Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERENCANAAN SISTEM DRAINASE"— Transcript presentasi:

1 PERENCANAAN SISTEM DRAINASE

2 ABSTRAK Jalan Swadarma Raya berada di Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Drainase yang ada di Jalan Swadarma Raya tidak dapat menampung debit banjir yang ada dikarenakan dimensi saluran drainase tersebut lebih kecil daripada debit banjir. Hasil perhitungan yang didapatkan dengan kala ulang 5 tahun dengan metode rasional didapatkan debit banjir sebesar 4,923 m3/detik, sedangkan debit yang dapat ditampung oleh dimensi saluran drainase eksisting yang paling baik ialah sebesar 0,697 m3/detik. Oleh karena itu harus direncanakan ulang dimensinya dengan nilai H = 1,75 m dan b = 1,50 m agar mampu menampung debit banjir. Kata Kunci : Jalan Swadarma Raya, Kelurahan Ulujami, Drainase, Debit Banjir, Metode Rasional.

3

4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN PENULISAN TUGAS AKHIR
Pembangunan struktur dan infrastruktur di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dampak dari pembangunan terhadap ketersediaan ruang terbuka ialah semakin sedikit ruang terbuka karena bangunan – bangunan tersebut berdiri diatas tanah. Ruang terbuka memiliki fungsi sebagai daerah resapan air untuk menanggulangi banjir menjadi kurang berfungsi lagi karena daerah resapannya semakin sedikit. Penyelesaian terhadap masalah tersebut ialah dengan perencanaan ulang dimensi saluran drainase karena air yang tidak terserap oleh ruang terbuka yang tertutupi oleh bangunan akan mengalir ke drainase. 1.2 TUJUAN PENULISAN TUGAS AKHIR Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah merencanakan dimensi saluran drainase di kelurahan Ulujami.

5 1.3 BATASAN MASALAH Batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini ialah : a. Debit yang ditinjau hanya dari air hujan. b. Perencanaan dimensi saluran drainase di wilayah kecamatan Pesanggrahan hanya untuk wilayah yang paling parah tergenang banjir, yaitu kelurahan Ulujami atau lebih tepatnya di Jalan Swadarma Raya. c. Analisis biaya pada perencanaan saluran drainase tidak dibahas.

6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM
Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi : 1. Pemukiman. 2. Kawasan industri dan perdagangan. 3. Kampus dan sekolah. 4. Rumah sakit dan fasilitas umum. 5. Lapangan olahraga. 6. Lapangan parkir. 7. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi. 8. Pelabuhan udara. 9. Dll. Kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk perkotaan ada tambahan variabel desain seperti : 1. Keterkaitan dengan tata guna lahan. 2. Keterkaitan dengan masterplan drainase kota. 3. Keterkaitan dengan masalah sosial budaya.

7 2.2 ANALISIS HIDROLOGI Siklus hidrologi adalah proses yang diawali oleh evaporasi/penguapan kemudian terjadinya kondensasi dari awan hasil evaporasi. Awan terus terproses sehingga terjadi salju dan atau hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagai air run off dan sebgaian infiltrasi/meresap kedalam lapisan tanah. 2.2.1 Analisis Curah Hujan Rencana Metode Rata-Rata Aljabar Metode Polygon Thiessen Metode Isohyet R = curah hujan maksimum rata-rata (mm) n = jumlah stasiun pengamatan R1 = curah hujan pada stasiun pengamatan satu (mm) R2 = curah hujan pada stasiun pengamatan dua (mm) R3 = curah hujan pada stasiun pengamatan n (mm) 2. R = curah hujan maksimum rata-rata (mn) R1, R2,....Rn = curah hujan pada stasiun 1,2, ,n (mm) A1, A2,.....An = luas daerah pada polygon 1,2,.....,n (km2) 3. R = curah hujan maksimum rata-rata (mn) A1, A2,.....An = luas bagian yang dibatasi oleh isohyet-isohyet (km2)

8 Distribusi Log Pearson III Distribusi Gumbel
2.2.2 Analisis Frekuensi Perhitungan debit banjir rencana dengan metode empiris dapat ditentukan dengan menggunakan data periode ulang tertentu untuk curah hujan maksimum. Metode yang digunakan : Distribusi Normal Distribusi Log Normal Distribusi Log Pearson III Distribusi Gumbel 2.2.3 Uji Kecocokan Distribusi Pengujian parameter yang sering dipakai adalah uji chi-kuadrat dan uji smirnov-kolmogorov. Uji Chi-Kuadrat Uji Smirnov-Kolmogorof 1. = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan = Nilai rata – rata hitung variat S = Deviasi standar nilai variat KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang 2. = Variat yang di ekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode ulang T tahun = Harga rata – rata dari data ∑1▒(𝐿𝑜𝑔 𝑋)/𝑛 = Standar deviasi = 3. = Variat yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode ulang T tahun = Koefisien frekuensi, didapat berdasarkan hubungan nilai Cs dengan periode ulang T tahun Cs = Koefisien kemencengan 4. XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T - tahunan = Harga rata – rata yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T - tahunan S = Simpangan baku (standar deviasi) data sampel curah hujan = Faktor frekuensi/faktor probabilitas 5. χ2hit = Uji statistik OF = Nilai yang diamati (Observed frequency) OF = Nilai yang diharapkan (Expected frequency) 6. ∆maks = Selisih data probabilitas dan empiris Pt(x) = Posisi data x menurut sebaran empiris

9 2.2.4 Intensitas Hujan Mengubah intensitas hujan harian ke intensitas hujan dengan lama waktu yang lebih pendek digunakan rumus Mononobe. Lama hujan (time of concentration) tc disini dianggap lamanya hujan yang akan menyebabkan debit banjir dan t dihitung dengan rumus Kirpich Koefisien Pengaliran Konsep penting dalam upaya mengendalikan banjir adalah koefisien aliran permukaan (runoff) yang biasa dilambangkan dengan C. Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, dan intensitas hujan. Faktor lain yang juga mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi Curah Hujan Netto Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan limpasan langsung (direct run-off). hujan netto (R) dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. It = Intensitas hujan untuk lama hujan jam (mm/jam) I24 = R24 = Curah hujan efektif dalam 1 hari (mm) t = Lama hujan (jam) 2. tc = Waktu konsentrasi (jam) L = Panjang saluran (km) S = Kemiringan saluran (m/m) 3. Rnetto = Curah Hujan Netto C = Koefisien Pengaliran R = Curah Hujan

10 2.3 ANALISIS HIDRAULIKA 2.2.7 Analisis Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana adalah debit maksimum pada saat curah hujan maksimum. Perhitungan debit banjir rencana menggunakan metode berikut ini : Metode Rasional Metode Haspers 2.3 ANALISIS HIDRAULIKA Analisis hidraulika berguna dalam pengendalian banjir, yaitu untuk mengetahui profil muka air, baik kondisi yang ada (eksisting) maupun kondisi perencanaan. Untuk mendukung analisa hitungan guna memperoleh parameterisasi desain yang handal, dibutuhkan validasi data dan metode hitungan yang representatif (Soewarno, 1991). Aliran Air pada Saluran Terbuka Aliran Air pada Saluran Pipa Sifat – sifat Aliran Dimensi Saluran Analisis Tinggi Muka Air Rencana 1. Q = Debit Banjir (m3/det) C = Koefisien aliran limpasan I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A = Luas Daerah Aliran Sungai (km2) 2. Qmaks = Debit maksimum (m3/dt) α = Koefisien pengaliran = (1+0,012xA0.7)/( 1+0,075xA0.7) β = Koefisien reduksi = 1/β = 1+((1+3,7x100,4xt)/(t2+15))x(A3/4/12) 3. Aliran Laminer, Aliran Turbulen 4. Qb = Debit saluran (m3/det) V = Kecepatan aliran (m/det2) A = Luas penampang saluran (m2) R = Jari – jari hidrolis (m) S = Kemiringan saluran n = Koefisien kekasaran manning P = Keliling basah saluran (m) 5. Metode Tahapan Langsung (Direct Step Method) Metode Tahapan Standar (Standard Step Method)

11 BAB 3 METODE PERENCANAAN
Metode perencanaan sistem drainase akan dijelaskan melalui diagram alir dan keterangan lebih detailnya akan dijelaskan pada tahapan perencanaan, serta jadwal pelaksanaan penyusunan skripsi akan dijelaskan pada jadwal pelaksanaan. 3.1 DIAGRAM ALIR PERENCANAAN 3.2 TAHAPAN PERENCANAAN DRAINASE 3.2.1 Studi Literatur 3.2.2 Pengumpulan Data 3.2.3 Perhitungan Hidrologi 3.2.4 Perhitungan Hidraulika 3.2.5 Pembahasan 3.2.6 Kesimpulan Mulai Pengumpulan Data : Data Hidrologi & Data Hidraulika Studi Literatur Perhitungan Hidrologi Perhitungan Hidraulika Selesai Kesimpulan Pembahasan 3.2.1 Studi literatur yang digunakan pada perencanaan sistem drainase di kelurahan Ulujami ialah berasal dari buku – buku, jurnal – jurnal, skripsi, peraturan – peraturan, dan berita yang berkaitan dengan sistem drainase. 3.2.2 Data hidrologi meliputi data lokasi, luas wilayah, peta topografi yang akan ditinjau, dan curah hujan dari stasiun penakar hujan di Jakarta. Sedangkan data hidraulika ialah data dimensi saluran drainase eksisting yang akan direncanakan ulang. 3.2.3Perhitungan tersebut digunakan sebagai dasar perencanaan sistem drainase untuk mengetahui langkah atau solusi dalam membuat sistem drainase. 3.2.4 Perhitungan tersebut digunakan sebagai dasar perencanaan sistem drainase untuk mengetahui langkah atau solusi dalam membuat sistem drainase. 3.2.5 Hasil dari semua perhitungan data hidrologi dan data hidraulika akan dibahas untuk mengetahui solusi yang akan diberikan dalam merencanakan sistem drainase. 3.2.6 Kesimpulan merupakan ringkasan dari semua penulisan skripsi. Kesimpulan tersebut harus menjawab tujuan dari penulisan proposal ini.

12 BAB 4 DATA PENELITIAN 4.1 DATA UMUM 4.11 Lokasi
Wilayah studi dilakukan di Kawasan Kelurahan Ulujami, Kotamadya Jakarta Selatan. Berdasarkan data pada Bappeda DKI Jakarta diketahui Kelurahan Ulujami memiliki luas wilayah 1,71 km2, mempunyai kepala keluarga dengan RT sebanyak 88 dan RW sebanyak 8. Adapun batas – batas wilayah Kelurahan Ulujami sebagai berikut : Batas Utara : Kelurahan Srengseng Batas Timur : Kelurahan Sukabumi Selatan dan Kelurahan Grogol Selatan Batas Selatan : Kelurahan Pesanggrahan Batas Barat : Kelurahan Petukangan Utara

13 4.2 DATA CURAH HUJAN Tabel 4.1 Curah Hujan Bulanan di Stasiun Paku Buwono Tabel 4.2 Curah Hujan Bulanan di Stasiun Ciledug Bulan Curah Hujan (mm) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Maksimum Januari 90 79 87 46 83 36 65 35 29 Februari 67 95 52 59 178 168 38 78 34 Maret 45 55 85 47 30 61 125 April 56 127 43 72 40 54 Mei 64 51 77 39 Juni 5 3 12 68 23 21 31 8 Juli 17 122 58 4 11 42 Agustus September 2 73 66 10 Oktober 13 119 Nopember 1 69 32 49 57 71 62 Desember 75 53 109 Bulan Curah Hujan (mm) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Maksimum Januari 109,2 96 94 90  65 76,5 98 59 61 30 Februari 49,3 107,4 54,6  104 61,2 339,8 160 114 59,5 27 Maret 55,3 46,6 68,6  79 57 33,4 71 69,3 30,2 22 April 56,4 33,1 57,6  116 79,3 52,8 43 47 62 Mei 40,9 119,2 46,4  68 28,1 63 72 45,6 40 23 Juni 31,7 1 9  34 41,3 28 58 19 67 38 Juli 69,2 68  52 47,6 1,5 5 Agustus 2,6  28 6,2 29 September 14 90,5 10,6  9 120,5 32 20,5 109 Oktober 103,4 6,7  35 66 10 103,6 Nopember 106 45,5  51 27,7 70 37 Desember 63,4 24,8 58,2  56 104,5 52 25 116

14 Tabel 4.3 Curah Hujan Bulanan di Stasiun Halim Perdana Kusuma
Tabel 4.4 Curah Hujan Bulanan di Stasiun Depok Bulan Curah Hujan (mm) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Maksimum Januari 103,6 46 29  78 50,8 62,6 99,5 75,7 35 21 Februari 107,6 68,7 91  56 91,6 259,1 136,1 53 38 Maret 75,9 81 50,6  37 88,5 43 39 69 24 April 98,8 92  55 57 58 102,2 140 15 22 Mei 53,1 35,6 54  27 36,9 11 102 20 Juni 0,3 18,2  90 41,9 55,3 52 30 8 Juli 22,4 122,6  84 33 6,1 0,1 37 Agustus 2  30 14 5 3 September 50 4  0 1 23 95 Oktober 72  46 6 32,9 63 152 84 Nopember 42 63,4 40,2 32 51 82 Desember 45 40,9 67  44 83 76,1 51,8 90 Bulan Curah Hujan (mm) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Maksimum Januari 148 33 249 110  84 144 63 91 30 35 Februari 150 90 162  134 155 132 55 57 46 22 Maret 60 68 100  90 82 116 134 128 April 61 48 280  154 240 62 110 70 Mei 83  54 24 44 19 40 Juni 87 29 4  82 50 49 Juli 26  76 6 67 Agustus 12 3  40 32 41 64 8 September 11 54 21,2  5 118 59 72 Oktober 14 223 80 79 51 76 86 Nopember 224  65 204 117 43 Desember 36 172 85  70 74 105 154

15 BAB 5 PERHITUNGAN DAN ANALISIS
5.1 ANALISIS HIDROLOGI 5.1.1 Analisis Hujan Rata – Rata Tabel 5.1 Rata – Rata Curah Hujan Maksimum Metode Aljabar Berdasarkan Data Curah Hujan Tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Bulan Curah Hujan (mm) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Maksimum Januari 148 96 249 110 84 144 99,5 91 61 35 Februari 150 107,4 162 134 155 339,8 168 114 78 38 Maret 75,9 81 100 90 88,5 82 116 55 128 April 98,8 56 280 154 240 62 102,2 140 70 Mei 53,1 119,2 87 68 63 72 102 40 Juni 29 18,2 50 58 49 67 Juli 69,2 122,6 46 11 0,00 Agustus 3 12 23 34 41 64 September 14 90,5 21,2 9 120,5 118 95 109 Oktober 223 80 79 66 76 152 119 Nopember 83 224 65 204 117 Desember 63,4 172 85 54 Analisis data curah hujan rata – rata pada 4 stasiun hujan menggunakan metode rata – rata aljabar untuk data hujan maksimum tiap bulan selama 10 tahun.

16 Tabel 5.2 Curah Hujan Maksimum Tahunan.
5.1.2 Analisis Frekuensi dan Probabilitas Tabel 5.2 Curah Hujan Maksimum Tahunan. Periode ulang yang digunakan untuk analisis frekuensi adalah periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 25 tahun. Parameter yang diperlukan untuk analisis frekuensi dan probabilitas seperti nilai rata – rata ( ) , standar deviasi (S), faktor frekuensi (KT), dan koefisisen kemencengan (Cs). Metode distribusi frekuensi yang digunakan yaitu metode distribusi normal, metode log normal, metode gumbel dan metode log pearson III. No.Urutan Tahun Maks 1 2007 339,8 2 2004 280 3 2006 240 4 2003 224 5 2008 168 6 2005 154 7 2009 152 8 2002 150 9 2011 128 10 2010 119 Seri data yang digunakan untuk analisis frekuensi adalah data hujan maksimum tahunan, berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2007 sebesar 227,23 mm dan curah hujan terendah terdapat pada tahun 2011 sebesar 74,75 mm . Periode ulang yang digunakan untuk analisis frekuensi adalah periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 25 tahun. Parameter yang diperlukan untuk analisis frekuensi dan probabilitas seperti nilai rata – rata ( ), standar deviasi (S), faktor frekuensi (KT), dan koefisisen kemencengan (Cs). Metode distribusi frekuensi yang digunakan yaitu metode distribusi normal, metode log normal, metode gumbel dan metode log pearson III.

17 Distribusi Normal Tabel 5.4 Nilai Hujan Rancangan Berbagai Periode Ulang dengan Metode Distribusi Normal Tabel 5.3 Perhitungan Hujan Rancangan Metode Distribusi Normal Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss, adapun perhitungan distribusi frekuensinya, yaitu: 5.3 Perkiraan nilai curah hujan maksimum yang diharapkan untuk periode ulang tertentu pada distribusi normal dapat diketahui : Variabel reduksi Gauss ( ) digunakan nilai : = 0, = 0,840, = 1,280 , = 1,708.

18 Tabel 5.5 Perhitungan Hujan Rancangan Metode Distribusi Log Normal
Tabel 5.6 Nilai Hujan Rancangan Berbagai Periode Ulang dengan Metode Distribusi Log Normal Distribusi Log Normal merupakan bentuk logaritmik dari distribusi normal, adapun perhitungan distribusi frekuensi menggunakan metode Log Normal adalah sebagai berikut :

19 Distribusi Log Pearson III
Tabel 5.8 Nilai Hujan Rancangan Berbagai Periode Ulang dengan Metode Distribusi Log Pearson III Tabel 5.7 Perhitungan Hujan Rancangan Metode Distribusi Log Pearson III Distribusi Log Pearson III menambahkan koefisien kemencengan (G) sebagai parameter perhitungannya, adapun Perhitungan distribusi frekuensinya, yaitu:

20 Tabel 5.9 Perhitungan Hujan Rancangan Metode Distribusi Normal
Distribusi Gumbel Tabel 5.11 Nilai Hujan Rancangan Berbagai Periode Ulang dengan Metode Distribusi Gumbel Tabel 5.9 Perhitungan Hujan Rancangan Metode Distribusi Normal Distribusi Gumbel menggunakan harga ekstrim sebagai parameter perhitungannya, harga ekstrim tersebut yaitu reduksi variasi ( ), reduksi rata – rata ( ) dan reduksi standar deviasi ( ). Aapun Perhitungan distribusi frekuensinya, yaitu:

21 Tabel 5.12 Urutan Data Curah Hujan Tahunan Maksimum – Minimum.
5.1.3 Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi Uji Chi Kuadrat (X2) Tabel 5.12 Urutan Data Curah Hujan Tahunan Maksimum – Minimum.

22 Uji Chi – Kuadrat Terhadap Distribusi Normal
Uji Chi – Kuadrat Terhadap Distribusi Log Normal Tabel 5.13 Uji Chi Kuadrat Metode Distribusi Normal Tabel 5.14 Uji Chi Kuadrat Metode Distribusi Log Normal

23 Uji Chi – Kuadrat Terhadap Distribusi Log Pearson III
Uji Chi – Kuadrat Terhadap Distribusi Gumbel Tabel 5.15 Uji Chi Kuadrat Metode Log Pearson III Tabel 5.16 Uji Chi Kuadrat Metode Distribusi Gumbel

24 Uji Smirnov-Kolmogorov
Adapun persamaan yang digunakan untuk uji Smirnov – Kolmogorov yaitu : Uji Smirnov – Kolmogorov untuk Distribusi Normal dan Gumbel Tabel 5.18 Perhitungan Uji Smirnov – Kolmogorov Distribusi Normal dan Gumbel

25 Tabel 5.19 Perhitungan Uji Smirnov – Kolmogorov
Uji Smirnov – Kolmogorov untuk Distribusi Log Normal dan Log Pearson III Tabel 5.19 Perhitungan Uji Smirnov – Kolmogorov Distribusi Log Normal dan Log Pearson III Tabel 5.20 Rekapitulasi Perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov Tabel 5.21 Resume Pengujian Distribusi Frekuensi Curah Hujan Maksimum 5.19 Kolom 1 = Urutan (m) Kolom 2 = Data curah hujan logaritmik dari besar ke kecil Kolom 3 = Peluang pengamatan (berdasarkan persamaan weibull) Kolom 4 = Koreksi Peluang pengamatan Kolom 5 = Parameter untuk pembacaan luas wilayah dibawah kurva normal. Kolom 6 = Peluang teoritis = 1 – luas wilayah dibawah kurva normal Kolom 7 = Koreksi peluang teoritis = 1 – P’(X) atau sama dengan luas wilayah dibawah kurva normal Kolom 8 = Nilai uji Smirnov – Kolmogorov terdapat pada data m = 6 = 0,150

26 5.1.4 Koefisien Pengaliran Rencana (C) 5.1.5 Intensitas Hujan Rencana
Analisis intensitas hujan rencana dilakukan untuk curah hujan dengan periode ulang 5 tahun, persamaan analisis menggunakan persamaan Mononobe. Tabel 5.22 Hasil Perhitungan Hujan Rancangan Metode Distribusi Log Normal Berdasarkan perhitungan curah hujan metode log normal diketahui nilai curah hujan harian maksimum (R24) = 246,603 mm, sedangkan waktu konsentrasi hujan (tc) untuk wilayah Indonesia adalah 6 jam (Hidrologi Terapan, 2010).

27 Adapun luas daerah tinjauan (A) = 1,71 km2, nilai koefisien pengaliran rencana (C) = 0,4 dan intensitas hujan rencana (I) = 41,100 mm/jam.

28 Tertutup : Berfungsi mengalirkan air, baik yang sudah tercemar maupun yang belum tercemar, saluran ini dibangun untuk daerah dengan kepadatan tinggi dan lahan yang sempit, misalnya komersil, perkantoran, dan lain – lain. Terbuka : Saluran terbuka berfungsi untuk menyalurkan air yang belum tercemar atau kualitasnya tidak membahayakan. Lokasinya terletak pada daerah yang masih tersedia lahan serta tidak pada daerah yang sibuk.

29 BAB 6 KESIMPULAN 6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Debit banjir rencana untuk periode ulang 5 tahun (Q5) dengan metode rasional ialah 4,923 m3/detik. Dimensi drainase eksisting yang ada tidak aman karena hasil dari debit saluran lebih kecil daripada debit rencana periode ulang 5 tahun. Hasilnya sebagai berikut : Dimensi 1 : H = 0,42 m dan b = 0,52 m, hasilnya Qs = 0,310 m3/detik. Dimensi 1 : H = 0,60 m dan b = 0,60 m, hasilnya Qs = 0,697 m3/detik. Dimensi perencanaan drainase yang dipakai sebagai berikut : H = 1,75 m dan b = 1,50 m dengan kemiringan saluran 0,0025 dan dimensi saluran tersebut dapat menampung debit sebesar 5,088 m3/detik.

30 TERIMA KASIH


Download ppt "PERENCANAAN SISTEM DRAINASE"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google