Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehsandy gustinova Telah diubah "6 tahun yang lalu
2
Nama MK: ARSITEKTUR BALI - 3 Kode MK: PT 17414 SEMESTER : IV GENAP-2017/2018 JURUSAN ARSITEKTUR-UNUD oleh : IR. A A GDE DJAJA BHARUNA S, MT GEDUNG PUSDOK
3
4 PER TEM UA N KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN POKOK BAHASAN/KAJ IAN SUB POKOK BAHASAN STRATEGI PEMBELAJ AR AN SUMBE R BACAAN (JUDUL DAN HALAMAN) WAK TU KET I 06/02/ ’18 Memahami Teori relevan sebagai acuan Kajian, dan peraturan/ketentuan/no rma yang berlaku. Tinjauan Pustaka : Hasil Penelitian relevan; Tinjauan Teori-teori relevan untuk Kajian Tinjauan terhadap penelitian- penelitian relevan yang sudah ada Landasan Teori Kajian: Semiotik, Dekonstruksi, Analogi, Perlanggaman, Ornamen & Dekorasi. Pertimbangan-pertimbangan dalam pengembangan ATB. Learning to know Small group discussion Literatur wajib & tambahan oleh Dosen Incharge 60 30 AA A Oka Saraswati II 13/2 18 EVALUASI MGG : 1 SD 5 PEMBAHASAN SOAL-SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER Test substansi materi Kuliah Minggu : 1– 5 150 AA A Oka Saraswati III 20/2/ ’18 Memahami hubungan antara Agama, Adat, dan Kebudayaan, dengan Arsitektur Trdisional Bali Tinjauan hubungan Agama, Adat, dan Kebudayaan dengan Arsitektur Trdisional Bali Tinjauan Umum. Tinjauan Sejarah dan Budaya Bali. Tinjauan Kebudayaan dan ATB (Hubungan sistem Nilai dg Adat- istiadat, Hub Adat dg Kebudayaan, Hub Adat-Agama Hindu-Tradisi- ATB); Nilai-nilai Agama Hindu, Nilai-nilai Adat dan Tradisi Masyarakat. Learning to know Small group discussion Idem 30 60 30 Nyoman Surata. IV 27/02/ ’18 Mampu mengidentifikasi Nilai-nilai ATB dan AMK Identifikasi Nilai-nilai ATB dan AMK (sebagai Tugas II) Identifikasi Nilai-Nilai Arsitektur Tradisional Bali (ATB) Identifikasi Nilai-Nilai Arsitektur Modern sebagai Nilai-nilai Arsitektur Masa Kini (AMK). Rampatan Identifikasi Nilai-nilai ATB dan AMK. Learning to know Observasi dan dokumentasi Small group discussion Idem 60 30 AA Gd Djaja Bharuna V 06/03/ ’18 Mampu melakukan Explorasi/Jelajah Obyek Studi/Kasus Jelajah Obyek Studi/Kasus : Penerapan Nilai-nilai dan prinsip-prinsip ATB dan Nilai-nilai Rasionalisme AMK pada kasus : Orientasi Jelajah Penerapan Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip Arsitektur Tradisional Bali (ATB) Observasi dan dokumentasi Referensi Proyek 60 90 AA Gd Djaja Bharuna
4
5 PER TEM UA N KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN POKOK BAHASAN/KAJ IAN SUB POKOK BAHASAN STRATEGI PEMBELAJ AR AN SUMBE R BACAAN (JUDUL DAN HALAMAN) WAK TU KET VI 13/03/ ’18 Mampu melakukan Explorasi/Jelajah Obyek Studi/Kasus 1). Kawasan & Bangunan Umum; 2) Rumah Tinggal (sebagai Tugas II) Penerapan Nilai-nilai Rasionalisme Arsitektur Modern.(AMK) Rampatan/Generalisasi Jelajah dan Bahasan Studi/Obyek Kasus Observasi dan Dokumentasi Referensi Proyek 90 60 AA Gd Djaja Bharuna VII 20/03/ ’18 Mampu mengidentifikasi permasalahan disharmoni dan Pemilihan Strategi & Metode Pengembangan. Menyusun Prinsip- prinsip Pengembangan Nilai- nilai ATB pada AMK (sebagai Tugas III) Prinsip-prinsip Pengembangan Strategi dan/atau Metoda Pengembangan : 1)Eklektisme 2)Pemaduan Langgam-Regionalisme 3)Dekonstruksi dan/atau Rekonstruksi 4)Transformation-Hybride dan/atau Reformation Rumusan Pengembangan Nilaii-nilai dan prinsip-prinsip ATB pada AMK Learning to do & collaborative learning small group discussion Literatur wajib & tambahan oleh Dosen Incharge 30 90 30 I N. Surata VIII 27/03/ ’18 Mampu menerapkan Nilai- nilai dan Prinsip- prinsip ATB pada AMK. Penerapan Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip ATB pada AMK (sebagai Tugas III) Penerapan Nilai-nilai dan prinsip- prinsip ATB pada studi kasus. Pembuatan Redesign Renovasi Pembuatan Portofolio Tugas III Learning to do & collaborative learning small group discussion Literatur wajib & tambahan oleh Dosen Incharge 60 30 Ngk Kt Acwin Dwijendra. IX 03/04/ ’18 Mampu mengkomunikasikan ide, hasil analisis, sintesis dan aplikasi/penerapan Nilai-nilai dan prinsip- primsip ATB pada AMK Presentasi Tugas III Review Tugas III (tugas penerapan) Diskusi dan tanya jawab group discussion 150 AA A Oka Saraswati Ngk Kt Acwin Dwijendra X 10/04/ ’18 Peingkatan Materi, Metoda & Evaluasi Perkuliahan (UAS) Penyerapan Materi, Teori Kajian, Studi Kasus, Strategi, Tugas Kecil/Tugas Besar Evaluasi Akhir (UAS), Evaluasi Tugas Kecil dan Tgas Besar UAS150 AA. Djaja Bharuna, I Nyoman Surata, Ngk K. Acwin Dwijendra :
5
oleh : IR. A A GDE DJAJA BHARUNA S, MT
6
………….…………………….HIGHLIGHT ‘ arsitektur tradisional bali’ Arsitektur tradisional adalah perwujudan ruang makro untuk menampung aktifitas kehidupan dengan pengulangan pola ruang dari generasi ke generasi berukutnya dengan sedikit atau tanpa perubahan, yang dilatarbelakangi oleh norma-norma agama dan dilandasi oleh adat kebiasaan setempat serta dijiwai kondisi dan potensi alam lingkungannya. Permukiman dan arsitekturnya yang berlokasi di Bali, dibangun, dihuni atau digunakan oleh penduduk Bali yang berkebudayaan Bali, kebudayaan yang berwajah natural dan berjiwa ritual. Permukiman dan arsitektur tradisional Bali, dihuni oleh masyarakat Bali/mereka yang ingin berada dalam ruang-ruang Bali yang umumnya cenderung merancang ruang-ruang yang dibangunnya dengan arsitektur tradisi dalam lingkungan binaan bermukim/permukimannya.
7
…………………………………HIGHLIGHT Kenyataan, dalam perkembangannya permukiman dan arsitektur tradisional Bali telah menyebar jauh ke luar batas-batas Bali. Untuk mengakrabkan dengan permasalahan perkembangan pola arsitektur permukiman tradisionasl Bali, antara mempertahankan/pelestarian nilai-nilai yang ada dan mengembangkannya agar dapat berdampingan seirama dengan nilai- nilai baru peradaban, dianggap perlu kegiatan telaah guna mendekatkan pada anggapan dan batasan dalam pola berfikir analisis untuk suatu kesimpulan sebagai pedoman langkah penterapannya ke depan. Kecenderungan manusia Bali, keadaan alam, dan adat kebiasaan masyarakatnya yang dilatar belakangi oleh norma-norma agama (Hindu), mengeras ke dalam bentuk arsitektur dan permukiman tradisional beserta wujud tingkah laku budaya yang diwadahinya. Falsafah perwujudan arsitektur tradisional Bali menjadikan lingkungan binaan yang serasi dan selaras dengan manusia, alam dan Tuhannya. Konsep dasarnya berpedoman pada norma agama. Konsep perancangan mengacu pada situasi dan kondisi lingkungan.
8
…………………………………………..Lanjutan Konsep perencanaan kawasan dan permukimannya mengadaptasi pada tempat, waktu, dan ruang serta orang/masyarakatnya. Konsep arsitekturnya yang berpedoman pada bentuk dan fungsi peruntukannya. Dalam permukiman dan arsitektur tradisional Bali, ada konsepsi sebagai pedoman tata nilai normatif dalam profesi. Ada dimensi sebagai penjelmaan manusia pemiliknya yang ditata dalam suatu komposisi bermakna untuk masing-masing massa bangunan dan penempatannya. Ada sistem konstruksi elemen-elemen struktur dengan menampilkan teknologi tradisional yang konstruktif-ornamental-fungsional. Juga tentang kreasi bentuk proporsi dan ragam hias yang disesuaikan dengan tipologi penyajiannya
9
………….…………………………….HIGHLIGHT ‘perkembangan arsitektur tradisional bali’ Sebagai bagian dari kebudayaan, arsitektur dan lingkungan permukiman tradisional di Bali cenderung berkembang, terjadi pembaharuan-pembaharuan, perubahan-perubahan yang menimbulkan dilema antara tradisi dan perkembangannya dengan kecenderungan merombak norma-norma dengan nilai-nilai baru. Maka untuk mengakrabkan konflik-konflik yang terjadi pada perkembangan pola arsitektur permukiman(desa-desa) di Bali, dipandang perlu untuk dilaksanakan kegiatan penelusuran observatif dan telaah permasalahan perkembangan yang terjadi dalam ruang lingkup studi komparasi literatur untuk tujuan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai yang adaptif dengan kekinian. Pola berfikir tradisional atitha,warthamana dan nagatha, sebagai landasan bahwa mengenal masa lampau dengan memprediksi kemungkinan di masa datang berpijak pada kenyataan masa sekarang, menjadikan ketidak pastian dan segala konflik, memerlukan telaah untuk pendekatan anggapan dan batasan dalam pola-pola analisis untuk suatu kesimpulan sebagai langkah penterapan.
10
………….……………………………… PEMAHAMAN ‘arsitektur tradisional bali - identifikasi’ Bali, lokasi permukiman/arsitektur desa-desa tradisional terletak antara 754’ dan 83’ lintang selatan, antara 11425’ dan 11543’ bujur timur. Dengan demikian Bali terletak di daerah katulistiwa, tergolong dearah tropis dengan temperature rata-rata 26 C. Perbedaan temperature pantai dan pegunungan berkisar sekitar 5 C. curah hujan sekitar 1500 mm di daerah pantai dan sekitar 2000 mm di pegunungan dalam setahun. Keadaan alam Bali, pegunungan di tengan-tengah membujur dari barat ke timur dengan gunung-gunungnya, sehingga dataran terbelah di Bali Utara dan di Bali Selatan. Letak astronomi, letak geografi serta kondisi geologi, iklim dan keadaan alam Bali serupa itu sangat menentukan bentuik-bentuk perwujudan lingkungan binaan/arsitektur bermukim tradisionalnya (desa). Performansi dan keberadaannya merupakan penyelaras kehidupan manusia dan alamnya.
11
………….…………………………HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali-konsep filosofis’ Kesinambungan alam/makrokosmos (bhuwana agung) dan manusia/mikrokosmos (bhuwana alit). Kesinambungan diatur melalui unsur-unsurnya yang disebut Panca Mahabhuta (5 unsur alam); apah, teja, bayu, akasa, pertiwi, atau air, sinar, angina, udara dan zat padat/tanah. Dengan begitu arsitektur tradisional memperhatikan iklim sebaik-baiknya, penataan pekarangan, pola ruang, struktur konstruksi dan pemilihan bahan diperhitungkan guna keseimbangan dan pengkondisian manusia dengan lingkungan sekitarnya.
12
………….…………………………….HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali – konsep filososfis’ Konsepsi perancangan arsitekturnya didasarkan pada tata nilai ruang yang dibentuk oleh 3(tiga) sumbu, yaitu ; 1) sumbu kosmos, bhur, bhwah, swah (hidrosfir, litosfir, atmosfir); 2) sumbu ritual, kangin- kauh terbit dan terbenamnya matahari); 3) sumbu natural, kaja-kelod (gunung-laut). Masing-masing dengan daerah tengah yang bernilai madia. Dengan adanya pegunungan di tengah, maka untuk Bali Selatan, kaja adalah ke arah gunung di utara, kelod ke arah laut di selatan. Untuk Bali Utara, kaja adalah kea rah gunung di selatan, kelod kea rah ;laut di utara. Kedua sumbu lainnya berlaku sama. Demikian, letak dan keadaan alam Bali memperngaruhi perwujudan arsitektur lingkungan binanya.
13
………….…………………….HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali - masyarakatnya’ Unit-unit permukiman tradisional di Bali disebut Desa Adat/Pekraman yang mengatur secara horisontal satu atau beberapa banjar adat/pekraman. Disebutkan bahwa dalam tataran tradisional, syarat untuk adanya suatu Desa Adat, adalah lengkapnya Tri hita Karana : Atma, Angga dan Khaya (jiwa, fisik, dan tenaga) yang berlaku pula di setiap sendi kehidupan lainnya. Dalam suatu desa Adat, Kahyangan Tiga sebagai jiwa, Krama desa (penduduk) sebagai tenaga, dan Pekraman desa (teritori/wilayah desa) sebagai fisiknya. Dengan demikian jelas, bahwa penduduk desa adalah mereka yang bertempat tinggal menetap, berpemerintahan dan diatur oleh peraturan perundangan adat (awig-awig/uger-uger desa) yang ada di desa tersebut. Di dalam suatu desa adat, ada ikatan-ikatan kependudukan yang disebut nyama (keluarga), soroh (klan), pisaga (tetangga), braya (keluarga luar), tunggal dadia (satu keturunan) dan lainnya.
14
………….…………………………HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali - sosiokultur’ Penduduk suatu desa umumnya terdiri dari beberapa keluarga atau klan sehingga di satu desa atau di satu banjar ada beberapa sanggah (tempat suci/persembahyangan) atau pemerajan kawitan atau pura dadia (tempat suci/pura satu keturunan) Di dalam territorial desa adat penduduk di Bali juga terdiri dari beberapa tingkatan strata sosial Hindu yang disebut Kasta, yaitu brahmana, ksatrya,wesia, dan sudra. Dan dalam satu desa penduduknya ada yang terdiri dari keempat kasta, ada pula yang hanya tiga kasta, dan sering hanya terdiri dari dua yaitu wesia atau sudra saja. Dalam pekraman desa, kapling tempat tinggal warga brahmana disebut grya, ksatrya dinamakan puri/jero, wesia atau sudra disebut umah. Dalam konteks arsitektur masing-masing memiliki ciri dan karakteristik/kekhasan tersendiri.
15
………….…………………………HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali - kekrabatan’ Dalam sistem kemasyarakatan, di Bali pola kekrabatan/ikatan kekeluargaan merupakan pendekatan yang proporsional untuk mengurainya. Sebab Masyarakat Bali terikat dalam bentuk-bentuk kekrabatan (nyama, braya, soroh,warga) dan bentuk-bentuk ikatan kekeluargaan lainnya yang membentuk unit kesatuan kemasyarakatan yang merupakan ikatan keturunan, ikatan-ikatan upacara adat dalam satuan keturunan sebagai bentuk sistem kemasyarakatan terutama kehadiran bersama dalam upacara-upacara atau yadnya seperti manusa yadnya, pitra yadnya dan dewa yadnya (terdapat kepercayaan saling menyembah /saling sumbah) dalam batas-batas tertentu. Kesatuan wilayah merupakan bentuk dari sistem kemasyarakatan yang disebut Banjar dalam unit sub lingkungan dan Desa dalam bentuk kesatuan lingkungan. Teritorial desa merupakan satuan perangkat serta pengikat warga desa yang diatur oleh Awig-awig Desa Adat, kebiasaan dan kepercayaan (Sima/Dresta Desa, Desa Mawa Cara). Banjar dikoordinir oleh Kelihan Banjar, Kelihan Dinas untuk urusan dinas vertikal dan Kelihan Adat untuk urusan adat/horizontal warga desa
16
………….…………………….HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali – pola desa’ Di Bali, dengan 9 wilayah administratif pemerintahan kabupaten / kota, terdiri atas ± 54 Kecamatan serta 568 Desa yang dikepalai oleh seorang Perbekel/Kepala Desa (beberapa telah berubah status menjadi Kelurahan). Di Bali terdapat institusi adati yang sudah turun temurun yaitu Desa Pekraman/Adat, sejumlah ± 1456 desa adat yang dikepalai oleh Kelihan Desa Adat/Bendesa dan terdiri dari ± 3.397 Banjar yang dipimpin oleh Kelihan Banjar Pola-pola permukiman tradisional yang selanjutnya disebut Desa Tradisional di Bali umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tata nilai ruang dari tata nilai ritual yang menempatkan zona ‘sakral’ dibagian kangin (timur) arah terbitnya matahari sebagai arah yang diutamakan. Berlanjut sampai pada penempatan zona ‘provan’ dibagian kauh (barat) arah terbenamnya matahari. Faktor kondisi dan potensi alam, nilai utama ada pada arah gunung dan kearah laut dinilai lebih rendah. Faktor sosioekonomi juga berpengaruh, bahwa desa nelayan menghadap ke-arah laut, desa petani menghadap kearah persawahan atau perkebunannya. Terjadi hubungan yang erat dan seimbang antara pola desanya dengan area tempat kerjanya.
17
………….……………………………… PEMAHAMAN ‘arsitektur tradisional bali – pola desa’ Pada kondisi lain di Bali, pola permukiman ada yang berpola Pempatan Agung yang disebut pula Nyatur Desa atau Nyatur Muka. Dua jalan utama yang menyilang Desa, Timur – Barat dan Utara – Selatan, membentuk silang perempatan sebagai pusat desa (cross road). Balai Banjar sebagai pusat pelayanan sub lingkungan meneliti kearah sisi desa dengan jalan- jalan sub lingkungan sebagai cabang-cabang jalan utama. Di pempatan agung sebagai pusat lingkungan Pura Desa dan Pura Puseh atau Puri menempati zona kaja kangin, Balai Banjar atau wantilan desa ditempatkan di zone kaja kauh, lapangan desa menempati zone kelod kangin dan zone kelod kauh di tempati pasar desa. Kuburan desa dialokasikan di luar desa pada arah kelod atau arah kauh yang meru[pakan zona dengan nilai rendah. Tata letak perumahan dan bangunan-bangunan pelayanan disesuaikan dengan keadaan alam dan adat kebiasaan setempat.
18
………….……………………………… PEMAHAMAN ‘arsitektur tradisional bali – pola desa’ Beberapa desa ada yang berpola khusus, plaza di tengah (Desa Tenganan-Karangasem), plaza dengan jalan lingkar sisi (Desa Julah- Singaraja), plaza dengan lorong-lorong dari plaza ke-arah tepi (Desa Bugbug- Karangasem) dan beberapa desa lainnya. Potensi dan kondisi alam lingkungan lokasi desa banyak mempengaruhi pola-pola perkampungan/desa di Bali. Desa-desa nelayan umumnya memanjang sepanjang pantai menghadap kearah laut, pola lingkungan mendekati bentuk linier dengan jalan searah garis pantai. Diperlukan ruang-ruang terbuka ke dekat pantai untuk aktifitas bersama dalam hubungan dengan profesinya sebagai nelayan. Pola desa/perkampungan petani umumnya berorientasi kearah tengah dengan ruang-ruang terbuka di tengah sebagai pelayanan bersama. Kearah luar desa untuk kandang-kandang ternak dan hubungan ke tempat-tempat kerja di luar desa. Desa-desa pegunungan umumnya cenderung berorientasi kearah puncak gunung, lintasan-lintasan jalan yang membentuk pola lingkungan di sesuaikan dengan transis lokasi kemiringan dan lereng-lereng alam.
19
………….…………………………HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali – pola desa’ Desa Sukawana (Kintamani-Bangli) dan beberapa desa di pegunungan yang berlereng ke beberapa arah dengan beberapa punggung bukit orientasinya ke arah yang lebih tinggi pada zona masing-masing, atau puncak tertinggi sebagai orientasi bersama. Tempat suci bersama dan tempat-tempat suci untuk pemujaan di masing-masing keluarga ditempatkan di bagian yang lebih tinggi atau kea rah orientasi bersama. Lokasi yang berlereng ke beberapa arah menjadikan orientasi tempat suci tidak hanya kea rah kaja atau kangin. Pola desa/perkampungan di desa-desa yang lokasinya di dataran dengan latar belakang laut atau pegunungan umumnya mendekati pola-pola tradisional yang umum berlaku. Pola desa berpusat ditengah dengan pempatan agung sebagai pusat desa, penataannya disesuaikan dengan lokasi dan sistem kemasyarakatannya. Lokasi desa di pegunungan, di dataran dan pantai. Desa-desa di pegunungan umumnya dengan pola menyebar, cenderung mendekati tempat-tempat kerja di perkebunan atau lading-ladang pertanian. Pola permukimannya menyebar membentuk sub-sub lingkungan yang berjauhan yang dihubungkan dengan jalan setapak ke desa induk. Pemerajan atau sanggah dadia kawitan ada di desa induk. Balai Banjar ada di desa induk dan ada juga dibangun di sub-sub lingkungan.
20
………….……………………………HIGHLIGHT ‘arsitektur tradisional bali - kini’ Dalam perkembangan kekinian, prediksi serta proyeksi gerakan perubahan penduduk (Bali) yang umumnya merupakan gerakan yang cenderung semakin meningkat dari tahun ketahun, yang disebabkan oleh peningkatan pertambahan alamiah (kelahiran–kematian), dan pertambahan gerak perpindahan (mobilitas/migrasi – transmigrasi). Pertambahan penduduk dari tahun ketahun meningkat dan oleh karena pertambahan alamiah, ternyata pertambahan penduduk di pedesaan lebih tinggi (sepuluh tahun terakhir, rata-rata 1,5% per tahun). Sejalan dengan itu morfologi desa berkembang, sesuai dengan pemenuhan kebutuhan akan pengadaan perumahan, tempat-tempat pemujaan dan bangun-bangunan untuk akomodasi/fungsi aktifitas adat/agama (bale adat, bale delod, bale dangin, bale gede, dll) juga bertambah. Di sisi lain kecenderungan terpandang ‘baru’ nmembutuhkan ruang-ruang berkatifitas atas nama aktifitas modernitas.
21
………………………………………s.e.l.e.s.a.i Pelaksanaan aktifitas keagamaan, upacara adat/yadnya, tradisi dan tata cara desa tetap menghendaki adanya bangun-bangunan dengan konsep arsitektur tradisi. Agama, adat dan kepercayaan yang masih berkembang, meluas sejalan dengan pertambahan penduduk skuantitas, namun juga seirama secara kualitas, memerlukan kehadiran bangunan-bangunan tradisional berkembang memenuhi ruang pekraman desa.
22
‘eksplorasi arsitektur – pawongan-’’ Mengeksplorasi pernik dan manik (nilai-nilai unik) arsitektur tempat tinggal/hunian pawongan, karena pada wilayah ini sangat banyak muncul permasalahan hidup dan penghidupan. Walaupun pustakanya lengkap, namun transformasi arsitekturnya diturunkan dari generasi ke generasi secara mentradisi melalui praktek langsung dan berlangsung secara gugon tuwon, sehingga bersifat dogmatis dan mistis. Sedang lingkup penjelajahan mencakup unsur-unsur utama rancangan yaitu : Tata ruang dan Orientasi; Tata-letak/Setting massa; Tata-bangunan terdiri atas : Sosok dan bentuk, Skala dan proporsi, Struktur/konstruksi dan bahan, Ornamen dan dekorasi.
23
‘permasalahan yang dihadapi’’ Dalam era kesejagatan yang ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berasaskan ratio, sangat sulit menerima dan memahami hal-hal yang bersifat dogmatis dan mistis. Masalahnya sekarang pemikiran rasional telah mengabaikan rasa, rasa hanya dapat dirasakan secara individu dan bersifat subyektif, sedang rasio dapat membutikan kebenarannya secara ilmiah. Ketidak pahaman tersebut berdampak terhadap menurunnya keyakinan akan nilai-nilai dan makna yang ada dibalik perwujudan fisik arsitekturnya. Akhirnya pola spasial hunian tradisional banyak ditinggalkan penghuninya berpaling ke pola spasial hunian non tradisional. Disamping ke-modern-an masyarakat, pertambahan penghuni dan makin sempit/mahalnya lahan sebagai faktor pengubah pola spasial hunian tradisional. Keberadaan arsitektur tanpa Undagi dan/atau Arsitek telah memunculkan degradasi sistem nilai spasial hunian menjadi disharmonis, akhirnya hubungan antara manusia (bhuana alit) selaku isi tidak harmonis lagi dengan huniannya (bhuana agung) selaku wadahnya. Disamping secara filosofis hunian tradisional Bali hanya harmonis bila dihuni oleh satu keluarga, karena dasar pengukuran (sikut/sukat) hanya berpatokan kepada penghuni utama (anangga ayah). Keterbatasan lahan dan pertambahan penghuni (jumlah KK) telah memunculkan “rumah” di dalam “umah”, bukan “bale“ di dalam “umah”.
24
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ Masa kini di BALI PENELITIAN YANG ADA Ditemukan beberapa beberapa nilai dan ide pelestarian dan pengembangan ATB ke depan Secara umum hasil yang dicapai baru sampai tahap deskripsi dan interpretasi masing-masing dan belum sampai tingkat konsep maupun action plan pelestarian dan pengemba`ngan ATB di masa datang.
25
‘O r I e n t a s i j e l a j a h ’’ NILAI-NILAI FAKTOR DAN UNSUR UTAMA RANCANGAN a.NILAI-NILAI TATA RUANG DAN ORIENTASI : b. NILAI-NILAI TATA BANGUNAN : c. NILAI-NILAI TATA LETAK: PADA ATB PADA AMK
26
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ MASALAH ATB MASA KINI DI BALI ADALAH MASALAH “PERKAWINAN/HYBRID” DENGAN AMK IDENTIFIKASI MASALAH : a. ATB, terdiri atas tiga kelompok tipologi : 1. Parhyangan, bangunan/arsitektur tempat suci. 2. Pawongan, bangunan/arsitektur tempat tinggal/perumahan. 3. Palemahan, bangunan/arsitektur fasilitas umum. b. Perubahan & perkembangan sebagian terjadi pada Pawongan c. Perubahan dan perkembangan yang sangat pesat terjadi pada kelompok Palemahan / Bangunan fasilitas umum: - Acuan/tipologi ATB untuk kelompok ini terbatas. - Pertumbuhan dan perkembangan aktivitas baru/kontemporer. - Fungsinya tidak terkait dengan aktivitas agama dan adat
27
‘O r I e n t a s i j e l a j a h ’’ NILAI-NILAI FAKTOR DAN UNSUR UTAMA RANCANGAN PADA ATB DAN AMK a. Nilai-nilai Tata ruang dan Orientasi : - hirarki pencapaian : nista - madya - utama = publik - semi publik - private. - pola pempatan agung = pola cross road. b. Nilai-nilai Tata bangunan : - sosok dan/atau bentuk adalah Tri angga : kepala = atap, badan = dinding/ kolom, kaki = batur. - proporsi : antropometri sosok manusia (wirama, wiraga, wirasa) = prinsip-prinsip golden section. - struktur dan bahan : sistem struktur modern dapat mendukung wujud dan bentuk ATB. c. Tata letak/Setting Massa : - setting atas dasar skala manusia (ATB) x setting atas dasar skala urban (AMK).
28
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ RUMUSAN MASALAH : 1. Nilai-nilai ATB mana yang dapat diaplikasikan masa kini? 2. Bagaimana rumusan aplikasinya? 3. Konskuensi aplikasi ATB pada Arsitektur Masa Kini / AMK
29
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ FOKUS KAJIAN DAN METODA FOKUS KAJIAN : ATB sangat menyatu dengan agama dan adat-istiadat, sehingga lingkup bahasan difokuskan pada nilai-nilai yang terkait langsung dengan arsitektur yaitu : a. Nilai-nilai nirupa ( paras isi / content / tertib langgam ) selaku faktor-faktor utama rancangan terdiri atas: ide / filosofi yang menurunkan norma, konsep dan rinsip. b. Nilai-nilai rupa ( paras ekspresi / expression / langgam ) selaku unsur-unsur utama rancangan terdiri atas : 1. Tata ruang dan Orientasi. 2. Tata letak/Setting Massa 3. Tata bangunan : a) sosok/wujud, b. bentuk, c) skala dan proporsi, d) struktur dan bahan dan d) ornamen dan dekorasi (ragam hias).
30
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ NILAI-NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI 1.Nilai-nilai substansi konsep (substance of content) tata-ruang pada tingkat agama adalah : Nilai-nilai/kerangka dasar agama Hindu (tattwa, susila/etika dan upacara) dan Tri Hita Karana sebagai unsur bhuana alit dan bhuana agung : KERANGKA DASAR HINDU BHUANA AGUNGPALEMAHAN DESA PALEMAHAN UMAH BHUANA ALIT Tattwa/KepalaParamatmaParhyanganSangah/MrajanAtma Susila/Hati Prana/segenap Tenaga Alam Pawongan/Kerama Desa Penghuni Umah Prana (bayu,sabda,idep) Upacara/KakiPanca MahabhutaPalemahan Sarira
31
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 2.Nilai-nilai konsep (form of content) Tata-Ruang pada tingkat gama adalah : nilai hulu - (tengah) - teben baik arah horizontal maupun vertikal yaitu, kesetaraan Tri Loka dan Tri Angga sebagai susunan unsur Angga : NILAI ALAM SEMESTA (BHUANA AGUNG) PALEMAH AN DESA PALEMAHA N PURA PALEMAHAN UMAH BANGUNAN MANUSIA (BHUANA ALIT) 1. UTAMA / HULU Swah Loka/ Gunung/Kaja/ Kangin ParhyanganJeroan Sanggah/ Parhyangan AtapKepala 2. MADYA / TENGAH Buah Loka/ Dataran/Tengah PaumahanJaba Tengah Tegak Umah/ Pawongan Pengawak/ BadanBadan 3. NISTA/ TEBEN Bhur Loka/ Laut/Klod/Kauh SetraJaba PisanTeba/SesaBaturKaki
32
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 3. Nilai-nilai ekspresi (form of expression) Tata-Ruang pada tingkat lokal/desa pekraman/sima adalah : Tri Loka (tiga zona vertikal); Tri Mandala (tiga zona horizontal); Sanga Mandala (sembilan nilai horizontal) dan Natah sebagai ruang Inti/Pusat/centrality dan Sesa sebagai ruang tepi/marginality. 4. Penyengker, Paduraksa dan Angkul-angkul adalah sebagai penanda Umah, sehingga Bale yang ada dalam penyengker adalah setara bilik/room. Dari ekspresi/tipologi Angkul-angkul, Penyengker dan Paduraksa dapat pula diketahui “status warna” penghuni Jaba/luar ataukah Tri Wangsa, lain kata sebagai penunjuk jati diri penghuni. 5. Bale setara bilik diberi julukan/sebutan bukan karena fungsinya, namun karena letak dan nilai guna. Bila ditelusuri lebih jauh jejak- jejak bale dan disandingkan dengan metode dan strategi rancangan dekonstruksi, maka ada kesamaan prinsip bahwa “umah” berasal dari “rumah” setelah diexplosed kemudian direkomposisi menjadilah umah. Hal ini sebagai upaya mendekatkan diri terhadap alam selama dua puluh empat jam sehari.
33
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 6. Sosok/wujud dan bentuk fisik ruang dan bangunan tradisional muncul dari upaya penyeimbangan yang harmonis antara manusia selaku isi (bhuana alit) dengan ruang dan bangunan selaku wadah (bhuana agung). Sosok dan bentuk dianalogikan sebagai proporsi fisik/angga manusia yakni Tri Angga (kepala nilai utama, badan nilai madya dan kaki nilai nista). Pembagian ini diberlakukan secara konsisten dan konskuen hingga ke bagian yang sekecil-kecilnya dari unsur-unsur sosok dan bentuk. Komponen bentuk bangunan tradisional Bali merupakan bagian-bagian ornamentalis. 7.Skala dan proporsi ruang dan bangunan tradisional Bali menggunakan sikut dewek/antropometri dengan modul dasar “r a i” dari penghuni utama (anangga ayah), sehingga skala dan proporsi ruang dan bangunan yang didapat tidak pernah “out of human scale” dan “out of human proportion”serta akan selalu harmonis. Kebutuhan ruang yang lebih luas didapat dengan menggandakan dimensi/modul ruang, bukan memperbesar dimensi ruang dan banguna, misal Sakanem = 2 x Sakepat; Tiangsanga = 4 x Sakapat.
34
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 8.Struktur dan bahan tradisional Bali bersifat ekologis dan natural, sangat menghormati alam dan lingkungan sebagian besar bahan berasal dari kebun yang dibudi-dayakan dan dapat didaur-ulang. Bahan disusun dari bawah yang berkarakter berat makin keatas makin berkarakter ringan, hal ini sejalan dengan logika pembebanan yang meberikan tingkat keamanan bangunan yang tinggi. Prinsip tektonika selalu diterapkan pada penyelesaian konstruksi, sehingga memiliki nilai tambah keindahan. 9. Penggunaan bahan organis yang memiliki umur terbatas menuntut penyelesaian kontruksi sistem knock down yang gampang dibongkar- pasang, serta penggunaan sukat sikut dewek penhuni utama (anangga ayah); mengidikasikan bahwa umah tradisional Bali hanya harmonis bila dihuni oleh “hanya satu keluarga yang beragama Hindu” dan tidak sebagai obyek warisan. Setiap keluarga baru (mulai hidup ghrahasta) wajib “Ngarangin” dan membuat bangunan yang sesuai dengan sikut antropometri diri dan kemampuannya.
35
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 10. Ornamen dan Dekorasi merupakan penghargaan atas keindahan yang telah diberikan oleh alam dan penciptaNya kepada tanah Bali. Ornamen diciptakan sebagai upaya memperkuat harmonisasi, sedang dekorasi lebih menekankan perubahan suasana yang diinginkan. Ornamen dan dekorasi bersifat kontekstual sesuai dengan tata-nilai atau karakter tema/wujud obyek yang ingin diciptakan (karang Gajah ditaruh di bawah, karang Tapel di tengah dan karang Guak ditaruh di atas).
36
BKKBN GKN K.GUBERNUR BALI KANTOR GIA
37
GEDUNG WISWA SABHA K. GUBERNUR BALAI BUDAYA KOTA GIANYAR GEDUNG PUSDOK KANTOR BTDC
38
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ RAMPATAN NILAI-NILAI FAKTOR DAN UNSUR UTAMA RANCANGAN 1. NILAI-NIILAI YANG SETARA : a. Nilai-nilai Tata ruang dan Orientasi : - hirarki pencapaian : nista - madya - utama = publik - semi publik - private. - pola pempatan agung = pola cross road. b. Nilai-nilai Tata bangunan : - sosok dan/atau bentuk adalah Tri angga : kepala = atap, badan = dinding/ kolom, kaki = batur. - proporsi : antropometri sosok manusia (wirama, wiraga, wirasa) = prinsip-prinsip golden section. - struktur dan bahan : sistem struktur modern dapat mendukung wujud dan bentuk ATB.
39
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 2. NILAI-NILAI YANG TIDAK SETARA : a. Nilai-nilai Tata ruang : - hirarki sakral-profan (ATB) x nilai sekuler, penting/tidak penting (AMK) b. Nilai Orientasi / Kiblat : - kiblat kosmos dan kosmik (ATB) x diabaikan, view yang utama (AMK). - orientasi jelas dan tegas (ATB) di tengah kosmos x bebas berada di seluruh jagat kosmos (AMK). c. Tata letak/Setting Massa : - setting atas dasar skala manusia (ATB) x setting atas dasar skala urban (AMK).
40
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ d. Tata bangunan : - sosok/wujud refleksi Tri Angga (ATB) x universal (AMK) - bentuk Bali ornamentalis (ATB) x bebas, polos/puritis (AMK) - skala dan proporsi humanis, nuansa rural, poetic dan total (ATB) x nuansa urban, prosaic dan parsial (AMK) - ornamen dan dekorasi penting, sebagai harmonisasi, handicraft, sence of beauty (ATB) x AMK tidak perlu, rasional, fungsional, materialistis, karakter mesin 3. NILAI-NILAI LEBIH : Nilai-nilai ATB sebagai agen pelestari atas dasar keselarasan buana alit buana agung (statis, intuitif, handicraft, poetic-sence dan total); AMK agen pem-baru-an dan dapat memenuhi sifat-sifat manusia yang selalu menggandrungi ke-kini-an dan didukung IPTEK (logikal, analitikal, hitech, prosaic dan partial)
41
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ PENGEMBANGAN ATB KE DEPAN 1.LANDASAN KEBIJAKAN PERKAWINAN/PERSILANGAN [ RE-FORMASI ] : DESA KALA PATRA SEBAGAI PERTIMBANGAN KEBIJAKAN Penyesuaian terhadap : 1. Tempat, 2. Waktu dan 3. Situasi & Keadaan CATUR DRESTA SEBAGAI PEDOMAN KEBIJAKAN 1. Kuna Dresta - Kebiasaan/aturan yang bersifat kuna/pengalaman 2. Sastra Dresta- Kebiasaan/aturan sastra/ilmu pengetahuan/landasan teori 3. Loka Dresta- Kebiasaan/aturan lokal/situasi & kondisi lingk. Lokasi/Site 4. Desa Dresta- Kebiasaan/aturan setempat/lokal/regional
42
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 2. TITIK TOLAK PENDEKATAN PERKAWINAN/PERSILANGAN: Nilai-nilai ATB dan AMK dikelompokkan atas dasar perspektif/aspek yang sama, meliputi faktor-faktor dan unsur-unsur utama rancangan (nilai-nilai rupa dan nirupa) yakni : 1. konsep dan ekspresi tata ruang dan orientasi; 2. konsep dan ekpresi tata letak/setting massa, dan 3. konsep dan ekspresi tata bangunan : a) sosok dan/atau bentuk bangunan, b) skala dan proporsi, c) ornamen dan dekorasi, d) struktur dan bahan
43
………….……………………………. PEMAHAMAN ‘p e n j e l a j a h a n’’ 1. PRINSIP-PRINSIP ‘PERKAWINAN’ a. Integrasi / Keterpaduan b. Potensi alam dan sosial-budaya masyarakat. 2. STRATEGI DAN METODA REFORMASI a. Perlanggaman dalam perancangan arsitektur. 1. Taat asas pada langgam 2. Perpaduan/hibrida langgam : a) wujud ATB mendominasi AMK b) Melakukan ubah-suai ATB, sehingga bernuansa AMK b.Penghadiran elemen-elemen khas/spesifik sebagai jati-diri berupa ornamen dan dekorasi (ragam hias arsitektur).
44
BKKBN GKN K.GUBERNUR BALI KANTOR GIA
45
BKKBN GKN K.GUBERNUR BALI KANTOR GIA
46
GEDUNG WISWA SABHA K. GUBERNUR BALAI BUDAYA KOTA GIANYAR GEDUNG PUSDOK KANTOR BTDC
47
klungkung, semarapura kirang langkung, nunas ampura irian ada cendrewasih
Presentasi serupa
© 2025 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.