Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kekhasan Bidang Studi dan Implementasi Pendekatan Pembelajaran di SD

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kekhasan Bidang Studi dan Implementasi Pendekatan Pembelajaran di SD"— Transcript presentasi:

1 Kekhasan Bidang Studi dan Implementasi Pendekatan Pembelajaran di SD

2 Kekhasan Bidang Studi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya (sebagai alat ekspresi diri) serta untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi. Hakikat mata pelajaran Bahasa Indonesia antara lain: Sarana berpikir Sarana perekat bangsa Penghela ilmu pengetahuan Penghalus budi pekerti Pelestari budaya bangsa

3 Kegiatan Berbahasa Indonesia
berbicara Kegiatan Produktif Kegiatan Reseptif menulis membaca menyimak

4 Prinsip pembelajaran bahasa berbasis teks terdiri dari:
bahasa dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.

5 Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 menerapkan pendekatan berbasis teks

6 Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks terdiri dari langkahlangkah sebagai berikut
Membangun konteks Pemodelan Menyusun teks secara bersama Menyusun teks secara mandiri

7 Kekhasan Bidang Studi Matematika
Matematika sebagai ilmu memiliki beberapa karakteristik sebagai ciri khasnya antara lain: Memiliki objek kajian yang abstrak Bertumpu pada kesepakatan Berpola pikir deduktif Konsisten dalam sistemnya Memperhatikan semesta pembicaraan

8 Berdasarkan karakteristik dan tujuan di atas, pembelajaran Matematika sekolah dasar hendaknya dirancang sebagai berikut: Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral Pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran matematika menerapkan pendekatan matematika realistic Pembelajaran matematika menerapkan metode penemuan terbimbing Pembelajaran matematika berbasis masalah Pembelajaran matematika menerapkan pendekatan kontekstual Pembelajaran matematika menggunakan hubungan-hubungan (koneksi)

9 Kekhasan Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam
Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. Benda/materi, sifat-sifat kegunaannya meliputi: benda cair, padat dan gas. Energi dan perubahannya meliputi : gaya ,bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah ,bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. ruang lingkup bahan kajian IPA untuk Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek berikut:

10 Menurut BNSP (2006: 484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.

11 Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu
PRINSIP PEMBELAJARAN IPA DI SD Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah Pembelajaran berbasis kompetensi Pembelajaran terpadu Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi

12 Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif
Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran m. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik n. Suasana belajar menyenangkan dan menantang.

13 Kekhasan Bidang Studi Ilmu Pendidikan Sosial
Ruang lingkup IPS terdiri atas pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang dikembangkan dari masyarakat dan disiplin ilmu sosial. Pengetahuan: tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya. Ruang lingkup materi IPS SD terdiri dari kehidupan manusia dalam: 1) Tempat dan Lingkungan 2) Waktu Perubahan dan Keberlanjutan 3) Organisasi dan Sistem Sosial 4) Organisasi dan Nilai Budaya 5) Kehidupan dan Sistem Ekonomi 6) Komunikasi dan Teknologi Keterampilan: berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa Nilai: nilai-nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai, dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut Sikap: rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif, dan bertanggungjawab

14 Kekhasan Bidang Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran PPKn terdiri atas: Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa diperankan dan dimaknai sebagai identitas inti yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; Substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila.

15 Secara umum tujuan mata pelajaran PPKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan potensi siswa dalam seluruh dimensi kewarganegaraan, yakni: (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic responsibility); (2) pengetahuan kewarganegaraan; (3) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).

16 Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut sehingga siswa mampu:
menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial budaya.

17 Kekhasan Bidang Studi Seni Budaya dan Prakarya
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) merupakan aktivitas belajar yang menampilkan karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku, dan produk seni budaya bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.

18 Kekhasan Bidang Studi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Ruang Lingkup Mata pelajaran PJOK : Pola gerak dasar Aktivitas permainan bola besar dan bola kecil Aktivitas kebugaran Aktivitas senam dan gerak ritmik Aktivitas air Kesehatan

19 Tujuan mata pelajaran PJOK sesuai dengan ruanglingkup di atas adalah sebagai berikut:
Mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas fisik untuk mencapai pertubuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan dengan benar serta pola hidup sehat Mengembangkan keterampilan gerak dasar, motorik, keterampilan, konsep/ pengetahuan, prinsip, strategi dan taktik permainan dan olahraga serta konsep gerakan. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai percaya diri, sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, pegendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivisas fisik. Meletakkan dasar kompetitif diri (self competitive) yang sportif, percaya diri,disiplin, dan jujur. Menciptakan iklim sekolah yang lebih positif g. Mengembangkan muatan lokal yang berkembang di masyarakat Menciptakan suasana yang rekretif, berisi tantangan, ekspresi diri Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk aktif dan sehat sepanjang hayat, dan meningkatkan kebugaran pribadi.

20 Pendekatan Pembelajaran dan Implementasinya di SD
Pendekatan pembelajaran adalah cara pandang guru terhadap proses pembelajaran yang dilatarbelakangi dengan landasan konsep tertentu dan dihasilkan dari kajian teoretik. Ada tiga pasangan pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa versus berpusat pada guru pendekatan proses versus pendekatan konsep, pendekatan induktif versus pendekatan deduktif.

21 Dalam menentukan strategi pembelajaran perlu memperhatikan prinsip perumusan strategi yaitu:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) pembelajaran yang harus dicapai siswa. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai akhir sehingga tercapai sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur atau kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran.

22 Pendekatan Deduktif Guru menanyakan definisi ini dan itu dan guru “bersemangat” untuk menjelaskan di depan kelas Guru dituntut untuk memilih dan mengajukan konsep, prinsip atau aturan yang kemudian diterangkan dengan contoh-contoh khusus sehingga siswa menyusun hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan atau pinsip umum yang telah diajukan

23 Prinsip perumusan strategi dalam pendekatan deduktif:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) pembelajaran yang harus dicapai siswa. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai akhir sehingga tercapai sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur atau kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran.

24 Pendekatan belajar dengan cara deduktif tidak dianjurkan, karena tidak sesuai dengan prinsip pada standar proses pembelajaran

25 Setelah strategi pembelajaran ditetapkan, selanjutnya guru menetapkan sejumlah metode yang relevan untuk memenuhi strategi pembelajaran. Perbedaan antara strategi dan metode dapat dilihat dari pendapat Sanjaya (2008). Strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Dengan demikian, metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

26 Hubungan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik
Pendekatan Pembelajaran Berpusat Pada Guru atau Berpusat pada Siswa) Strategi Pembelajaran Exposition-Discovery Learning atau Group-Individual Learning Metode Pembelajaran Ceramah, Diskusi, Demonstrasi, Simulasi, dsb) Teknik dan Taktik Pembelajaran (Spesifik, Invidual, Unik)

27 Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pendekatan pembelajaran saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang agar siswa aktif mengkonstruksi konsep, prinsip atau teori melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, menganalisis data dan menarik kesimpulan (mengasosiasi) dan mengomunikasikan konsep, prinsip atau teori yang ditemukan. Persepsi guru bahwa “ belajar adalah proses aktif secara ilmiah yang dilakukan oleh siswa”, sehingga guru berusaha untuk mengaktifkan siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan ilmiah. Guru harus memikirkan bagaimana caranya agar siswa aktif mencari tahu bukan diberi tahu oleh guru atau disebut sebagai pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Idealnya pembelajaran merupakan kegiatan “meneliti” yang melibatkan dua pendekatan tersebut (rasional dan empirik) yang pada implementasinya melibatkan keterampilan proses ilmiah, prosedur ilmiah dan aktivitas berpikir ilmiah siswa.

28 Karakteristik Pembelajaran Saintifik
Berpusat pada siswa. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, prinsip atau teori (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Dapat mengembangkan karakter siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang menyerah, komunikatif, dll.)

29 Tujuan Pendekatan Saintifik
Untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematis. Terciptanya kondisi pembelajaran yang mendorong minat dan keinginan siswa bahwa belajar merupakan kebutuhan. Untuk melatih keterampilan proses ilmiah siswa (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan). Diperolehnya hasil belajar siswa yang tinggi Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-idenya. Untuk mengembangkan karakter/ sikap ilmiah siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang menyerah, komunikatif, dll.)

30 Prinsip Pendekatan Saintifik
Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa dalam mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pembelajaran mengarah kepada penemuan dan pengembangan pengetahuan oleh siswa dan terhindar dari verbalisme (transfer pengetahuan). Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan keterampilan proses ilmiah (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan). Adanya proses validasi terhadap konsep, prinsip atau teori yang dikonstruksi siswa baik melalui penguatan oleh guru maupun siswa.

31 Prosedur implementasi pendekatan saintifik berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016
Kegiatan Mengamati Kegiatan Menanya Kegiatan Mengumpulkan Informasi/Mencoba Kegiatan Menalar/Mengasosiasikan Kegiatan Mengkomunikasikan Kelima kegiatan pokok (5M) di atas adalah aktivitas minimal, guru dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan

32 Sintaks pada Pembelajaran Diskoveri dan Inkuiri
Hubungan antara 5M dengan Sintaks pada Pembelajaran Diskoveri dan Inkuiri Kegiatan Pokok 5M Kegiatan Pokok 5M Sintaks pada Pembelajaran Diskoveri dan Inkuiri Mengamati Stimulation (memberikan rangsangan) Menanya Problem Statement (menyatakan masalah) Mengumpulkan Informasi Data Collection (mengumpulkan data) Mengasosiasi Data Processing, Verification and Generalization (memproses, memverifikasi dan menyimpulkan data) Mengkomunikasikan Disemination (mengomunikasikan)

33 Hubungan antara 5M dengan Sintaks pada Pembelajaran Berbasis Masalah
Kegiatan Pokok 5M Sintaks pada Pembelajaran Berbasis Masalah Mengamati Problem Situation, Clarification of Concept and Terms (orientasi masalah) Menanya Problem Definition and Analysis (mendefinisikan masalah) Mengumpulkan Informasi Building Explanation (membimbing penyelidikan individu) Mengasosiasi Synthesis Explanation (membangun penjelasan) Mengkomunikasikan Presentation and Evaluation (menyajikan hasil karya dan mengevaluasi kegiatan)

34 Hubungan antara 5M dengan Sintaks pada Pembelajaran Berbasis Proyek
Kegiatan Pokok 5M Sintaks pada Pembelajaran Berbasis Proyek Mengamati Orientasi masalah Menanya Penentuan pertanyaan mendasar Mengumpulkan Informasi Menyusun perencanaan dan jadwal, melaksanakan dan memonitor proyek Mengasosiasi Menguji hasil Mengkomunikasikan Mengevaluasi pengalaman

35 Pendekatan saintifik berbasis penelitian dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Jika guru khususnya guru SD mengalami kesulitan untuk menerapkan pendekatan saintifik berbasis penelitian maka guru dapat memilih pendekatan saintifik lainnya. Dalam pembelajaran pada tingkat sekolah dasar, yang terpenting adalah : Bagaimana melatih dan membiasakan siswa agar memiliki keterampilan proses ilmiah (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan), dan sikap ilmiah (teliti, terbuka, jujur, komunikatif, pantang menyerah, kerja keras dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi) sehingga pada masa mendatang, Siswa diharapkan memiliki keterampilan proses dan sikap ilmiah yang diharapkan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

36 Prosedur penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Kenalilah kemampuan guru sendiri, karakteristik siswa, kompetensi dasar, mata pelajaran yang terkait dengan tema, materi ajar dan bentuk pertanyaan siswa! Pilihlah pendekatan saintifik yang akan diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik di atas (pendekatan saintifik berbasis penelitian atau pendekatan saintifik dengan kegiatan 5M yang tidak terurut)! Jika tidak memungkinkan untuk melaksanakan pendekatan saintifik berbasis penelitian, maka terapkanlah pendekatan saintifik dengan kegiatan 5M yang tidak terurut! Kembangkanlah kelima kegiatan pokok pada pendekatan saintifik sesuai dengan karakteristik di atas! Kelima kegiatan pokok pada pendekatan saintifik dilakukan oleh siswa, guru bertugas sebagai fasilitator agar kegiatan 5M berjalan dengan baik.

37 Pembelajaran Berbasis Proyek
Proses pembelajaran seyogyanya dapat menumbuhkan kreativitas, keterampilan/ sikap, dan kemampuan bernalar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar proses yang dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan seyogyanya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk berkarya baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa aktif menghasilkan karya bermakna sebagai solusi masalah nyata di sekitar siswa dalam kehidupan sehari-harinya.

38 Pembelajaran berbasis proyek diawali dengan masalah nyata di sekitar siswa untuk dipecahkan melalui karya kreatif dan bermakna

39 Karakteristik pembelajaran berbasis proyek:
Adanya kerangka kerja Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa Hasil belajar siswa berupa solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan Adanya kolaborasi yang bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu Proses refleksi dilakukan secara berkelanjutan atas aktivitas yang sudah dijalankan Produk akhir aktivitas belajar dievaluasi secara kualitatif Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

40 Pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dengan tujuan:
Mengembangkan kreativitas siswa Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Mengembangkan sikap kerjasama, tanggung jawab dan saling menghargai antarsiswa Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Mengembangkan keterampilan proses (mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan) dan sikap ilmiah siswa (rasa ingin tahu, jujur, terbuka, disiplin)

41 Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek:
Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa Tugas/ proyek menekankan pada kegiatan penyelidikan berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata. Produk, laporan atau hasil karya tersebut dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan proyek berikutnya.

42 Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek menurut Permendikbud tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar:

43 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Keser & Karagoca (2010) Penentuan proyek Perancangan Langkah-langkah penyelesaian proyek Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru Evaluasi Proses dan hasil proyek Penyusunan laporan dan presentasi hasil proyek

44 Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek di antaranya adalah dengan (1) membaca; (2) meneliti; (3) observasi; (4) interviu; (5) merekam; (6) berkarya seni; (7) mengunjungi objek proyek; atau (8) akses internet. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru Siswa menentukan tema atau topik proyek secara individu ataupun kelompok Penentuan proyek 01 04 Siswa merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek 02 05 Hasil proyek berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi. Presentasi dalam bentuk pameran produk pembelajaran Penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil proyek 03 Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek Siswa menjadwalkan kegiatan proyek (berapa lamaP) 06 Siswa diberikan kesempatan mengemukakan pengalamannya dan dilakukan umpan balik Evaluasi proses dan hasil proyek

45 b Model Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Sungkono (2012)
Menetapkan tema proyek (sesuai dengan materi atau tema yang sudah dipelajari) Merencanakan aktivitas (project planning) Memproses aktivitas (project pre-actuating) Penerapan aktivitas untuk menyelesaikan proyek (project actuating) Mendemonstrasikan proyek (project demonstration & disemination) Menyempurnakan produk (reflection and evaluation) Menyusun laporan (project report)

46 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: Pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan setiap berakhir satu tema pembelajaran dengan rentang waktu paling lama satu minggu tentang tema yang telah dipelajari sebelum masuk ke tema berikutnya. Pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran pada tema berikutnya. Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek hendaknya sesuai dengan tema dan diawali dengan pengajuan masalah dari siswa atau guru untuk dipecahkan oleh siswa melalui pembelajaran berbasis proyek. Topik proyek yang akan dipilih siswa dalam pembelajaran berbasis proyek hendaknya beragam (variatif) sehingga karya siswa yang dihasikan juga beragam (variatif) Karya yang dihasilkan oleh siswa melalui pembelajaran berbasis proyek adalah karya berbasis masalah yang bermakna sebagai pemecahan masalah yang muncul sesuai topik yang dipilih siswa. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu dan peralatan yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks. Untuk itu direkomendasikan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis proyek, kondisikan suasana belajar supaya menyenangkan dan tidak monoton.

47 c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Iriawan (2014)
1. PENENTUAN PERTANYAAN/ MASALAH MENDASAR 5. PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PROGRES PROYEK 2. PENENTUAN TOPIK-TOPIK PROYEK 6. PENYUSUNAN LAPORAN PROYEK 3. PEMILIHAN TOPIK PROYEK 7. PENILAIAN PROYEK DAN PRODUK SISWA 4. PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN JADWAL PROYEK 8. PAMERAN PROYEK DAN PRODUK SISWA 9. REFLEKSI KEGIATAN PROYEK

48 3. Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme

49 Definisi Pendekatan pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) karena menekankan pada kegiatan siswa. Pendekatan konstruktivisme adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengetahun awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar. Pendekatan konstruktivisme menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

50 Prinsip tentang belajar dan mengajar yang merupakan dasar bagi pendekatan-pendekatan berbasis konstruktivisme (Widodo : 2010 01 pembelajar telah memiliki pengetahuan awal. 02 belajar merupakan proses pengkonstruksian suatu pengatahuan berdasarkan pengatahuan yang telah dimiliki. 03 belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar 04 proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu. 05 pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya

51 Menurut Driver & Leaach, ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut: 01 Beranjak dari pengetahuan 02 siswa (prior knowledge) 03 Memberikan pengalaman langsung (experimence) melalui aktivitas hands-on dan mind-on 04 Mengaktifkan interaksi sosial (social interaktions) dan konteks natural &cultural yang cocok dengan kehidupan siswa 05 Pencapaian kepahaman (sense making); dengan terjadinya perubahan konseptual pada diri siswa.

52 Implikasi dari pendekatan belajar konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi empat tahapan yaitu,
Pemberian pengalaman langsung Pencapaian kepahaman siswa 1 2 3 4 Eksplorasi pengetahuan awal siswa Mengaktifkan interaksi sosial

53 Kelebihan dan Kelemahan
Pembelajaran diperoleh siswa melalui pengalaman langsung Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan konstruktivisme dapat diterapkan untuk berbagai macam materi ajar, Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dengan pendekatan tersebut. Dapat diterapkan untuk semua jenjang pendidikan atau dalam pelatihan diorganisasi. Pendekatan konstruktivisme yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar yang harus dipilih dengan sebaik-baiknya Pendekatan konstruktivisme membuat pembelajaran lebih bermakna, Memerlukan format penilaian yang berbeda.

54 4. Pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah

55 Definisi Problem solving menuntut mahasiswa secara individual mencari jawaban dari serangkaian pertanyaan berdasarkan informais yang diberikan dosen. Dipihak lain PBL mengarahkan mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencari situasi masalah dan melalui pencarian ini diharapkan dapat menguji kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menentukan informasi mana yang perlu mereka peroleh untuk menyelesaikan masalah dan mengolah situasi yang ada.

56 Hal tersebut sesuai dengan karakteristik PBL (Barrows dan Tamblyn, 1980) di antaranya yaitu:
01 kompleks, dalam mengorganisasikan fokus pembelajaran tidak ada satu jawaban yang “benar” seperti keadaan nyata dalam kehidupan. mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi kesenjangan dalam pembelajaran, dan mengembangkan pemecahan yang mungkin. 02 03 mahasiswa mengumpulkan informasi baru melalui pembelajaran yang diarahkannya sendiri (self-directed learning). 04 dosen hanya berperan sebagai fasilitator 05 permasalahan diarahkan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam profesinya.

57 Kelebihan mengakui pengalaman dasar siswa
lebih berfokus pada perolehan proses daripada hasil menekankan pada pertanggungjawaban siswa sendiri terhadap pembelajaran mereka perubahan peran guru dari instruktur menjadi fasilitator bersifat lintas disiplin perubahan pola asesmen sendiri (self-assessment) dan asesmen rekan sebaya (peer assessment) memadukan teori dan praktik berfokus pada keterampilan berkomunikasi interpersonal yang meyakinkan siswa saling menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki

58 Untuk mencapai pembelajaran efektif tersebut maka beberapa saran berikut nampaknya penting untuk diperhatikan: Tingkatkan sensitivitas bahwa siswa terlibat secara aktif dalam setting belajar yang dikembangkan Ciptakan problem solving interaktif yang mengarah pada proses belajar Sajikan soal-soal yang bersifat menantang Gunakan ongoing assessment untuk memonitor pembelajaran Ciptakan kesempatan bagi siswa untuk menampilkan kemampuan berfikir tingkat ttingginya Beri dorongan serta kesempatan bagi siswa untuk menampilkan kemampuan berbagai solusi serta strategi berbeda pada penyelesaian suatu masalah Tingkatkan komunikasi, yakni dengan mendorong siswa untuk memberikan penjelasan serta jastifikasi pemikiran mereka Gunakan berbagai variasi strategi mengajar dan belajar Upayakan untuk menelusuri hal-hal yang belum diketahui siswa sehingga guru mampu membantu proses peningkatan potensial mereka.

59 4. mendefinisikan masalah
Menurut Bae (2009) terdapat tujuh sintak dalam melakukan pembelajaran berbasis masalah ini yaitu dengan memulainya secara bertahap 1. munculnya situasi masalah 5. membangun penjelasan 2. mengklarifikasi konsep dan informasi yang terlibat dengan masalah 6. kemandirian belajar yang dilakukan oleh siswa menggunakan sumber belajar internet 7. membuat penjelasan terhadap masalah dan alternatif solusinya. 3. PEMILIHAN TOPIK PROYEK 4. mendefinisikan masalah

60 Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery)
Pembelajaran discovery adalah proses pembelajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan materi ajar dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Berawal dari konsep Bruner tentang Discovery Learning

61 Keseluruhan proses ini juga disebut Cognitive Process
Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Discovery dilakukan melalui : Observasi Klasifikasi Pengukuran Prediksi Penentuan inferi Keseluruhan proses ini juga disebut Cognitive Process

62 Tahap perkembangan kognitif menurut Bruner:
Tahap enaktive seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya Tahap iconic seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap symbolic seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

63 Manfaat dari penerapan Discovery Leraning dalam pembelajaran :
Dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan Mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

64 Kelebihan penerapan Discovery Learning untuk dilaksanakan di kelas adalah:
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. Mendorong siswa berpikir dan bekerja mandiri Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan mencapai keberhasilan. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan imajinasi dan motivasi sendiri.

65 Kelemahan penerapan Discovery Learning dalam pembelajaran di kelas adalah:
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan siswa untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan sulit menghubungkan konsep Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak Tujuan sulit tercapai bila berhadapan dengan siswa yang sudah biasa mendapat cara mengajar lama Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan pengembangan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. Pada beberapa muatan pelajaran misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.

66 Langkah-Langkah Mengaplikasikan Model Discovery Leraning :
LANGKAH PERSIAPAN 1. Menentukan tujuan pembelajaran. 2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa 3. Memilih materi pelajaran. 4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh/ilustrasi 6. Mengatur topik pembelajaran dari sederhana ke komplek 7. Melakukan evaluasi belajar siswa LANGKAH PELAKSANAAN : 1. Stimulation ( Pemberian Stimulus) 2. Problem Statement ( Identifikasi Masalah) 3. Data Collection (Pengumpulan Data) 4. Data Processing (Pengelolaan Data) 5. Vertification (Pembuktian) 6. Generalization (Menarik Kesimpulan)

67 Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual adalah suatu pembelajaran yang membangun hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya dalam kehidupan keseharian mereka.

68 Menurut Muslich (2007: 42), karakteristik pendekatan kontekstual sebagai berikut:
Pembelajaran autentik (learning in real life setting). Pembelajaran bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran memberikan pengalaman (learning by doing). Pembelajaran dengan kerjasama (learning in a group). Pembelajaran memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

69 7 Kompenen utama pendekatan kontekstual menurut Muslich (2009: 43)
constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk) questioning (bertanya) inquiry (menyelidiki, menemukan) learning community (masyarakat belajar) modelling (pemodelan) reflection (refleksi atau umpan balik) authentic assessment (Penilaian Sebenarnya)

70 Kelebihan dan Kekurangan pendekatan kontekstual menurut Sutardi & Sudirjo (2007: 96) yaitu:
Real world learning (belajar dunia nyata) Mengutamakan pengalaman nyata yang erat dengan pengalaman sesungguhnya atau realita. Berpikir tingkat tinggi, sebagai proses dari diskoveri, pemecahan masalah, dan inkuiri. Berpusat pada siswa, merupakan hakikat kontekstual yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa. Sedangkan Kelemahannya adalah : Bagi guru kelas, guru harus memiliki kemampuan mendalam tentang: konsep, prinsip-prinsip, potensi perbedaan individual siswa di kelas, sarana belajar. Bagi siswa, diperlukan inisiatif, kreativitas dalam belajar, memiliki tanggung jawab menyelesaikan tugas.

71 Siswa dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yang disebut kelompok asal
Setiap orang dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda Setiap orang dalam kelompok diberi bagian materi yang ditugaskan Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian materi /sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru yang disebut kelompok ahli untuk mendiskusikan bagian materi mereka Setelah selesai diskusi sebagai kelompok ahli, setiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang bagian materi yang mereka kuasai dan anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh Setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi tentang bagian materi yang mereka kuasai Guru bersama siswa menyimpulkan materi secara umum Guru menutup pembelajaran Langkah-langkah model jigsaw yang telah dikaji secara ilmiah oleh Aronson, Blaney, Stephen, Sikes dan Snapp (1978) dan dikenal dengan model tim ahli

72 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowballing Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Creative Problem Solving Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tornament (TGT) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualy Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berikut merupakan beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif yang telah dikaji secara ilmiah oleh penemunya.

73 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu. Setiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kesimpulan/ penutup. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

74 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing
Menurut Suprijono (2009:128) dan Saminanto (2010:37), langkah–langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan Kompetensi dasar yang ingin dicapai. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. Masing–masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman- temannya. Kemudian masing–masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari siswa ke siswa yang lainnya selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola berate mendapat satu pertanyaan maka siswa tersebut harus menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian. Evaluasi Penutup

75 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowballing
Hamid (2013) menjelaskan prosedur atau langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowballing ini sebagai berikut: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowballing Kemukakan sebuah masalah Mintalah setiap siswa untuk berpendapat Setelah semua menjawab, minta kembali kepada siswa untuk berpasangan (setiap pasangan terdiri atas dua orang). Satu sama lain saling bertukar jawaban dan membahasnya. Apabila setiap pasangan selesai membahas, mintalah tiap-tiap pasangan itu untuk mendiskusikannya dengan pasangan yang lain. Demikian seterusnya sampai terbentuk dua kelompok besar dalam satu kelas. Setelah terbentuk dua kelompok besar, mintalah kepada kedua kelompok itu untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

76 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan langkahlangkah sebagai berikut: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Pengarahan Pembentukan kelompok heterogen Pemberian nomor untuk setiap siswa Pemberian persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) Pelaksanaan kerja kelompok Presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masingmasing sehingga terjadi diskusi kelas Pelaksanaan kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa Pengumuman hasil kuis Pemberian reward

77 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Guru menyajikan materi klasikal Guru memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs) Presentasi kelompok (share) Pelaksanaan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa Pengumuman hasil kuis dan pemberian reward.

78 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Model koperatif tipe GI terdiri dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pengarahan Pembentukan kelompok heterogen dengan orientasi tugas Perencanaan pelaksanaan investigasi Pelaksanaan investigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah) Pengolahan data dan penyajian data hasil investigasi Pelaksanaan presentasi Pelaksanaan kuis individual dan pembuatan skor perkembangan siswa Pengumuman hasil kuis dan pemberian reward.

79 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Creative Problem Solving
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Creative Problem Solving Pembentukan kelompok heterogen Memunculkan fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan Identifikasi permasalahan dan memilih fokus secara kelompok. Mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi Presentasi dan diskusi kelompok Pemberian reward

80 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write
Model pembelajaran ini terdiri dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Pengelompokan secara heterogen Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan memikirkan alternatif solusi) secara berkelompok Hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi dan diskusi kelompok Kemudian membuat laporan hasil diskusi Pemberian reward. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

81 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
Pembelajaran model ini terdiri dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Pengarahan Pembentukan kelompok heterogen Pelaksanaan kerja kelompok Dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain kemudian dua siswa yang bertamu kembali ke kelompok asal. Pelaksanaan kerja kelompok untuk menyempurnakan hasil kerja Presentasi kelompok Pemberian reward.

82 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tornament (TGT)
Model pembelajaran ini terdiri dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan. Siapkan meja turnamen secukupnya, misalnya 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja ke-1 diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-10 ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tornament (TGT)

83 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualy
Model ini dalam bahasa Indonesia disebut dengan Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) dengan karateristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Model pembelajaran ini terdiri dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut (Slavin, 1985): Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualy Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual Saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

84 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing
Model pembelajaran ini terdiri dari langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Guru menyiapkan skenario pembelajaran Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut Pembentukan kelompok siswa Penyampaian kompetensi Guru menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya Kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon Presentasi hasil kerja kelompok Kesimpulan dan refleksi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

85 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Model pembelajaran ini diinisiasi oleh Steven dan Slavin (1995). CIRC terdiri dari empat kata yaitu Cooperative Integrated Reading Composition dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok Guru membuat kesimpulan bersama Penutup Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

86 Pembelajaran dengan Pendekatan Kuantum
Pendekatan kuantum atau disebut juga dengan Quantum Teaching and Learning merupakan cara pandang masyarakat belajar bahwa belajar itu harus berenergi dan membangkitkan motovasi atau energi positif siswa untuk berinteraksi dengan guru, siswa lain dan sumber belajar. Pembelajaran dengan Pendekatan Kuantum Segala metode, strategi, model dan juga termasuk segala hal yang dilakukan yang meliputi interaksi antara guru dan siswa, kurikulum, dan lain sebagainya yang ada dalam pembelajaran dibangun atas dasar prinsip “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Pendekatan pembelajaran kuantum memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: Segalanya berbicara Segalanya bertujuan Pengalaman sebelum pemberian nama Akui setiap usaha Jika layak dipelajarai maka layak pula dirayakan

87 Pembelajaran Berbasis Aktivitas
Pembelajaran berbasis aktivitas merupakan proses belajar yang melibatkan proses fisik dan mental siswa melalui kegiatan mengamati, menanya, menduga, mencoba, mengeksplorasi, mengukur, menyimpulkan, mengomunikasikan, dll. dengan tujuan: Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Meningkatkan interaksi sosial antara siswa dengan lingkungan sekitarnya Mendorong siswa untuk dapat menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipejari agar mudah diingat Membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling berbagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide siswa lain Melatih siswa belajar berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang dihadapi sendiri Pembelajaran Berbasis Aktivitas

88 Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis aktivitas terdiri dari:
Manfaat pembelajaran berbasis aktivitas bagi siswa adalah sebagai berikut: Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat. Siswa menemukan sendiri konsep, prinsip atau teori yang dapat menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya kepada berbagai konteks. Kegiatan ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar mandiri dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis aktivitas terdiri dari: Somatis yaitu siswa mengalami aktivitas fisik yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa lain secara berpasangan atau kelompok. Auditori yaitu siswa dimungkinkan untuk mendengar secara aktif dari berbagai sumber informasi. Visual yaitu siswa dimungkinkan untuk melakukan pengamatan gambar atau lingkungan sekitar. Intelektual yaitu siswa dimungkinkan untuk melakukan proses berpikir.

89 Karakteristik pembelajaran berbasis aktivitas terdiri dari:
Interaktif dan inspiratif Menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif Kontekstual dan kolaboratif Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa Sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa


Download ppt "Kekhasan Bidang Studi dan Implementasi Pendekatan Pembelajaran di SD"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google