“Sesungguhnya Kami (Allah) telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya; dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS, Al-Ahzab : 72)
62
“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubah nasibnya sendiri”
(QS, Ar-Raad:11)
63
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat; dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS, An-Nahl:90)
64
“Sesungguhnya Kami uji kamu dengan sesuatu percobaan, yaitu ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekosongan jiwa, dan buah-buahan. Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar atas cobaan itu; Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah atau malapetaka, mereka berkata: bahwa sesungguhnya kami ini milik Allah dan akan kembali ke Allah” (QS, Al-Baqarah: )
65
“Untuk mereka itu mendapatkan rahmat dan anugerah dari Allah
“Untuk mereka itu mendapatkan rahmat dan anugerah dari Allah. Dan mereka itu pula mendapatkan petunjuk” (QS, Al-Baqarah:157)
66
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya, dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya” (QS, Al-Baqarah: 286)
67
“JIKA KAMU TIDAK MELAKSANAKAN APA YANG TELAH DIPERINTAHKAN ALLAH, NISCAYA AKAN TERJADI BENCANA (KEKACAUAN) DI MUKA BUMI DAN KERUSAKAN YANG BESAR” (QS, A-Anfal: 73)
68
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya” (QS, At-tiin:4-5)
69
“Ketika ilmu pengetahuan tidak mampu mencapai kebenaran hakiki, maka kacamata ilmu agama akan bisa menjangkaunya. Sebaliknya agama tidak akan bisa dioperasikan dalam mengelola alam seisinya tanpa adanya ilmu pengetahuan. Karenanya, ilmu pengetahuan dan agama selalu berada dalam fungsi yang saling membantu dan saling mengisi”.
70
“Penyatuan utuh dari nilai-nilai wahyu dan fenomena alam raya akan mampu menjabarkan kaidah-kaidah sains dan religi dalam cara berfikir dan tingkah laku secara terpadu (integrated) dan menyeluruh (holistic)”
71
ILMU PENGETAHUAN (SOSIAL) DAN MASALAH SOSIAL
72
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT (Philosophis) Abad 18 ILMU PENGETAHUAN ALAM (Natural Science) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (Social Science) ILMU PENGETAHUAN KEMANUSIAAN (Humanities Science) Fisika, Kimia, Biologi, Geologi, Astronomi,Botani Sosiologi, Politik, Ekonomi, Sejarah, Antropologi, Ilmu Hukum, Ilmu Administrasi Agama, Kesenian, Bahasa
73
SYARAT STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Empirik (hasil pengamatan dan penalaran yang rasional dari realita sosial) Teoritik (adanya kalimat ilmiah yang menggambarkan hubungan sebab akibat/ kausal antar variabel/indikator-komponen/fokus) Kumulatif (dibentuk, disusun berdasarkan teori, ditambah, diperluas, disempurnakan dan dikritik) Non-etik (tidak ada maksud menanyakan apakah sesuatu itu baik atau buruk)
74
KARAKTERISTIK ILMU-ILMU SOSIAL (Babbie, 1973)
Logik Deterministik Umum Hemat Spesifik Dapat dibuktikan secara empirik Antar subyek (replikasi) Terbuka bagi adanya perubahan
75
MASALAH SOSIAL Sesuatu yang menimbulkan pertanyaan 5 W + 1 H (what, why, who, where, when, how) Sesuatu yang mengandung keragu-raguan dan ketidak pastian dalam kehidupan masyarakat (anomie) Suatu kesenjangan (gap) antara sesuatu yang seharusnya (das sollen, teori) dengan sesuatu yang senyatanya (das sein, empiris)
76
Adanya kesenjangan (gap) antara teori sosial dan praktek teori sosial
Adanya sesuatu yang dianggap masih kurang (dis-distribution) Adanya ketidakseimbangan (dis-equity/dis-balance) Adanya sesuatu yang dianggap tidak cocok/tidak relevan (de-efesiensi) Sesuatu yang tidak layak (un-veasible)
77
Masalah sosial ada yang bisa terpecahkan dan ada pula yang tidak bisa terpecahkan (social connatus)
Dalam penelitian sosial, permasalahan sosial (social problems) dapat dirumuskan secara teoritis, empiris, dan normatif Masalah sosial sifatnya kompleks dan kontinuum (saling berhubungan)
78
MALAS MISKIN Teori Kemiskinan Struktural Teori Kemiskinan Natural
Teori Kemiskinan Kultural
79
STRES, KONFLIK, FRUSTRASI,
ANOMIE, CHAOS CONCEPTUAL WORLD EMPIRICAL WORLD PROBLEMS THEORY RESEARCH EXPLANATION UNDERSTANDING PREDICTION CONTROL EMPIRIC
80
TINDAKAN MORAL (SIKAP + PERILAKU) MORAL IDEAL ABUSED (Penyimpangan) MORAL HAZARD (Resiko)
81
SIFAT HUBUNGAN ANTAR ILMU-ILMU SOSIAL
Monodisipliner Teori Klasik Multidisipliner Interdisipliner Teori Modern Transdisipliner Supradisipliner Teori Post-Modern
82
SIFAT HUBUNGAN ANTAR IPS
Ilmu-ilmu sosial sama-sama membicarakan dan menelaah objek yang sama yakni tingkah laku manusia dalam masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat serta berbagai gejala-gejala sosial yang ditimbulkannya akibat dari interaksi, status dan peran mereka dalam masyarakat
83
Walaupun membicarakan objek yang sama, namun munculnya disiplin ilmu sosial tersebut didasarkan pada sudut pandang (point view) yang berbeda tentang tingkah laku manusia dengan berbagai gejala-gejala sosial yang ditimbulkannya Apabila ditelaah lebih mendalam, sesungguhnya gejala yang muncul kepermukaan didasarkan pada “kepentingan” atau alasan yang saling berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lainnya (multidisiplin & interdisiplin)
84
I. PENDEKATAN MONODISIPLINER
Kesimpulan IE Kesimpulan IP Kesimpulan Sos Masalah Masalah Masalah Ilmu Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi
85
II. PENDEKATAN MULTIDISIPLINER
Kesimpulan Gabungan (Konklusi) Kesimpulan IE Kesimpulan IP Kesimpulan Sos Masalah Ilmu Politik Sosiologi Ilmu Ekonomi
86
III. PENDEKATAN INTERDISIPLINER
Team Work (Tim Ahli) KESIMPULAN KOMPREHENSIF Masalah Rencana Pendekatan Bersama Pendekatan Ekonomi Pendekatan Politik Pendekatan Sosiologi Ilmu Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi
87
IV. PENDEKATAN TRANS-DISIPLINER
Menghilangkan ethnocentrisme atau fanatisme teori, menuju profesionalisme keilmuan Memiliki rasa skeptis (rendah hati) terhadap ilmunya sendiri dengan mencari bantuan disiplin lain yang dianggap lebih mampu melengkapi dan menyempurnakan ekspedisi (kajian) ilmiahnya dalam memecahkan persoalan publik yang dihadapi Contoh: Ekonomi Pancasila/ Ekonomi Kerakyatan (Alm.Mubyarto)
88
V. PENDEKATAN SUPRA DISIPLINER
Pendekatan ilmu-ilmu sosial (contoh: ilmu ekonomi politik) yang melampaui batas-batas disiplin berkait dengan masalah visi (konsep dan teori), presisi (metodologi), maupun substansi kajian (studi kasus/fenomena) yang kompleks Tergolong Contemporary Theory (teori kontemporer) Menggunakan gabungan banyak/ beberapa metode (multhymethode)
89
PERAN ILMU SOSIAL DALAM PEMECAHAN MASALAH SOSIAL
MEMBANTU MEMPERJELAS MASALAH YANG DIHADAPI MENGUMPULKAN DATA DAN FAKTA MENGANALISA DAN MENAFSIRKAN DATA MENGAJUKAN REKOMENDASI PEMECAHAN MASALAH Proses dimulai lagi MEMBERIKAN PENJELASAN DAN MENDORONG KEGIATAN MENANGGULANGI MASALAH SARAN-SARAN MEMPELAJARI HALANGAN YANG MUNGKIN TERJADI
90
RUANG LINGKUP PENGAMATAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Individu Masyarakat Proses Sosial Interaksi/ Hubungan antara Individu dan Masyarakat dengan berbagai konsekuensinya
91
BAGIAN ONTOLOGI (apa, mengapa) AXIOLOGI (Bagaimana) EPISTEMOLOGI (untuk apa) I Fenomena, definisi, ide Pemahaman konsep, makna dan hakekat peristiwa Teori interpretatif II Pola interaksi dan perilaku manusia Proposisi dan pola-pola normatif Teori Perilaku (Behavioralisme) III Struktur dan Sistem Nilai Masyarakat Pranata sosial, Kelembagaan, Kekuatan struktur, budaya, dan fakta sosial Teori Sistem dan Teori Struktural
92
PERKEMBANGAN ALIRAN TEORI SOSIAL
POSITIVISTIK ALIRAN INTERPRETATIF ALIRAN KRITIS
93
ALIRAN TEORI SOSIAL ALIRAN POSITIVISTIK :
Manusia sebagai obyek perspektif hukum kausal (hukum sebab-akibat) Dunia (konsep) sosial terbentuk melalui hukum-hukum sosial yang memiliki kekuatan sendiri dan bekerja dengan caranya sendiri terlepas dari kehendak manusia
94
ALIRAN INTERPRETATIF :
Manusia sebagai subyek interpretatif dalam pembentukan dunia (konsep) sosial dengan melalui proses empathi Pendekatan ini cenderung statusquo, karena mengabaikan rekonsiliasi antara tindakan manusia dengan kenyataan sosial
95
ALIRAN KRITIS : Menawarkan perubahan yang bersifat partisipatoris Seluruh anggota masyarakat terlibat secara aktif untuk menentukan siapa mereka, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana memenuhi keinginanya, dan bukan elit manusia yang menentukan arah tindakan manusia Teori dialektika Hegel: these + antithese = synthese; teks + konteks = aktualisasi
96
BAGAIMANA SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN TENTANG MASYARAKAT (SOSIAL)?
97
IBNU KHALDUN (ABDURRACHMAN ABU ZAID WALIUDDIN BIN KHALDUN)
Buku Muqaddimah (Lajnah al-Bayan al-Arabi) = Membahas pengaruh letak geografis (letak bumi) terhadap gejala, perilaku dan aktivitas masyarakat
98
(1469 – 1559) IL PRINCIPE (Politik Kekuasaan, 1513) atau RES PUBLICA (Kekuasaan Rakyat) dan DISCORSI (Politik Kerakyatan, 1519) THE AIM JUSTIFY THE WAY (Tujuan menghalalkan cara) JADILAH SEKUAT SINGA, SEKALIGUS SELICIK RUBAH
99
SEKULARISME (Nichollo Machiavelli)
Sekularisme adalah ide dasar yang mengesampingkan peran agama dari pengaturan kehidupan (dunia) Sekularisme menuntun manusia untuk menempatkan agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual (moral, teologi) Sekularisme mengharamkan agama ikut andil dalam mengatur kehidupan Sekularisme mengajarkan bahwa manusia bebas mengatur hidupnya sendiri tanpa campur tangan Tuhan/ Allah
100
FOUNDING FATHER ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
ISIDORE AUGUSTE MARIE FRANCOIS XAVIER COMTE ( )
101
TEORI PERKEMBANGAN ATAU HUKUM TIGA TAHAP (Law of Three Stages, Comte)
Bahwa sejarah umat manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, berkembang menurut tiga tahap, yaitu: 1. Tahap teologi atau fiktif 2. Tahap metafisik atau abstrak 3. Tahap positif atau ilmiah atau riel *) *)Tahap positif atau filsafat positivisme = sebagai sesuatu yang nyata, pasti, jelas, bermanfaat, serta lawan dari sesuatu yang negatif
102
DASAR PENGAMATAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN
INTUISI AGAMA RASIONAL EMPIRIS Non- Empiris Aliran Positivistik – Naturalistik (Auguste Comte) Aliran Humanistik – Kulturalistik (Ibnu Khaldun, Ibnu Roos, Ibnu Tamia)
103
REAKSI TERHADAP FILSAFAT POSITIVISME (ABAD KE 20)
Ketidakpuasan terhadap dominasi positivisme, terutama terhadap latarbelakangnya yang naturalistik dan deterministik. Naturalisme dan determinisme inilah yang dimasa lalu telah mendorong berkembangnya metafisika yang materialistik (kuantitatif), dengan implikasinya yang luas dalam segi kehidupan umat manusia
104
Reaksi terhadap kenyataan semangat kemajuan (progress) yang terjadi pada abad ke 20 sebagai akibat dari pengaruh pemikiran-pemikiran historis yang kuat, tetapi sekaligus juga membuktikan adanya ketidak sinambungan (diskontinyuitas) di dalam perkembangan itu sendiri Timbulnya reaksi terhadap pengertian istilah PERKEMBANGAN (linear Vs kontinuum) yang menjadi mitos masyarakat secara umum. Selanjutnya, melahirkan upaya untuk memperhatikan struktur dari fenomena yang sebenarnya, atau secara lebih formal terhadap bentuk-bentuk logis yang lebih realistik
105
(POSITIVISTIK-NATURALISTIK) (HUMANISTIK-KULTURALISTIK)
Output Input AKIBAT (Yang ditandai) SEBAB (Penanda) HUKUM ALAM (POSITIVISTIK-NATURALISTIK) Kausalitas Linear AKIBAT SEBAB Makna HUKUM SOSIAL (HUMANISTIK-KULTURALISTIK) Proses Kesinambungan (kontinuum)
106
Principles of Psychology Principles of Biology Principles of Ethics
Social Statistics Principles of Psychology Principles of Biology Principles of Ethics The Principles of Sociology Obyek : Keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, dan industri HERBERT SPENCER (1820 – 1903)
107
The Social Division of Labor The Rules of Sociological Method Suicide
The Elementary Forms of Religious Life EMILE DURKHEIM 1858 – 1917
108
TEORI KESADARAN SOSIAL
109
KESADARAN (awaraness, conciousness)
EMILE DURKHEIM: Kesadaran individu dan kesadaran kolektif; solidaritas mekanik dan solidaritas organik PAULO FREIRE: Kesadaran transitif magis (transedental, ritualisme), kesadaran transitif naif (kesadaran awal manusia yang azasi), dan kesadaran transitif kritis (melalui proses pendidikan radikal tapi dialogis dengan sistem, struktur, dan kultur sosial dalam rangka konsientisasi/ penyadaran (problem posing education)
110
SOLIDARITAS MEKANIK SOLIDARITAS ORGANIK 1. Pembagian kerja rendah 1. Pembagian kerja tinggi 2. Kesadaran kolektif kuat 2. Kesadaran kolektif lemah 3. Hukum represif dominan 3. Hukum restitutif dominan 4. Individualitas rendah 4. Individualitas tinggi 5. Konsensus terhadap pola-pola normatif dianggap penting 5. Konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umum dianggap penting 6. Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang 6. Keterlibatan lembaga-lembaga pengawasan sosial yang menghukum orang yang menyimpang 7. Saling ketergantungan relatif rendah 7. Saling ketergantungan relatif tinggi 8. Bersifat primitif atau pedesaan 8. Bersifat industrial perkotaan 9. Bersifat Community 9. Bersifat Society 10. Gemmeinschaft 10. Gesselschaft
111
TEORI DIALOG *) (Paulo Freire: Pedagogy of the Oppressed, 1969; Pedagogy of Hope, 1994)
SUBYEK (pendidik revolusioner) SUBYEK (kaum tertindas) INTERAKSI Realitas yang Harus diubah bersama Humanisasi sebagai proses Yang terus menerus (sbg tujuan) *) Teori Konstruktivistik/CBSA
112
TEORI ANTI-DIALOG *) SUBYEK (Elit sebagai kelompok dominan)
Realitas yang harus dipertahankan Kelompok/kaum tertindas Sebagai bagian realitas Berlangsung situasi Penindasan (SEBAGAI TUJUAN) *) Teori Behavioralistik/CBGA
113
TEORI KESADARAN (Descartes)
OBYEK KOGNITIF (tahu, kenal, mengerti) KESADARAN Intensionalitas (Induksi) Intensionalitas (Deduksi) Kesadaran Tertutup hanya meyakini diri sendiri (COGITO ERGO SUM) Kesadaran Terbuka
114
TIPE KESADARAN (Anthony Giddens)
1. Menyadari tindakan dan mampu menjelaskan alasannya 2. Menyadari tindakan, tetapi tidak mampu menjelaskan alasannya 3. Tidak menyadari tindakan, tetapi mampu menjelaskan alasannya 4. Tidak menyadari tindakan dan tidak mampu menjelaskan alasannya
115
JENIS-JENIS PENJELASAN (EXPLANATION)
1. Penjelasan historik/ genetik 2. Penjelasan fungsional 3. Penjelasan intensional dan rasional 4. Penjelasan interpretatif 5. Penjelasan disposisi (trend, peraturan) 6. Penjelasan deduktif dan induktif
116
RUMONGSO BISO, BISO RUMONGSO (merasa bisa, bisa merasa) RUMONGSO BENER, BENER-BENER RUMONGSO (merasa benar, benar-benar merasa)
117
KATEGORI MANUSIA & KESADARAN
Manusia yang Arief, Adil, Bijaksana, Rendah hati, dan Tidak sombong SADAR DIRINYA TAHU TAHU Manusia yang Minder dan Cenderung Menutup diri (Ekslusif) KESADARAN DAN KETIDAK SADARAN MANUSIA TIDAK SADAR DIRINYA TAHU Manusia yang Selalu merasa tidak puas dan Terus belajar (instropeksi diri) SADAR DIRINYA TIDAK TAHU TIDAK TAHU TIDAK SADAR DIRINYA TIDAK TAHU Tipe manusia munafik dan merugi
118
(MINDSET + CULTURALSET)
RASIONALITAS (MINDSET + CULTURALSET) KESADARAN TINDAKAN SUKARELA
119
MENGAPA MANUSIA MELAKUKAN KEPUTUSAN BERDASARKAN RASIONALITAS TERTENTU?
120
KONSEP RASIONALITAS (Max.Weber)
RASIONALITAS DOKTRIN: upaya menghilangkan unsur magis/mistik dari dunia modern dan memilih kalkulasi rasional dalam hidup RASIONALITAS PERILAKU HIDUP: dilakukan melalui kerja keras dan disiplin diri dan menjauhi hidup yang boros (hura-hura) --- melahirkan spirit kapitalisme
121
RASIONALITAS TINDAKAN SOSIAL
ZWECK RATIONAL: suatu tindakan sosial yang ditujukan untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin dengan menggunakan dana dan daya seminimal mungkin (motif ekonomi) WERT RATIONAL: suatu tindakan sosial yang rasional dengan menyandarkan diri pada keyakinan nilai-nilai tertentu (motif etis, estetis, agama, dsb) TRADISIONAL: suatu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi pada tradisi dan kebiasaan masa lampau (motif tradisi) AFFECTUAL: suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi yang sifatnya emosional (motif partisipasi)
122
TEORI PILIHAN RASIONAL
Bahwa semua tingkah laku manusia bertujuan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan, dimana nilaim kemanfaatan suatu benda dan tindakan yang diambil oleh seseorang harus dinilai berdasarkan pada perbedaan antara kesenangan yang akan diperolehnya dan biaya (kesulitan) ang dikeluarkannya Pada dasarnya setiap manusia mengambil keputusan berdasarkan rasionalitas tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap (individu) manusia “merasa” tahu tentang berbagai macam alternatif yang tersedia pada setiap situasi tertentu dan juga tentang konsekuensi-konsekuensi (resiko) yang ada pada setiap alternatif tersebut
123
INTI TEORI PILIHAN RASIONAL
Manusia pada dasarnya melakukan tindakan atas dasar efesiensi (dengan pengorbankan yang kecil diharapkan memperoleh untung/manfaat yang besar sbg prinsip ekonomi) Manusia pada dasarnya lebih mementingkan dirinya sendiri (self interest) Manusia pada dasarnya selalu berusaha dan mencoba mencapai tujuan (goal seeker) Manusia pada dasarnya selalu berusaha memaksimalkan keuntungan bagi dirinya dengan meminimalkan resiko yang terjadi (maximizing gains and minimizing risk)
124
Perolehan kekuasaan (gain of power)
TIGA JENIS PEROLEHAN (GAINS) YANG INGIN DICAPAI MANUSIA DAN SELALU INGIN DIMAKSIMALKAN : Perolehan kekuasaan (gain of power) Perolehan ekonomi (gain of economy) Perolehan prestise (gain of prestige) Salah satu varian dari teori pilihan rasional adalah teori permainan sosial (social game theory)
125
TERIMA KASIH SEMOGA BERMANFAAT
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.