Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Lanjutan bab 6 ……… Pertemuan 14.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Lanjutan bab 6 ……… Pertemuan 14."— Transcript presentasi:

1 Lanjutan bab 6 ……… Pertemuan 14

2 6.7. ANALISIS EKONOMI Analisis ekonomi adalah suatu analisis yang melihat suatu kegiatan proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Hal yang perlu diperhatikan salam analisis ini adalah hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan (Pudjosumarto, 1991). Biaya Sumberdaya Domestik (BSD) Menurut Soekartawi (1996), analisis biaya sumberdaya domestik atau dikenal dengan istilah Domestic Resource Cost (DRC) dipakai untuk melihat apakah komoditi pertanian dikembangkan melalui proyek tertentu tersebut mempunyai keunggulan komparatif bila komoditi tersebut diimpor dari luar negeri. BSD dinilai dengan perbandingan konsep keunggulan sosial bersih (Net Social Profitabilitas) yaitu penerimaan dan pendapatan serta kerugian bersih dari suatu aktivitas ekonomi dinilai berdasarkan harga bayangan sehingga efek distorsi pasar dan eksternalitas lainnya dapat diminimumkan pengaruhnya. Dalam analisis BSD ini diperlukan asumsi-asumsi, yaitu : Output harus bersifat tradeable

3 Biaya produksi dari tambahan satu-satuan output ditentukan oleh hubungan input output yang konstan dan harga relatif dari faktor-faktor produksi adalah konstan Harga bayangan input dan output dapat dihitung dan mewakili biaya imbangan sosial sesungguhnya. Dengan demikian justifikasi dari nilai BSD adalah bila nilai BSD ini semakin kecil dari angka satu maka komoditi yang diusahakan tersebut mempunyai keunggulan komparatif yang semakin tinggi. Kaadariah (1999) menyatakan bahwa kriteria unit DRC bertitik tolak pada prinsip efisien tidaknya suatu jenis barang dan jasa tradeable tergantung pada daya saingnya di pasar dunia.

4 BSD : Biaya sumberdaya domestik untuk kegiatan Uj Nilai total output dari kegiatan j pada nilai harga pasar (dalam nilai tukar uang asing, US$) mj dan rj Nilaitotal input yang diimpor baik langsung maupun tidak langsung pada kegiatan j (US$) fsj Jumlah faktor produksi (yang diproduksi dalam negeri) ke-s pasa ke jk. Vs Harga bayangan pada faktor produksi yang diproduksi dalam negeri (Rp) Berdasarkan Suryana (1998) rumus BSD di atas maka dapat diturunkan KBSD yaitu : Keterangan : KBSD:Koefisien biaya sumberdaya domestik Vsp:Harga bayangan nilai tukar uang

5 Pengalokasian Biaya Domestik dan Asing
Menurut Pearson dkk (1976) dalam Surgana (1980), ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengalokasikan biaya ke dalam komponen biaya asing dan domestik untuk impor nontradeable sebagian besar dipenuhi dari pasar domestik ditetapkan sebagai komponen biaya domestik yaitu berupa tanah, tenaga kerja, peralatan bibit, dan pupuk kandang. Sedangkan input tradeable dan input asing yang dipergunakan dalam proses produksi barang nontradeable akan dialokasikan sebagai komponen biaya asing. Berdasarkan prinsip pendekatan langsung maka seluruh input nontradeable tersebut dialokasikan sebagai 100 % sebagai komponen harga domestik untuk input tradeable BD : Biaya domestik P : Penerimaan BA : Biaya asing Bila nilai BSD ≤ harga bayangan nilai tukar maka dikatakan menguntungkan Bila nilai BSD ≥ harga bayangan nilai tukar dikatakan tidak menguntungkan

6 Policy Analysis Matrix (PAM)
Dimana : rt : Nilai tukar yang dicari Yt : laju inflasi dalam negeri Zt : laju inflasi luar negeri Xt : nilai tukar resmi tahun dasar, misal tahun 2001 : 1 US$ = Rp 9.800,- Policy Analysis Matrix (PAM) Matriks Analisis Kebijakan (Policy Analiysis matrix, PAM) dapat memberikan kerangka analisis yang cukup komprehensif mengenai keunggulan komparatif, kompetitif serta dampak kebijakan pemerintah terhadap setiap komoditas pertanian yang menjadi semakin penting untuk melihat kemungkinan apakah produksi komoditas didalam negeri dapat bersaing di dalam pasar global.

7 Analisis PAM atau disebut dengan Matrik Analisa kebijakan juga mempertimbangkan konsep keuntungan sosial bersih (net social profitability) yaitu penerimaan dan pendapatan serta kerugian bersih dari aktivitas ekonomi dinilai berdasarkan harga sosial/bayangannya, sehingga efek distorsi pasar dan eksternalitas lainnya dapat diminimumkan pengaruhnya. Dalam matriks PAM, nilai DRC atau biaya sumberdaya domestik dapat dicari sebagai berikut : DRC = G/E-F Untuk mengetahui tingkat proteksi kebijakan yang seharusnya diterapkan dapat dilihat dengan cara membandingkan perhitungan menurut harga pasar dan harga sosial. Interpretasi dari matriks analisis kebijakan pada pengaruh divergensi dilakukan dengan menghitung transfer input/output dan net transfer. Net transfer (L) diukur dari transfer output (I) dikurangi transfer input (J) dikuransi transfer faktor (K). Sedangkan transfer input diukur dari faktor tradeable dalam harga dan individu (B) dan total biaya dari inout yang sama diukur dari harga sosial (F)

8 Masing-masing analisis untuk transfer input/output dan net transfer adalah sebagai berikut :
Nominal Protection Coefficient dari tradeable output (NPCO) NPCO = (A/E – 1) x 100 % Nominal Protection Coefficient dari tradeable input (NPCI) NPCI = (B/F – 1) x 100 % Effective Protection Coefficient Profitability Coefficient (PC) Subsidy Ratio to Producers (SRP)

9 Harga Bayangan (Shadow Price)
Pudjo Sumarto (1991) menyatakan bahwa harga bayangan (shadow price) merupakan suatu harga yang nilainya tidak sama dengan harga pasar, tetapi harga barang tersebut dianggap mencerminkan silai sosial sesungguhnya dari suatu barang dan jasa. Harga bayangan digunakan untuk menyesuaikan terhadap harga pasar dari beberapa faktor produksi atau hasil produksi. Gray et al. (1992) menyatakan bahwa shadow price dari suatu produk atau faktor produk merupakan social opportunity cost, yaitu nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif terbaik. Shadow price dari suatu produk umumnya ditentukan oleh saling dipengaruhinya penawaran dan permintaan terhadap faktor produksi. Timbulnya harga bayangan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Perubahan-perubahan dalam perekonomian yang terlalu cepat, sehingga mekanisme pasar tidak dapat mengikutinya. Proyek-proyek yang terlalu besar atau invisible, menyebabkan perubahan dalam harga pasar yang tidak dapat dipakai untuk mengukur nilainya. Unsur-unsur monopolistis di dalam pasar Berbagai macam input/output sehingga tidak dapat dibeli atau dijual dengan cara biasa.

10 Harga bayangan meliputi :
Harga bayangan hasil produksi atau output Harga sosial didekati dengan harga batas (border price) yaitu CIF (Cost Insurance Freight). Harga bayangan tanah Menurut Gittinger (1986), ada 3 macam penilaian harga bayangan faktor produksi tanah yaitu : a. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan harga beli, b. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan perkiraan nilai netto biaya produksi yang hilang/diluangkan (opportunity cost) c. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan nilai sewanya. Harga bayangan tenaga kerja Dalam mnenetukan harga sosial tenaga kerja, maka perlu dibedakan antara tenaga kerja terdidik atau terlatih dengan tenaga kerja tidak terdidik, sebagai asumsi pasar dalam keadan bersaing sempurna tingakt upah dan mencerminkan produktivitas marginalnya. Harga bayangan nilai tukar Dapat ditentukan dengan menggunakan harga atau nilai valas yang ditentukan oleh lembaga pemerintahan yang berwenag. Cara lain untuk menghitung harga sosial nilai tukar asing adalah dengan mencari faktor konversi terhadap nilai tukar resmi

11 Dimana: CFt:Standart Conversion faltor tahun ke-t Mt:Nilai impor pada tahun ke-t Vt:Nilai ekspor tahun ke-t Tmt:Besarnya pajak impor tahun t Txt:Besarnya nilai ekspor tahun t

12 6.8. ANALISIS ANGGARAN PARSIAL
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi akibat-akibat yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam metode produksi atau organisasi usahatani. Dalam ini hanya diperhatikan faktor-faktor yang ada kaitannya dengan perubahan tersebut. Pendekatan ini mempunyai beberapa manfaat : Tidak memerlukan banyak data bila dibandingkan dengan anggaran usahatani keseluruhan (whole farm budgeting) Tidak memerlukan informasi mengenai segi-segi usahatani yang tidak dipengaruhi oleh perubahan yang sedang diamati karena keragaan bagian ini tidak akan berubah Dapat diterapkan pada keadaan usahatani yang lebih luas daripada anggaran usahatani keseluruhan. Bentuk analisis anggaran parsial : Anggaran keuntungan parsial Anggaran ini dibuat untuk menunjukkan pengaruh suatu perubahan terhadap beberapa ukuran keuntungan seperti pendapatan bersih usahatani.

13 Referensi Damodar Gujarati,2000, Basic Econometric, McGrawHill,Illinois Fadholi Hernanto, 1991, Ilmu Usahatani, BPFE, Yogjakarta Hananto, S Masalah perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia. Prisma. No. 1. LP3S. Jakarta Hernanto, Fadholi. 1991, Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta Moenandir, Jody, Prof, Dr, Ir Diktat Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian: Ilmu Pertanian Umum. Universitas Brawijaya: Malang. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3ES: Jakarta Soeharto Prawirokusumo, 1990, Ilmu Usahatani, BPFE, Yogyakarta Soekartawi, 1984, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk pengembangan petani kecil, UI- Press- Jakarta ,1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. ,1995, Analisis Usahatani, UI Press, Jakarta


Download ppt "Lanjutan bab 6 ……… Pertemuan 14."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google