Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MODEL KONSELING BEHAVIORAL.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MODEL KONSELING BEHAVIORAL."— Transcript presentasi:

1 MODEL KONSELING BEHAVIORAL

2 KONSEP DASAR Manusia mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian

3 Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar : Pembiasaan klasik, Pembiasaan operan Peniruan.

4 Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. anusia cenderung akan mengambil sti-mulus yang menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak menyenangkan.

5 Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diteri-manya. Memahami kepribadian manusia : mempelajari dan memahami bagai-mana terbentuknya suatu tingkah laku

6 Berfokus pada tingkah laku yang tampak
KARAKTERISTIK KONSELING BEHAVIORAL : Berfokus pada tingkah laku yang tampak Cermat dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling

7 ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah

8 Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya
Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

9 TUJUAN KONSELING Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

10 Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik
Diinginkan oleh klien Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut Klien dapat mencapai tujuan tersebut Dirumuskan secara spesifik Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

11 DESKRIPSI PROSES KONSELING
Proses konseling dibingkai oleh kerangka kerja untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah lakunya Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut

12 1. Identifikasi Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.

13 2. Perumusan Tujuan Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sbg hasil konseling

14 c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
1) apakah tujuan benar-benar diinginkan klien 2) apakah tujuan itu realistik 3) kemungkinan manfaatnya 4) kemungkinan kerugiannya.

15 1) melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan
d. Konselor dan klien membuat keputusan apakah : 1) melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan 2) mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai 3) melakukan referal

16 3. Implementasi Teknik menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling 4. Evaluasi melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling 5. Tindak lanjut memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

17 TEKNIK KONSELING Teknik konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk

18 Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya, penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.

19 Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan
Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung) Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak

20 TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Latihan Asertif Digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar Terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya Cara : permainan peran dengan bimbingan konselor, diskusi kelompok

21 Desensitisasi Sistematis
Memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan

22 Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap
Tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.

23 Pengkondisian Aversi Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan (menyakitkan) shg tk laku tsb terhambat kemunculannya. Stimulus dpt brp sengatan listirk atau ramuan yang membuat mual Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

24 Pembentukan Tingkah laku Model
Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk Konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

25 KETERBATASAN Konseling Behavioral
Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif, dan mengabaikan hubungan antar pribadi Lebih terkonsentrasi kepada teknik Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor

26 Konstruksi belajar yang dikembangkan
dan digunakan oleh konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menje- laskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus diuji 5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku yang lain.

27 MODEL KONSELING GESTALT

28 KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.

29 Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.

30 Hakikat manusia menurut Gestalt :
Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu Aktor bukan reaktor

31 Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.

32 Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia :
tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.

33 Kecemasan : “kesenjangan antara saat sekarang dan yang akan datang”
Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpu-kau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.

34 (urusan yang tak selesai)
Unfinished business (urusan yang tak selesai) perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan

35 Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubung-an yang efektif dengan dirinya sendi-ri dan orang lain Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia berani mengha-dapi dan menangani/mengatasinya

36 ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
Individu bermasalah terjadi karena adanya pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog” Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.

37 Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang diinginkan dan apa-apa yang dilakukan Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya

38 Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

39 Spektrum tingkah laku bermasalah : 1. Kepribadian kaku (rigid)
2. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung 3. Menolak berhubungan dengan lingkungan 4. Memeliharan unfinished bussiness 5. Menolak kebutuhan diri sendiri 6. Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .

40 TUJUAN KONSELING Tujuan utama : Membantu klien berani
menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.

41 Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.

42 Tujuan spesifik Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya

43 3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself) 4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

44 DESKRIPSI PROSES KONSELING
Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya Tugas konselor : mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang

45 Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.

46 Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.

47 Deskripsi Fase-fase Proses Konseling :
Fase pertama konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.

48 Fase kedua Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :

49 Membangkitkan motivasi klien :
memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor. Mebangkitkan otonomi klien : menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.

50 Fase ketiga Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.

51 Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor
Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.

52 Fase keempat Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.

53 Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya. Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.

54 TEKNIK KONSELING Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal
Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.

55 Orientasi Sekarang dan Di Sini
Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.

56 Orientasi Eksperiensial
konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya: klien mempergunakan kata ganti personal klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan klien mengambil peran dan tanggung jawab klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya

57 Teknik-teknik Konseling Gestalt
Permainan Dialog Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : kecenderungan orang tua lawan anak

58 Kecenderungan “anak baik” lawan “anak bodoh”
Kecenderungan bertanggung jawab lawan masa bodoh Kecenderungan otonom lawan tergantung Kecenderungan kuat atau tegar lawan lemah

59 Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.

60 Latihan “Saya Bertanggung Jawab”
Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.

61 Misalnya : “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu” “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”. “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”. Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.

62 Bermain Proyeksi Proyeksi :
Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain

63 Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

64 Teknik Pembalikan Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.

65 Misalnya : Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan

66 Tetap dengan Perasaan Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

67 Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

68 tidak cukup hanya mengkonfron-
Untuk membuka dan membuat jalan me-nuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru : tidak cukup hanya mengkonfron- tasi dan menghadapi perasaan- perasaan yang ingin dihindarinya membutuhkan keberanian dan pengalam-an untuk bertahan dalam kesakitan pera-saan yang ingin dihindarinya itu.

69 KETERBATASAN KONSELING BEHAVIORISTIK
1. Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab pada orang lain

70 3. Menjadi tidak produktif bila. penggunaan teknik-teknik gestalt
3. Menjadi tidak produktif bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan secara mekanis 4. Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena merasa dirinya dianggap anak kecil atau orang bodoh.


Download ppt "MODEL KONSELING BEHAVIORAL."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google