Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT"— Transcript presentasi:

1 KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT
Hana Riana Permatasari

2 SISTEMATIKA PAPARAN Jawa Barat dalam Konstelasi Nasional
Latar Belakang Kajian Ketahanan Pangan Kajian Ketahanan Pangan

3 Jawa Barat dalam Konstelasi Nasional

4 JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
POTENSI JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL KONTRIBUSI JAWA BARAT TERHADAP NASIONAL KONTRIBUSI JAWA BARAT TERHADAP REGIONAL JAWA BALI KONTRIBUSI JAWA BARAT TERHADAP IBUKOTA NEGARA KONTRIBUSI TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) INDONESIA SEBESAR 13.08% (TAHUN 2016) REALISASI INVESTASI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) JAWA BARAT MENEMPATI PERINGKAT KE-1 SECARA NASIONAL (TAHUN 2016) REALISASI INVESTASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) JAWA BARAT MENDUDUKI PERINGKAT KE-2 DIBAWAH JAWA TIMUR (TAHUN 2016) PROVINSI JAWA BARAT BERKONTRIBUSI SEBESAR PERSEN (TAHUN 2016) TERHADAP PRODUKSI PADI (GKG) NASIONAL, TERBESAR KEDUA SETELAH PROVINSI JAWA TIMUR JUMLAH PENDUDUK TERBANYAK Jiwa (2016) PUSAT KEGIATAN INDUSTRI MANUFAKTUR DAN STRATEGIS NASIONAL INSTALASI VITAL NASIONAL (PENDIDIKAN, LITBANG DAN HANKAM), DIANTARANYA BERKELAS DUNIA BERBATASAN DENGAN IBUKOTA NEGARA MEMILIKI TIGA PUSAT KEGIATAN NASIONAL (PKN) DAN 3 PKN-P MEMILIKI KONDISI ALAM DENGAN STRUKTUR GEOLOGI YANG KOMPLEKS MEMILIKI TAMAN NASIONAL, SUAKA MARGASATWA DAN CAGAR ALAM PMDN TERTINGGI DI P. JAWA-BALI PENYEDIA LISTRIK DENGAN KAPASITAS DAYA TERPASANG MW : PLTA MW, PLT GEOTERMAL MW, LAINNYA MW LUAS KAWASAN HUTAN TERBESAR DI JAWA-BALI SEBLINTASAN UTAMA ARUS REGIONAL BARANG DAN PENUMPANG SUMATERA-JAWA-BALI SEBESAR (1,04 JT HA) MEMILIKI 40 DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MERUPAKAN TUJUAN WISATA DEBIT AIR PERMUKAAN 81 MILYAR M3/TAHUN DAN AIR TANAH 150 JT M3/TAHUN PENYEDIA AIR BAKU UNTUK DKI PENYEDIA BAHAN PANGAN UNTUK DKI PENYEDIA LAHAN DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG AKTIVITAS DKI

5 KETAHANAN PANGAN JAWA BARAT
(Kualitas Konsumsi Pangan) PPH JAWA BARAT 2015 KONSUMSI BERAS (Kg/Kap/Thn) No. KELOMPOK PANGAN 2015 IDEAL (+/-) Kg/Kp/thn 1. Padi-padian 25.0 119,8 100,4 19,4 2. Umbi-umbian 0.8 2.5 10,2 32,9 -22,7 3. Pangan Hewani 21.3 24.0 33 51,1 -18,1 4. Minyak dan Lemak 5.0 8,9 9,1 -0,2 5. Buah / Biji Berminyak 0.4 1.5 0,6 3,7 -3,1 6. Kacang-kacangan 5.1 10.0 7,2 12,8 -5,6 7. Gula 1.6 4,3 11,0 -6,7 8. Sayuran dan Buah 21.9 30.0 74,4 84,0 -9,6 9. Lain-lain 0.0 28,7 5,5 23,2 Total 81 100.0 287,1 310,2 -23,1 Pergub No. 60 TH 2010 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Potensi Lokal “Penurunan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat yang diiringi dengan peningkatan konsumsi sayuran dan buah, pangan hewani, kacang-kacangan serta umbi-umbian” Skor Pola Pangan Harapan (PPH) DITETAPKAN sebagai Indikator keberhasilan Pembangunan di Jawa Barat dalam Rancangan RPJMD MEWUJUDKAN MANUSIA JABAR, SEHAT, CERDAS, AKTIF PRODUKTIF DAN BERDAYA SAING

6 Latar Belakang Ketahanan Pangan

7

8 LATAR BELAKANG FAO (2014): situasi pangan global telah mengalami kemajuan yang signifikan selama dua dekade terakhir. Paradoks dengan itu, kenyataan menunjukkan masih terdapat 805 juta orang (satu dari sembilan orang) penduduk dunia yang mengalami kelaparan. Semakin nyatanya dampak pemanasan global & climate change terhadap pengadaan pangan (kekeringan/el-nino & curah hujan/lanina), & perkembangan hama penyakit tanaman. Secara tidak langsung, peningkatan IPM dapat berpengaruh terhadap pada peningkatan konsumsi & preferensi pangan yang berkualitas. Implikasinya, keamanan pangan penduduk dunia akan terancam, perlu diimbangi oleh jumlah pangan yang tersedia.

9 LATAR BELAKANG Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (Maslow dalam Krech et al., 1962) UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar itu merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin UUD 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Pertanian dengan potensi yang besar dan variatif dengan agroekosistem yang cocok untuk pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, ternak, ikan, dan hutan).

10 Kajian Ekonomi Pertanian tentang Ketahanan Pangan

11 TUJUAN Menyusun Kajian Ekonomi Pertanian mengenai Ketahanan Pangan yang mencakup: gambaran umum, permasalahan, dan rekomendasi pemecahan masalah untuk empat jenis layanan dasar ketahanan pangan yaitu Ketersediaan dan Cadangan Pangan; Distribusi dan Akses Pangan; Penganekaragaman dan Keamanan Pangan; serta Penanganan Kerawanan Pangan sebagai bahan perencanaan di bidang Ketahanan Pangan. Menyusun Rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada berbagai stakeholder ketahanan pangan, didukung berbagai sektor pembangunan, serta dibiayai oleh berbagai sumber pendanaan (APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, dan Swasta).

12 TINJAUAN PUSTAKA Suryana (2003): ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem. Gambar. Kerangka Sistem Ketahanan Pangan (Suryana 2003)

13 TINJAUAN PUSTAKA 1 2 3 Komponen KPRT
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan (UU 18/2012). Kecukupan ketesediaan pangan Tercukupinya kebutuhan konsumsi Distribusi pangan yang merata 1 Komponen KPRT 2 3

14 TINJAUAN PUSTAKA RACHMAN & SUHARTNI (1996), SUHARDJO (1996)
YUSTIKA (2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga dipengaruhi oleh: Surplus padi Daya beli/tingkat pendapatan perkapita Aksesibilitas pangan/ harga pangan ditingkat rumah tangga. Indikator ketahanan pangan rumah tangga: Tingkat kerusakan tanaman, ternak, perikanan/penurunan produksi pangan Tingkat ketersediaan pangan di rumah tangga; Proporsi pengeluaran pangan vs pengeluaran total; Fluktuasi harga-harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga; Keadaan konsumsi (kuantitas dan kualitas) Status gizi. Ketahanan pangan sangat ditentukan oleh sejumlah faktor berikut: Lahan (atau penguasaan tanah), Infrastruktur, Teknologi, keahlian dan wawasan, Energi, Dana (aspek perkreditan), Lingkungan fisik/iklim, Relasi kerja Ketersediaan input lainnya.

15 METODOLOGI DATA INDIKATOR KETAHANAN PANGAN
Kajian ini akan dilakukan dengan analisis eksploratif deskriptif yaitu untuk mengeksplorasi dan memahami makna data indikator ketahanan pangan Jawa Barat. SUBSISTEM KETERSEDIAAN SUBSISTEM AKSES PANGAN SUBSISTEM KONSUMSI Surplus produksi padi dan komoditas pangan lainnya Lahan (atau penguasaan tanah) Dana (aspek perkreditan/pembiayaan) Lingkungan fisik/iklim Teknologi ketersediaan input lainnya Sumber daya manusia pertanian Energi Bencana (Tingkat kerusakan tanaman, ternak, perikanan) Harga pangan ditingkat rumah tangga Fluktuasi harga-harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga/PPH Infrastruktur Pendidikan, Daya beli/ tingkat pendapatan perkapita dan pangsa/proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total pengeluaran pangan Struktur anggota keluarga Kemiskinan Kerawanan pangan Keadaan konsumsi pangan (kuantitas dan kualitas) Status gizi Rasio antara stok dengan konsumsi pada berbagai tingkatan wilayah

16 METODOLOGI Ruang Lingkup
Mengindentifikasi permasalahan dan potensi ketahanan pangan Mengkaji indikator ketahanan pangan, meliputi: a) Subsistem Ketersediaan, b) Subsistem Akses Pangan, dan c) Subsistem Konsumsi. Menyusun deskripsi kondisi/kinerja ketahanan pangan (Das Sein dan Das Solen) Menyusun rumusan rekomendasi indikasi perencanaan/program pengembangan ketahanan pangan di Jawa Barat Menyusun laporan (Pendahuluan, Antara, dan Akhir) Ruang Lingkup

17 METODOLOGI Desain Kajian Analisis
Kajian ini akan dilakukan dengan desain kualitatif yaitu dengan mengeksplorasi dan memahami makna data indikator ketahanan pangan (time series) yang meliputi indikator pada: 1) Subsistem Ketersediaan, 2) Subsistem Akses Pangan, dan 3) Subsistem Konsumsi. Analisis Eksploratif Deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena atau menggambarkan apa adanya suatu variable, gejala atau keadaan (Arikunto, 2002). Analisis LQ: untuk mengukur surplus padi dan komoditas pangan lainnya. Analisis SWOT: untuk menyusun Rekomendasi. Analisis

18 ANALISIS SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Matriks IFAS dan EFAS FAKTOR INTERNAL BOBOT SKALA SKOR Kekuatan (Strength) Jumlah Kelemahan (Weakness) Total Faktor Internal FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) Total Faktor Eksternal Total Faktor Internal dan Eksternal IFAS EFAS STRENGTHS (5) (Kekuatan) Faktor-faktor Kekuatan Internal WEAKNESS(W) (Kelemahan) Faktor-faktor kelemahan Internal OPPORTUNITUES (O) (Peluang) Faktor-faktor Peluang Ekstemal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang Menggunakan kekuatan Untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO meminimalkan kelemahan untuk dapat memanfaatkan peluang THREATS (T) (Ancaman) Faktor-faktor Ancaman Eksternal STRATEGI ST menggunakan kekuatan untuk dapat mengatasi ancaman STRATEGI WT kelemahan dan menghindari ancaman

19 Analisis LQ dimana:  pi= Produksi (luas panen) jenis komoditas i pada tingkat kabupaten pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan semua komoditas j pada tingkat kabupaten  Pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat provinsi Pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan komoditasi j pada tingkat provinsi  Indikator/Pengambilan keputusan LQ > 1 terdapat konsentrasi relatif di suatu wilayah dibandingkan dengan keseluruhan wilayah = komoditas i disuatu wilayah merupakan sektor basis = memiliki keunggulam komparatif.  LQ = 1 merupakan sektor non basis = tidak memiliki keunggulan komparatif = hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah itu.  LQ < 1 merupakan sektor non basis = tidak memiliki keunggulan komparatif = produksi komoditas i di wilayah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat pasokan dari luar wilayah. 

20 SUB SISTEM KETERSEDIAAN
LUAS PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata (%) A. Padi Sawah Luas panen (ha) 1,849,205 1,792,955 1,898,455 1,854,865 1,850,069 0.08 Produksi (kg) 11,180,651 10,753,612 11,538,472 11,085,544 11,128,765 (0.21) B. Padi Ladang - 115,261 125,844 131,436 124,934 124,482 1.94 453,239 518,249 544,690 559,355 526,978 5.03 C. Jagung 147,152 148,601 152,923 142,964 146,921 (0.71) 945,104 1,028,653 1,101,998 1,047,077 1,033,982 2.47 D. Kedelai 35,674 30,345 35,682 70,719 48,628 18.02 56,166 47,426 51,172 77,057 19.17 BPS (2015) & Suriadi (2010): menurunnya indikator luas panen dan produksi terhadap komoditas jagung dan padi sawah bisa disebabkan dampak paling parah dari El Nino (perubahan temperatur dan curah hujan)

21 Analisis LQ Komoditas Tanaman Pangan

22 Jumlah Sapi Potong (ekor) Produksi Daging Sapi Potong (ekor)
Jumlah Ayam Ras Potong (ekor) Produksi Telur Ayam Ras (ekor)

23 Analisis LQ Komoditas Tanaman Pangan

24 TENAGA KERJA Tenaga Kerja 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Orang
Kabupaten 3,610,109 3,888,295 3,723,342 3,739,706 2,958,105 3,583,911 Kota 65,604 78,255 80,982 81,614 72,654 75,822 Jawa Barat 3,675,713 3,966,550 3,804,324 3,821,320 3,095,547 3,672,691 Persentase (%) (0.011) (0.009) (0.000) (0.136) (0.039) 0.021 0.017 0.001 0.023 0.016 0.010 0.008 0.000 (0.112) (0.023)

25 LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING
Jenis Lahan 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Luas Lahan Kering (Ha) 1,526,834 1,652,111 1,796,400 1,770,442 1,703,245.80 Luas Lahan Sawah (Ha) 942,974 938,058 939,353 936,529 938,688.60 Jumlah (Ha) 2,469,808 2,590,169 2,735,753 2,706,971 2,641,934.40 Luas Lahan Kering (%) 61.82 63.78 65.66 65.40 64.41 Luas Lahan Sawah (%) 38.18 36.22 34.34 34.60 35.59 Jumlah (%) 100.00 1.96 1.88 (0.26) 0.00 0.90 (1.96) (1.88) 0.26 (0.90) LAHAN SAWAH Kabupaten (%) Kota Bogor (0.01) Sukabumi (0.00) Cianjur 0.06 Bandung 0.01 Cirebon G a r u t (0.02) Bekasi 0.00 Tasikmalaya 0.08 Depok C i a m i s (0.41) Cimahi Kuningan 0.03 Banjar Majalengka Sumedang 0.02 Indramayu 0.11 Subang Purwakarta 0.04 Karawang 0.05 B e k a s i Bandung Barat  2011 2012  2013  2014  2015  Rata-rata  Luas lahan Kabupaten (ha) 927,592 923,487 925,196 904,394 917,012.60 Kota (ha) 15,382 14,571 14,157 13,948 14,401.20 Total 942,974 938,058 939,353 918,342 931,413.80 Persentase - Kabupaten (%) 98.37 98.45 98.49 98.48 Kota (%) 1.63 1.55 1.51 1.52 Pertumbuhan 0.005 0.003 (0.001) 0.002 (0.078) (0.046) 0.012 (0.028)

26 IKLIM (CURAH HUJAN & HARI HUJAN)
Gambar .. Grafik curah hujan Jawa Barat (1901 – 2007)

27 KEMISKINAN) Kemiskinan 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Jiwa/Orang:
Kabupaten 4,004 3,807 3,776 3,653 3,790 3,806 Kota 647 615 599 586 633 616 Jawa Barat 4,651 4,422 4,375 4,239 Persentase (%) - 86.09 86.31 86.18 85.69 86.07 13.91 13.69 13.82 14.31 13.93 KEMISKINAN) Kabupaten Rata-rata (%) Kota Bogor 0.22 (0.24) Sukabumi (0.09) 0.30 Cianjur (0.10) Bandung (0.47) 0.02 Cirebon 0.46 Garut 0.06 Bekasi (0.61) Tasikmalaya 0.04 Depok 0.57 Ciamis (0.25) Cimahi 0.07 Kuningan (0.50) 0.00 Banjar 0.52 Majalengka (0.01) Sumedang (0.02) Indramayu (0.03) Subang 0.01 Purwakrta (0.00) karawang (0.05) 0.10 Bandung Barat

28 Angka Rata-rata Lama Sekolah
Sebagian besar penduduk Jawa Barat memiliki pendidikan setara pendidikan dasar 9 tahun. ALS di wilayah Kabupaten lebih rendah dari ALS rata-rata Jawa Barat (6,93 tahun), sebaliknya ALS di wilayah kota 9,56 tahun sedikit lebih baik dari ALS Jawa Barat. Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Begitu pula sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. sebagian besar penduduk Kabupaten/Kota ALS terkonsentrasi di Kluster II artinya umumnya penduduk Jawa Barat memiliki angka rata-rata lama sekolah 8-10 tahun.

29 Gambar. Persentase Penduduk Miskin Jawa Barat, 2007-2014
Kabupaten Rata-rata (%) Kota Bogor 0.22 (0.24) Sukabumi (0.09) 0.30 Cianjur (0.10) Bandung (0.47) 0.02 Cirebon 0.46 Garut 0.06 Bekasi (0.61) Tasikmalaya 0.04 Depok 0.57 Ciamis (0.25) Cimahi 0.07 Kuningan (0.50) 0.00 Banjar 0.52 Majalengka (0.01) Sumedang (0.02) Indramayu (0.03) Subang 0.01 Purwakrta (0.00) karawang (0.05) 0.10 Bandung Barat B AKSES PANGAN Kemiskinan 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Kabupaten (Jiwa) 4,004 3,807 3,776 3,653 3,790 3,806 Kota (Jiwa) 647 615 599 586 633 616 Jumlah 4,651 4,422 4,375 4,239 Kabupaten (%) 86.09 86.31 86.18 85.69 86.07 Kota (%) 13.91 13.69 13.82 14.31 13.93 Jawa Barat (%) 100.00 Gambar. Persentase Penduduk Miskin Jawa Barat, Sumber: BPS, 2014

30 C SUB SISTEM KONSUMSI KEADAAN POLA KONSUMSI No Kelompok Makanan
Kalori (Kkal) (+/-) Protein (Gram) 2014 2015 1 Padi-Padian 881.81 884.38 (+)2.47 20.68 20.77 (+)0.09 2 Umbi-Umbian 21.23 23.66 (+)2.43 0.23 0.28 (+)0.005 3 Ikan 32.4 32.24 (-)0.16 5.61 5.46 (-)0.15 4 Daging 52.94 61.25 (+)8.31 3.35 5.75 (+)2.40 5 Telur dan Sayur 58.1 61.3 (+)3.20 3.37 3.41 (+)0.04 6 Sayur-Sayuran 31.27 24.77 (-)6.50 1.84 1.56 (-)0.28 7 Kacang-Kacangan 51.25 47.34 (-)3.91 5.00 4.77 (-)0.23 8 Buah-Buahan 33.78 36.4 (+)2.62 0.36 0.4 9 Minyak dan Lemak 214.94 226.57 (+)11.63 0.07 0.06 (-)0.01 10 Bahan Minuman 53.1 71.39 (+)18.29 0.97 0.66 (-)0.31 11 Bumbu-Bumbuan 15.95 9.83 (-)6.12 0.71 0.46 (-)0.25 12 Konsumsi Lainya 58.67 69.68 (+)11.01 1.23 1.49 (+)0.26 13 Makanan dan Minuman Jadi 371.88 495.47 (+)123.59 11.6 14.26 (+)2.66 Jumlah 1,877.32 2,044.28 (+)166.98 55.02 59.33 (+)2.32 Sumber : Susenas Modul Konsumsi 2014 dan 2015 terangkum dalam laporan Pola Konsumsi Penduduk Provinsi Jawa Barat 2015

31 STATUS GIZI TINGGI BADAN & UMUR BALITA

32 KESIMPULAN SEMENTARA Luas Panen Padi Sawah, Padi Ladang dan Kedelai tumbuh positif sementara luas panen jagung menurun 0,21%. Produksi Padi Ladang, Jagung dan Kedelai tumbuh positif, kecuali produksi padi sawah rata-rata menurun 0,71%. Jumlah sapi potong Tumbuh di atas rata-rata, kecuali jumlah sapi potong kabupaten pada tahun 2013 menurn. Demikian jumlah sapi potong Kota di bawah rata-rata yaitu pada tahun 2011 dan 2015. Jumlah ternak ayam ras kabupaten dan kota selurhnya di atas rata-rata, kecuali jumlah ayam Ras Kabupaten tahun 2011. Produksi daging sapi potong menurun pada tahun 2014 dan 2015, demikian juga produksi daging di Kota menurun tajam sejak tahun 2014. Produksi telur ayam ras terus meningkat sejak tahun 2014, sedangkan produksi telur di Kota beberapa tahun masih di bawah rata-rata (2011, 2012, 2015).

33 KESIMPULAN SEMENTARA Tenaga kerja sektor pertanian di kabupaten mengalami penurunan sebesar 0,039%, sedangkan di Kota tumbuh 0,016%. Secara keseluruhan jumlah Tenaga kerja sector pertanian di Jawa Barat menurun 0,023%. Lahan pertanian di Jawa Barat terdiri atas Lahan Kering (64,41%) dan Lahan Sawah (35,59%). Luas lahan sawah secara rata-rata mengalami penurunan 0,90%. wilayah yang lahan sawahnya mengalami penurunan yaitu: Kab Bogor (0,01%), Kab. Sukabumi (0,00%), Kab. Ciamis (0,41%), dan Kab. Majalengka (0,01%). Wilayah kota yang luas lahan sawahnya mengalami penurunan, yaitu: Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon dan Kota Depok. Curah hujan sejak tahun 2011 terus meningkat. Curah hujan di bawah rata-rata terjadiselama 5 bulan, yaitu pada bulan Juni, Juli, Agustus, Sepetember, Oktober. Hari hujan pada bulan-bulan tertentu di bawah rata-rata, yaitu Juni, Juli, Agustus, Sepetember, Oktober. Angka kemiskinan di Kabupaten sbesar 86,07% da di Kota 13,93%. Kabupaten yang angka kemiskinannya masih positif yaitu Bogor, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Kuningan,Cirebon, Subang dan Bekasi. Sementara di Kota, yaitu Sukabumi, Cirebon, Depok, Cimahi, dan Banjar.

34 Terima kasih… 


Download ppt "KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google