Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PENILAIAN ASPEK ASPEK DALAM S K B
Identifikasi & Verifikasi Aspek Pasar – Pemasaran Identifikasi & Verifikasi Aspek Teknik – Teknologi Identifikasi & Verifikasi Aspek Manaj & SDM EVALUASI & PENILAIAN ASPEK ASPEK DALAM S K B Identifikasi & Verifikasi Aspek Yuridis Identifikasi & Verifikasi Aspek Ek & Lingk Identifikasi & Verifikasi Aspek Finansial Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
2
PENILAIAN ASPEK PASAR & PEMASARAN DALAM S K B
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 1. Pendahuluan Aspek Pasar & Pemasaran merupakan aspek yang pertama dianalisis dalam SKB. Hal ini disebabkan agar dapat diketahui apakah proyek yang akan didirikan atau produk yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen / pasar. Fokus evaluasi aspek pasar & pemasaran ini mencakup 3 hal pokok, yaiyu memperoleh gambaran mengenai : > Permintaan pasar atas produk yang akan dihasilkan > Persaingan dan pangsa pasar > Faktor lingkungan ekstern dan ekonomi makro yang dapat mempengaruhi permintaan atas produk tersebut 2. BEBERAPA PENGERTIAN Pasar merupakan tempat di mana kekuatan permintaan dan penawaran saling bertemu untuk membentuk suatu harga. Atau, pasar merupakan kumpulan manusia yang menginginkan kepuasan, memiliki uang, dan mempunyai kemauan untuk membelanjakan uangnya. Jadi, terdapat 3 faktor utama terjadinya pasar, yaitu manusia dengan segala keinginan, daya beli, dan tingkah lakunya. ( Husein Umar, 2000 ) Sedangkan istilah pemasaran ( marketing ) masa kini diartikan sebagai suatu upaya untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen / satisfying consumer needs and wants. ( Kotler, P & Armstrong, G : 1997 ). Dengan demikian perlu dilakukan riset pasar agar dapat diketahui hal-hal mengenai : - Apa yang diinginkan konsumen - Bagaimana agar produk yang akan dihasilkan dapat memberikan superior value dan harga yang bersaing - Bagaimana dilakukan promosi secara efektif. Empat hal diatas sering disebut sebagai marketing mix, yang merupakan bauran dari 4P, yaitu : Product, Price, Place, and Promotion. Marketing mix ini merupakan alat pemasaran yang harus digunakan secara bersamaan agar konsep inti pemasaran ( core marketing concept’s ) dapat dijalankan.
3
PENILAIAN ASPEK PEMASARAN
3. ANALISIS PELUANG PASAR Telah dijelaskan di atas bahwa konsep pemasaran adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan melalui pemenuhan kepuasan konsumen, yang secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut. Untuk dapat mencapai tujuan di atas, hal-hal yang perlu dianalisis dalam aspek ini adalah : a. Lingkungan pemasaran ( marketing environment ) b. Pasar konsumen ( consumer markets ) dan tingkah laku pembeliannya ( buying behavior ) c. Industri dan persaingan d. Identifikasi segmen pasar ( market segments ) dan target pasar ( market targets ) MENGANALISIS PELUANG PASAR Hal-hal yang perlu dianalisis dalam lingkungan pemasaran adalah : - Kebutuhan ( needs ) dan trend pasar - Lingkungan makro, mencakup lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik,, dan lingkungan sosial budaya. Market Customer Integrated Profit through Needs Marketing customer satisfactions The Marketing Concept
4
PENILAIAN ASPEK PEMASARAN
BUYING BEHAVIOR Kotler & Armstrong ( 1997 ) menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen ( buying behavior ) sebagai berikut ini : ANALISIS INDUSTRI DAN PERSAINGAN Michael E. Porter ( 1985 ) menyatakan bahwa terdapat 5 kekuatan yang mempengaruhi profitability perusahaan dalam menghadapi persaingan, yaitu : INDUSTRY COMPETITORS ( Segment rivalry ), POTENTIAL ENTRANTS ( Ancaman Pendatang Baru ), BUYERS ( Buyer power ), SUBSTITUTES ( Produk Substitusi ), SUPPLIERS ( Supplier power ). CULTURAL Culture Subculture Social class SOCIAL Reference Group Family Roles & Statuses Age & life Cycle stage Occupation Economic Circumstances Life style Personality & Self concept PERSONAL PSYCHOLOGICAL Motivation Perception Learning Beliefs and attitudes B U Y E R Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
5
PENILAIAN ASPEK PEMASARAN
MENGIDENTIFIKASI MARKET SEGMENTS DAN TARGET MARKETS - Market Segments adalah suatu kelompok konsumen yang dengan cara yang sama merespond suatu produk.Jadi melakukan market segmentation berarti membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang masing-masing kelompok berbeda kebutuhannya, karakteristiknya, atau tingkah lakunya terhadap berbagai produk. - Target Market adalah suatu kelompok pembeli yang mempunyai kebutuhan atau karakteristik yang sama di mana perusahaan memutuskan untuk dapat memenuhi atau melayaninya. Jadi, market targeting adalah suatu proses evaluasi kekuatan setiap market segment dan menyeleksi satu atau beberapa segment untuk dimasukinya. MARKET SEGMENTATION MARKET TARGETING MARKET POSITIONING 1. Identify bases for Segmentaing the market 2. Developing profiles of Resulting segments 3. Develop measures of Segment attractiveness 4. Select the target Segment(s) 5. Develop positioning for each target segment 6. Develop marketing mix for each target segment
6
PENILAIAN ASPEK TEKNIK & TEKNOLOGI DALAM S K B
1. ASPEK PRODUKSI, TEKNIK DAN TEKNOLOGI Produksi adalah suatu proses atau rangkaian aktivitas yang diperlukan untuk membuat suatu barang & jasa yang mempunyai nilai ekonomis atau nilai guna ( Moch. Ichsan, dkk : 1998 ). Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan input menjadi output berupa barang & jasa ( Sofyan Assyauri : ) Jadi produksi merupakan suatu sistem untuk menyediakan barang & jasa yang akan dikonsumsi masyarakat. Sistem Produksi Contoh : INPUT OUTPUT Bank Peralatan komputer, tellers, Jasa Pelayanan staff, dll keuangan Pabrik Kayu, mesin / peralatan, Meja, kursi, Perabot Tenaga Kerja, dana, dll lemari, dll Hotel Perlengkapan hotel, Jasa akomodasi, receptionist, dll hiburan, dll Material SDM Mesin Enerji Modal Informasi Metode INPUT Proses Konversi TRANSFORMASI Barang & Jasa OUTPUT Feed back loop Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
7
SISTEMATIKA ASPEK TEKNIK
ASPEK TEKNIS Pemasaran Finansial dan Ekonomi Letak Lokasi Proses Produksi Kapasistas Instalasi Seleksi Peralatan Bangunan Sipil Desain Engineering Pendahuluan Desain Engineering Terinci Gambar Cetak Biru Instalasi Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
8
ASPEK PRODUKSI 2. TAHAP TAHAP PERSIAPAN PRODUKSI
A. Menetapkan produk yang akan diproduksi dan kapasitas produksi Kepuasan konsumen merupakan tujuan utama perusahaan dalam memasarkan produknya. Jika konsumen tidak merasa puas terhadap produk yang dihasilkan perusahaan maka perusahaan tidak dapat menghasilkan keuntungan sehingga dalam jangka panjang tidak akan dapat survive ( bertahan ). Oleh karena itu, perusahaan harus membuat dan memasarkan produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. Untuk mengetahui kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen, perusahaan melakukan riset pasar sehingga dapat diperoleh informasi mengenai jenis, kualitas, dan kuantitas produk yang sebaiknya diproduksi. Sedangkan kapasitas produksi merupakan suatu batas kemampuan unit produksi untuk berproduksi dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran per satuan waktu, misalnya : 1000 ton/bulan. B. Menetapkan lokasi proyek Tujuan penentuan lokasi perusahaan / pabrik / tempat usaha secara tepat adalah agar membantu perusahaan untuk dapat beroperasi secara lancar, efektif dan efisien. Dengan demikian perusahaan dapat menyediakan barang/jasa yang tepat pada waktunya dengan jumlah, kualitas, serta harga yang l ayak serta masih dapat memperoleh keuntungan. Dengan adanya penentuan lokasi secara tepat, maka perusahaan diharapkan akan mempunyai kemampuan dalam : - Melayani konsumen dengan memuaskan; - Mendapatkan bahan baku secara tepat, kontinyu,, dan harga yang layak; - Mendapatkan tenaga kerja yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas - Serta memungkinkan untuk perluasan di masa mendatang. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi proyek : 1. Faktor Primer, meliputi : a. Mendekati pasar ( konsumen ); b. Mendekati sumber bahan baku; c. Terdapat fasilitas pengangkutan; d. Tersedia TK secara memadai; e. Terdapat pembangkit tenaga listrik Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
9
ASPEK PRODUKSI Faktor Sekunder, meliputi : a. Rencana masa depan;
b. Biaya tanah / gedung dikaitkan masa depan; c. emungkinan perluasan; d. Terdapat service facilities ( a.l bengkel mesin, rumah sakit, kantor pos ); e. Terdapat financial facilities f. Water supply; g. Sikap dan budaya masyarakat sekitar C. Menjamin Ketersediaan Bahan Ketersediaan bahan di sini adalah bagaimana menyediakan bahan dalam kuantitas, kualitas, harga, dan pemasok yang tepat. D. Lay Out 1. Perencanaan Bangnan Bangunan yang didirikan harus : - Memenuhi tujuan untuk dapat melindungi semua input produksi ( bahan, peralatan, karyawan, dll ) dari cuaca ( panas / hujan ), kehilangan, dan resiko keruguan lainnya. - Disesuaikan dengan mesin / peralatan produksi yang akan digunakan sehingga dapat ditetapkan kekuatan / jenis bahan bangunan dan bentuk bengunan ( bertingkat / tidak ). Pertimbangan – pertimbangan dalam pembuatan bangunan : a. Fleksibilitas, yaitu bagaimana agar bangunan dapat dirubah dengan biaya yang tidak terlalu mahal apabila diperlukan. b. Kemungkinan perluasan / ekspansi, Bangunan harus didisain sedemikian rupa sehingga mempermudah didirikan tambahan bangunan di masa depan apabila perusahaan melakukan ekspansi. c. Fasilitas bagi karyawan, sehingga mereka mendapatkan kesenangan kerja dan dengan demikian didapat moral & produktivitas kerja yang tinggi ( misalnya : AC, tempat istirahat, kantin, toilet, musholla, dll. ). d. Perlindungan kepada karyawan terhadap bahaya kebakaran, keamanan, keselamatan kerja, kesehatan ( debu, polusi ). e. Kekuatan & kapasitas lantai yang memadai dikaitkan dengan mesin / peralatan yang digunakan.
10
ASPEK PRODUKSI 2. Penyusunan peralatan pabrik ( plant lay out ) Plant lay out berkaitan dengan masalah penyusunan mesin / peralatan produksi dalam pabrik, yaitu bagaimana mesin/peralatan produksi disusun sehingga proses produksi dapat dilakukan secara efesien dan efektif yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perolehan laba dan kelangsungan hidup usaha perusahaan. Terdapat 2 cara pengaturan lay out, yaitu : a. Process Lay out, yaitu di mana mesin/peralatan yang sama ditempatkan/dikelompokkan dalam satu area/departemen yang sama. Lay out ini biasanya digunakan untuk perusahaan yang berdasarkan job order, misalnya penjahit. b. Product Lay out, yaitu di mana mesin/peralatan produksi disusun menurut urut-urutan proses produksi untuk menghasilkan suatu produk. Sistem ini biasa digunakan untuk perusahaan yang memproduksi secara massa ( mass production ). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun lay out : - Produk yang dihasilkan, mencakup besar, berat, dan sifat produk yang dihasilkan. Misal, apabila produk yang dihasilkan besar dan mudah pecah maka dibutuhkan ruang yang besar. - Urutan produksi, khususnya untuk product lay out. - Besar/bentuk/jumlah mesin/peralatan yang dibutuhkan - Kemudahan dilakukan maintenance - Adanya balancing capacities - Fleksibilitas pengaturan mesin/peralatan - Diupayakan minimum movement karena dengan gerak yang lebih sedikit biaya yang terbeban akan lebih rendah - Service area bagi pekerja/karyawan yang cukup memadai. 3. HAL TERPENTING YANG PERLU DIEVALUASI DALAM ASPEK PRODUKSI A. Pemilihan Teknologi Agar produk yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi, maka harus digunakan teknologi tepat guna sehingga diharapkan perusahaan mampu : - Meningkatkan kualitas produk, - Menekan harga pokok produksi karena peningkatan efisiensi proses produksi : antara lain melalui upaya :
11
ASPEK PRODUKSI > mempercepat proses produksi.
Proses produksi yang lebih cepat diharapkan dapat menghemat pemakaian tenaga listrik dan mempercepat pengiriman produk ke konsumen. > Mengurangi limbah ( waste ) bahan baku. Persyaratan Dalam Pemilihan Teknologi : - Mutu, spesifikasi, dan jenis produk yang akan dihasilkan dengan menggunakan teknologi tersebut dapat diterima konsumen; - Teknologi yang dipilih dapat menjamin tercapainya kapasitas produksi ekonomis ( kapasitas produksi yang paling menguntungkan ); - Teknologi yang dipilih tidak akan menimbulkan kesulitan dalam pengadaan tenaga teknis, bahan baku/pembantu, suku cadang; - Sedapat mungkin teknologi yang dipilih dapat menghasilkan sebanyak mungkin jenis produk dengan menggunakan bahan baku yang sama; - Teknologi yang dipilih pernah diterapkan di tempat/negara lain secara berhasil; - Teknologi yang dipilih tidak menimbulkan dampak lingkungan negatif bagi masyarakat sekitar. B. Pemilihan Peralatan Produksi Pemilihan peralatan produksi ( jumlah & jenis ) harus dikaitkan dengan : - Teknologi yang akan digunakan; - Kapasitas produksi; - Balancing capacities. C. Pasokan bahan Baku / Pembantu Dalam penyusunan SKB perlu dievaluasi kontinuitas pengadaan dan sumber pasokan bahan baku, misalnya : - Apakah bahan baku proyek merupakan bahan mentah ( SDA ) atau barang setengah jadi; - Apakah sumber pasokan dari dalam negeri atau luar negeri. Apabila dari LN perlu dikaji mengenai faktor-faktor yang terkait dengan political risks, exchange rate, competitions, dan transportations.
12
Proses Intermitten (Batch)
TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses Kontinu Proses umumnya menghasilkan volume output yang besar dan berulang-ulang (repetitive). Proses Intermitten (Batch) Proses yang digunakan bermacam-macam proses yang berbeda sehingga dapat menghasilkan lebih dari satu variasi produk. Otomatisasi dan CAM (Computer Aided Manufacturing) Meminimalkan penggunaan tegana kerja manusia dan meninggi akurasi serta meminimalkan bahaya.
13
PENILAIAN ASPEK MANAJEMEN & SUMBER DAYA MANUSIA
Analisis aspek manajemen pada penyusunan SKB mencakup 2 tahap, yaitu pada masa pembangunan proyek (pra operasi ) dan masa operasional 1. MASA PEMBANGUNAN PROYEK Kegagalan suatu proyek dapat terjadi apabila tenaga kerja pada masa pembangunan proyek kurang berkualitas. Oleh sebab itu, pada masa pembangunan ( konstruksi ) harus terdapat keterpaduan antara ketrampilan tenaga manusia dengan dengan kapasitas peralatan sejak tahap perencanaan sampai dengan proyek selesai dan diserahkan kepada pemilik proyek. Pembangunan proyek dapat dilakukan oleh perusahaan kontraktor atau dapat pula dilakukan secara borongan yang dipimpin oleh mandor borongan. Terdapat 3 fungsi manajemen yang harus dilaksanakan dalam masa pembangunan proyek, yaitu : A. Perencanaan proyek Tujuan perencanaan proyek adalah aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan rencana dan apabila terjadi penyimpangan ( misalnya : keterlambatan ) diupayakan agar penyimpangannya tidak materiil. Pada tahap perencanaan ini disusun suatu rencana kerja pembangunan proyek sampai dengan masa uji coba Hal – hal yang dianalisis meliputi jenis pekerjaan, waktu pelaksanaan tiap jenis pekerjaan, tenaga pelaksana, peralatan, dan anggaran. Perencanaan yang lengkap dan matang akan menentukan keberhasilan proyek secara optimal. Ang dimaksud optimal disini adalah proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan kualitas dan anggaran yang ditentukan. Dengan demikian, perencanaan harus dapat mengakomodasikan seluruh kebutuhan dan kepentingan pelaksanaan konstruksi, yaitu mulai dari hal-hal yang bersifat teknis sampai dengan yang bersifat sosial. B. Realisasi Pembangunan Proyek / Pelaksanaan Konstruksi Pada tahap ini, selain mempersiapkan ijin-ijin, organisasi, dan petugas lapangan, disusun pula suatu jadual rencana kerja secara spesifik. Penyusunan jadual kerja yang paling sederhana adalah menggunakan bagan balok ( bar chart ), seperti contoh dibawah ini.
14
PENILAIAN ASPEK MANAJEMEN & SDM
C. Pengendalian Pengendalian dilakukan selama masa konstruksi sampai dengan proyek selesai. Pengendalian selama masa konstruksi dilakaukan dengan selalu mengikuti laporan & evaluasi pekerjaan secara teratur ( harian, mingguan, bulanan ), biasanya dilengkapi dengan foto-foto yang menunjukkan realisasi kemajuan penyelesaian pekerjaan proyek secara fisik. Jadi proses pengendalian ( waktu & kualitas ) merupakan suatu pemantauan langkah demi langkah terhadap proses pelaksanaan suatu pekerjaan, mencakup metode kerja, peralatan & tenaga kerja termasuk keamanan & keselamatan kerja. 2. MASA OPERASIONAL Pada masa operasional, kebutuhan SDM perlu diestimasi menurut jumlah, keahlian, pengalaman, tingkat pendidikan, gaji / upah, dan kebutuhan masing-masing bagian. Apabila dibutuhkan adanya tenaga asing, perlu diestimasi pula proporsi banyaknya tenaga asing yang akan digunakan. Misalnya, pada proyek Hotel perlu diestimasi kebutuhan SDM baik TK Langsung maupun TK Tak Langsung untuk masing-masing bagian. Disamping kebutuhan jumlah dan tingkat pendidikan SDM, diperlukan pula standarisasi kebutuhan dalam hal : a. Keahlian / pengalaman kerja; b. Gaji / upah dan tunjangan; Kriteria lain ( apabila dinilai penting ), seperti : memiliki sikap ramah ( bagian Humas ). Pada industri jasa penerbangan, misalnya dibutuhkan kriteria khusus bagi pramugari / pramugara, seperti tidak berkaca mata, berpenampilan menarik dengan minimal tinggi badan tertentu & berat badan seimbang. Estimasi kebutuhan dan kriteria standard SDM / TK harus disesuaikan dengan struktur organisasi perusahaan Rencana Pengisian Jabatan Pada beberapa perusahaan, biasanya siapa yang akan mengisi jabatan tingkat atas telah direncanakan sebelumnya, misalnya : untuk jabatan komisaris dan direksi. Pihak yang dicalonkan mengisi jabatan-jabatan tersebut sebaiknya adalah orang-orang yang memiliki performance pribadi yang baik, misalnya : a. Dikenal sebagai tokoh masyarakat yang jujur b. Dikenal sebagai mitra usaha yang baik c. Dalam dunia perbankan, dinilai sebagai nasabah yang baik d. Sedapat mungkin memiliki pengalaman dalam bidang manajerial dengan reputasi baik. Informasi yang digunakan untuk menilai performance pribadi tersebut biasanya bersumber dari sesama pengusaha, media masa, perbankan, dll.
15
PENILAIAN ASPEK MANAJEMEN & SDM
Sumber Pengadaan TK / SDM TK / SDM yang dibutuhkan sesuai standardisasi perusahaan adalah cukup langkah dan mungkin tidak mudah mendapatkannya. Oleh karena itu, dalam penyusunan SKB sebaiknya dicantumkan indikasi sumber pengadaan TK / SDM, misalnya dari : a. Kelompok perusahaan; b. Daerah sekitar proyek; c. Lembaga pelatihan ( LPK ), lembaga-lembaga yang menspesialisasikan diri dalam bidang penyaluran TK, Perguruan Tinggi, dll; d. Luar Negeri, misalnya kebutuhan tenaga expert dari Jepang atau Korea ( untuk perusahaan otomotif & elektronik ), dari Hongkong atau Taiwan ( untuk Chinese Restaurant ), dll. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
16
KEGIATAN PERENCANAAN Kegiatan Perencanaan meliputi
Menyeleksi tim penganalisis sistem Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas Membuat jadwal proyek sehingga tugas-tugas bisa diselesaikan sesuai waktu yang direncanakan Dua tool untuk perencanaan dan kontrol proyek adalah Gantt Charts dan PERT (Program Evaluation and Review Techniques) diagram MEMPERKIRAKAN WAKTU YANG DIPERLUKAN Proyek dibagi ke dalam beberapa fase Kemudian dibagi ke dalam tugas / kegiatan Terakhir dibagi ke perincian kegiatan yang lebih detil Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap tugas / kegiatan Bisa menggunakan most likely, pessimistic, and optimistic perkiraan untuk waktunya Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
17
Mudah untuk membuat dan menggunakannya
GANTT CHARTS Mudah untuk membuat dan menggunakannya Menunjukkan fase pengumpulan informasi atau analisis proyek Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
18
CONTOH GANTT CHARTS Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
19
PERT DIAGRAM PERT - Program Evaluation and Review Technique
PERT diagrams menunjukkan prioritas, kegiatan yang harus diselesaikan sebelum melakukan kegiatan berikutnya Digunakan untuk menghitung the critical path, the longest path kegiatan tersebut Ini adalah cara tercepat untuk menyelesaikan suatu proyek PERTT DIAGRAM ADVANTAGE : Mudah mengidentifikasi order prioritas Mudah mengidentifikasi critical path / aktifitas Mudah menentukan waktu kendur Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
20
CONTOH DIAGRAM PERT Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
21
PENILAIAN ASPEK YURIDIS / LEGAL
Dalam penyusunan SKB, analisis sisi yuridis sangat penting dilakukan. Hal ini untuk menghindari adanya proyek fiktif atau perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara “ illegal “. Yang dimaksud dengan “ Illegal “ di sini misalnya apabila perusahaan tidak memiliki ijin usaha atau proyek yang bidang usahanya dilarang oleh Pemda / negara / wilayah setempat. Disamping itu, evaluasi aspek yuridis mencakup pula mengenai : 1. Bentuk Badan Hukum Perusahaan; 2. Legalitas pelaksanaan proyek ( apakah perusahaan beroperasi sesuai ijin yang diberikan oleh Pemerintah setempat ); 3. Identitas Pelaksana proyek; 4. Lokasi ( tempat ) pelaksanaan proyek; 5. Waktu pelaksanaan proyek; 6. Cara pelaksanaan proyek. BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN Terdapat beberapa bentuk usaha di Indonesia, yaitu : A. Perusahaan Perorangan Perusahaan perorangan sebenarnya merupakan bentuk usaha yang tidak memiliki badan hukum. Usaha ini di miliki oleh satu orang dan oleh karena itu segala pengelolaan serta pengawasan usahanya dilakukan oleh pemilik sendiri. Seluruh keuntungan usaha merupakan hak sepenuhnya bagi pemilik, demikian pula resiko kerugian usaha seluruhnya dipikul oleh pemilik. B. Firma Firma merupakan suatu bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa orang. Semua anggota memiliki tanggung jawa yang sama termasuk tanggung jawab terhadap hutang maupun memikul kerugian yang mungkin terjadi. Apabila salah seorang anggota mengundurkan diri, otomatis Firma tersebut bubar. C. Perusahaan Komanditer ( CV ) CV merupakan suatu persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang dimana masing-masing menyerahkan sejumlah uang dalam jumlah yang tidak perlu sama. Terdapat 2 macam sekutu, yaitu yang bersedia mengelola perusahaan dan yang hanya menanamkan dananya dalam perusahaan. D. Perseroan Terbatas ( PT ) Badan usaha yang berbentuk PT adalah melibatkan beberapa orang yang menanamkan dananya ke perusahaan sebagai tanda kepemilikan atas perusahaan yang bersangkutan. Tanda kepemilikan atas PT disebut sebagai Saham dan penanam dana disebut sebagai Pemegang Saham. Terdapat 2 macam pemegang saham, yaitu pemegang saham preferen ( prefered stock ) dan pemegang saham biasa ( common stock ). Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
22
PENILAIAN ASPEK YURIDIS / LEGAL
E. BUMN / BUMD BUMN / BUMD adalah perusahaan yang mayoritas kepemilikannya oleh Pemerintah / Pemerintah Daerah, misalnya : PT. Garam ( Persero ), PT. Danareksa ( Persero ), PT. Bank Mandiri ( Persero ), dll. F. Koperasi Koperasi adalah merupakan suatu usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi ( misalnya : Koperasi Produksi, Koperasi Konsumsi, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Sumber Usaha ) untuk kesejahteraan para anggotanya. Dalam penyusunan SKB, perlu diketahui bentuk badan usaha dari proyek karena masing-masing jenis bentul badan usaha memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan analisis yuridis secara berbeda. LEGALITAS PERUSAHAAN Yang dimaksud legalitas di sini adalah apakah pendirian dan operasional perusahaan telah memenuhi ketentuan-ketentuan Pemerintah. Misalnya, telah memiliki : - Pengesahan perusahaan ( untuk PT ) oleh Menteri Kehakiman; - Tanda Daftar Perusahaan ( TDP ), Surat Ijin Usaha Perdagangan ( SIUP ), Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ), Keanggotaan / sertifikasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi, dll; - Untuk beberapa usaha tertentu diperlukan ijin gangguan ( HO ), Analisa Dampak Lingkungan ( AMDAL ); - Untuk eksportir / importir diperlukan surat-surat ijin khusus yang dipersyaratkan bagi eksportir / importir. IDENTITAS PELAKSANA PROYEK Identitas dari pelaksana proyek perlu diteliti apakah memenuhi ketentuan / perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan penelitian, misalnya : - Kewarganegaraan; - Informasi Bank; - Keterlibatan Perkara Pidana / Perdata; - Hubungan keluarga antar pengurus. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
23
PENILAIAN ASPEK YURIDIS / LEGAL
LOKASI ( TEMPAT ) PELAKSANAAN PROYEK Penelitian perihal lokasi ini lebih dititik beratkan pada : > Perencanaan Wilayah Lokasi proyek harus disesuaikan dengan rencana wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah; > Status Kepemilikan Tanah WAKTU PELAKSANAAN PROYEK Proyek baru dapat melaksanakan kegiatan operasional apabila seluruh ijin terkait telah lengkap dan masih berlaku. SYARAT PELAKSANAAN PROYEK Pada beberapa proyek dibutuhkan tambahan dana pinjaman yang bersumber dari Bank, Modal Ventura, Lembaga Leasing, atau pihak ketiga lainnya. Berkaitan dengan pinjaman dana tersebut, biasanya terdapat beberapa syarat khusus yang ditentukan oleh pihak kreditor dan harus dipenuhi oleh pelaksana proyek sebagai debitor. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
24
PENILAIAN ASPEK EKONOMI & LINGKUNGAN
1. ANALISIS ASPEK EKONOMI Hal-hal yang perlu dianalisis mengenai aspek ekonomi dalam penyusunan SKB adalah berkaitan dengan manfaat proyek terhadap perekonomian nasional & sosial serta masalah-masalah yang menghambat pembangunan ekonomi. A. MANFAAT PROYEK BAGI PEREKONOMIAN Yaitu apakah proyek dapat : > Membuka lapangan kerja baru; > Memberdayakan sumber daya nasional; > Menghasilkan & menghemat devisa; > Mendorong pertumbuhan industri lain; > Memenuhi kebutuhan masyarakat; > Menambah pendapatan nasional. B. HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN PROYEK > Iklim yang kurang mendukung ( biasanya terkait dengan proyek agribisnis ); > Kualitas SDM dan SDA kurang menunjang sehingga berakibat pada produktivitas yang rendah; > Kurangnya modal ( capital ) yang tersedia sehingga berdampak negatif terhadap penyelesaian dan kesinambungan operasional proyek; > Tidak stabilnya nilai tukar ( kurs ); > Tingginya tingkat suku bunga Bank; > Situasi serta kondisi sosial politik dan keamanan nasional yang kurang kondusif. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
25
PENILAIAN ASPEK EKONOMI & LINGKUNGAN
2. ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN Analisis aspek lingkungan dalam SKB mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL dikenal sejak 1985-an. AMDAL adalah analisis mengenai dampak suatu proyek ( kegiatan ) terhadap lingkungan hidup. Tujuan dilakukan AMDA terutama adalah agar kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik dan tidak mengalami kerusakan dengan berdirinya proyek. Contoh pencemaran lingkungan : - Tercemarnya kali Surabaya akibat pembuangan limbah industri; - Hutan gundul akibat penebangan kayu secara liar, maupun adanya illegal logging; - Udara di Gresik tercemar oleh zat Amonia akibat bocornya saluran PT. Petro Kimia. Bidang usaha yang membutuhkan AMDAL dalam pendiriannya sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-11/MENLH/3/94 tanggal 19 Maret 1994, adalah usaha dalam : > industri pertambangan & enerji ( a.l. batu bara, PLTA, PLTD ); > Kesehatan ( RS, industri farmasi ); > PU ( waduk, Irigasi, jalan raya / tol ); > Agribisnis ( tambak > 59 ha, pertanian > ha, perkebunan > ha ); > Parpostel ( Hotel, Padang Golf, tempat rekreasi / hiburan ); > Lahan Transmigrasi ( ha ); > Industri berat ( semen, kimia, baja, baterai, kayu, galangan kapal, pesawat terbang, dll ); > Perhubungan ( ( pelabuhan ); > Perdagangan ( > 5. Ha ); > Hankam ( Pangkalan laut / udara, Pusat Latihan Tembak ), Nuklir; > Kehutanan ( Taman Safari, HPH ). Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
26
AMDAL VS ANDAL AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Merupakan hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) Merupakan Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Dampak adalah perubahan lingkungan yang amat mendasar diakibatkan oleh kegiatan. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
27
ASPEK AMDAL PP 29 tahun 1986 pasal 6, AMDAL merupakan komponen studi kelayakan dari rencana kegiatan, sehingga bagi proyek tertentu tahap implementasi belum dapat dimulai sebelum AMDAL diselesaikan dan disetujui oleh pihak yang bertanggung jawab. PP Nomor 51 tahun 1993 dimaksudkan sebagai penyempurnaan ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup serta beberapa keputusan menteri yang menyertainya (Kep-11?MENLH/3/94 dan Kep-12/MENLH/3/94) LANDASAN UTAMA : Memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan lokasi proyek dan alam sekitarnya. Mengelola penggunaan sumber daya secara bijaksana dengan merencanakan, memantau, dan mengendalikan secara bijaksana. Memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
28
POTENSI SUMBER PENCEMARAN
MASUKAN Bahan Mentah Bahan Penolong (Katalis) Energi PROSES PENGOLAHAN Mekanis Fisika Kimia KELURAN Produk Limbah Non Reguler Limbah Reguler Sumber Pencemaran Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
29
POLUTAN INDUSTRI INDUSTRI POTENSI JENIS PENCEMARAN
Pabrik Kertas dan Pulp BOD, COD, NH3, SS, DS Pengolahan Susu pH, BOD, COD, SS, DS Pengawetan dan Pengalengan Sayur pH, BOD, SS Pengawetan Makanan BOD, COD, SS, DS, Cl Gula dari Tebu BOD, COD, SS, DS, NH3 Pemintalan Tekstil BOD, COD, DS, warna, SS, Cu, Cr, Zn, G Pabrik Semen DS, SS, pH, Panas Pabrik Kimia Anorganik BOD, COD, SS, basa, panas, partikel logam berat Pabrik Pupuk pH, P, F, Cd, As, V, N, O, NO3 Kilang Minyak Bumi O, S, Phenol, NH3, O, SS, DS, warna, partikel logam berat, N, O&G, panas Pabrik Logam BOD, SS, DS, COD, Cn, pH, P, logam berat, panas BOD – Biochemical Oxigen Demand DS – Dissolved Solid COD – Chemical Oxigen Demand O – Oil SS – Suspended Solid G - Grease Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
30
PENILAIAN ASPEK FINANSIAL
Hal-hal yang perlu dianalisis dalam aspek Finansial ( aspek keuangan ) mencakup : 1. Rencana Biaya Proyek ( Cost of Project ) 2. Peramalan ( Forecasting ) 3. Penilaian Investasi ( Investment Valuation ) 4. Analisis Sensitivitas ( Sensitivity Analysis ) 5. Pada proyek pengembangan, diperlukan pula analisis finansial existing ( berupa analisis ratio & analisis arus kas / cash flow ) yang merupakan penilaian kinerja ( performance ) perusahaan selama beberapa tahun terakhir ( sebelum adanya proyek pengembangan ). 1. ANALISIS KINERJA KEUANGAN EXISTING Sumber informasi yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan adalah Laporan Keuangan ( Financial Statement ) yang terdiri dari atas : A. Neraca ( Balance Sheet ) B. Laporan Laba / Rugi ( Income Statement ) C. Laporan Arus Kas ( Cash Flow Statement ) Alat-alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah : A. Analisis Ratio ( Ratio Analysis ) B. Analisis Arus Kas ( Cash Flow Analysis ) Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
31
ALAT ANALISIS KEUANGAN
1. ANALISIS RASIO Tujuan analisis rasio keuangan : a. Membandingkan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan antar beberapa periode waktu ( time series comparison ). b. Membandingkan antara rasio - rasio keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan perusahaan lain di industri yang sama dan dalam periode yang sama ( cross sectional comparison ). c. Membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dengan rasio yang dinilai baik secara umum. Misalnya rasio likuiditas yang baik biasanya > 100% Pertama kali yang harus dianalisis dari suatu perusahaan adalah apakah perusahaan mampu bertahan dan tumbuh ( sustainable growth ). Perusahaan yang dinilai kurang mampu disarankan untuk tidak melakukan pengembangan. Pengukuran kemampuan perusahaan untuk bertahan & tumbuh tersebut adalah dengan “ Sustainable Growth Rate “, yang diformulasikan sbb : ROE x ( 1 – Deviden Payout Ratio ) ROE ( Return On Equity ) digunakan untuk menilai kinerja & kemampuan para manajer perusahaan dalam mengelola dana setoran modal para pemegang saham. ROE diformulasikan sbb : Net Income Shareholder’s Equity ( 1 – DPO ), merupakan proporsi dana hasil keuntungan yang tidak digunakan untuk pembayaran devidend. Proporsi dana ini dapat digunakan perusahaan untuk pengembangan ( pertumbuhan ) usaha Cash Devidends DPO = ___________
32
SUSTAINABLE GROWTH RATE FRAMEWORK FOR FINANCIAL RATIO ANALYSIS
Devidend Payout R O E OPERATING MANAGEMENT ASSETS MANAGEMENT FINANCIAL LEVERAGE PROFITABILITY RATIOS ASSETS TURN-OVER LIQUIDUTY RATIOS LEVERAGE INTEREST COVERAGE RATIOS Sumber : Brealey, RA. & Myers, 1996
33
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
A. OPERATING MANAGEMENT > Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari operasi usahanya; > Apakah perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Alat ukurnya adalah Profitability Ratios, yang terdiri dari : 1. Cost to Sales Adalah prosentase total biaya operasional terhadap penjualan. Semakin kecil prosentase biaya terhadap laba, perusahaan dinilai semakin efisien. 2. Gross Profit Margin Adalah prosentase laba kotor ( gross profit ) terhadap penjualan. Semakin besar nilai prosentase, perusahaan dinilai semakin efisien dalam pengelolaan biaya bahan, TK Langsung dan FOH. 3. Net Profit Margin Adalah prosentase laba bersih ( nett income ) terhadap penjualan. Semakin besar nilai prosentase, perusahaan dinilai semakin efisien. B. ASSETS MANAGEMENT Menunjukkan efisiensi pengelolaan assets oleh manajemen, yang dapat diukur dengan assets turn-over, yang terdiri dari : S a l e s 1. Current Assets TO = Current Assets S a l e s 2. Working Capital TO = Current Assets – Current Liabilities Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
34
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
Rasio ( 1 ) & ( 2 ) di atas menunjukkan berapa banyak dana yang diterima dari hasil penjualan agar dapat digunakan untuk membiayai aktiva lancar ( current assets ) atau modal kerja ( working capital ). Sales 3. Accounts Receivable TO = A / R Cost of Good Sold 4. Inventory TO = Inventory COGS 5. Accounts Payable TO = A / P Rasio ( 3 ), ( 4 ), & ( 5 ) untuk melihat produktivitas penggunaan dana hasil penjualan untuk membiaya Pihutang Dagang ( Acc. Receivable ), Persediaan ( Inventory ), dan Hutang Dagang ( Acc. Payable ). 360 6. Day’s Receivable = (Average Collection Period) A / R TO 7. Day’s Inventory = Inventory TO 8. Day’s Payable = A / P TO Rasio ( 6 ) menunjukkan efisiensi dalam penagihan pihutang’ Rasio ( 7 ) untuk melihat berapa lama perputaran persediaan, Rasio ( 8 ) untuk melihat berapa hari dilakukan pembayaran atas hutang dagang. S a l e s 9. PP & E TO = Property, Plant & Equipment Rasio ( 9 ) menunjukkan proporsi nilai hasil penjualan yang diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan ( tanah, bangunan, mesin & peralatan produksi ). Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
35
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
C. FINANCIAL LEVERAGE Menunjukkan proporsi hutang yang digunakan perusahaan untuk pembiayaan usaha 1. Liquidity Ratios Rasio likuiditas menunjukkan kemaampuan perusahaan untuk memenuhi ( membayar ) seluruh kewajiban jangka pendek ( current liabilities ) dengan dana yang bersumber dari pencairan aktiva lancar ( misalnya : pencairan piutang ). Perhitungan rasio likuiditas yang umum digunakan adalah : Current Assets Current Ratio = Current Liabilities Cash + Short Term Inv + A/R Quick Ratio = Cash + Short Term Inv. Cash Ratio = Cash Flow from Operatio Operating Cash Flow Ratio = 2. Leverage Ratio Leverage ratio menunjukkan proporsi beban hutang dalam struktur permodalan perusahaan. Jadi, semakin tinggi leverage ratio suatu perusahaan, menunjukkan semakin besar proporsi hutang terhadap equity dalam pembiayaan usaha. Yang disebut hutang disini adalah seluruh kewajiban jangka pendek & jangka panjang ( liabilities ). Sedangkan pinjaman, seperti : kredit Bank, obligasi, atau pinjaman kepada pihak ke III lainnya disebut sebagai debt. Penggunaan dana pinjaman yang terlalu besar dapat merugikan perusahaan akibat beban bunga yang ditanggung tinggi. Namun pada batasan proporsi tertentu ( misalnya : < 200% ), penggunaan dana pinjaman lebih menguntungkan dibandingkan apabila perusahaan sama sekali tidak dibiayai dengan pinjaman ( 100% dari equity ), antara lain : karena beban pajak perusahaan yang memiliki hutang lebih rendah ( pembayaran bunga dibebankan sebelum sebelum pajak sehingga laba kena pajak menjadi kecil dan karena besarnya pengenaan pajak didasarkan atas prosentase terhadap laba, maka pajak terbeban pada perusahaan yang memiliki hutang adalah lebih rendah ). Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
36
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
Leverage ratios yang umumnya digunakan untuk mengetahui struktur permodalan perusahaan adalah : Total Liabilities Liabilities to Equity Ratio = Shareholder’s Equity Short Term Debt + Long Term Debt Debt to Equity Ratio = Debt to Capital Ratio = Short Tem Debt + Long Term Debt + Shareholder’s Equity 3. Interest Coverage Ratio Interest Coverage Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban bunga pinjaman, yang diformulasikan : Earnings Before Interest & Tax ( EBIT ) Interest Expense Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
37
ANALISIS ARUS KAS ( ANALYSIS CASH FLOW )
Dalam melakukan analisis arus kas, disusun suatu Total Cash Flow di mana arus kas perusahaan diklasifikasikan dalam 3 kategori, antara lain : 1. Arus Kas yang berasal dari operasi perusahaan ( Cash Flow from Operations ), yaitu dana kas yang bersumber dari hasil penjualan produk perusahaan setelah dikurangi dengan biaya input dan operasional. 2. Arus Kas yang berasal dari aktivitas investasi ( Cash Flow related to Investment activities ), yaitu dana kas yang dikeluarkan untuk investasi atau yang diterima dari penjualan aktiva tetap. 3. Arus Kas yang berasal dari aktivitas pembiayaan ( Cash Flow related to Financing activities ), yaitu dana kas yang diterima ( dikeluarkan ) perusahaan dari ( untuk ) pemegang saham dan kreditur. Dengan melakukan analisis arus kas menggunakan Total Cash Flow tersebut, dapat diketahui apakah perusahaan telah melakukan fungsi pembiayaan yang sehat, misalnya : > Sumber pembayaran bunga pinjaman tidak berasal dari pinjaman namun seharusnya bersumber dari hasil operasional perusahaan yaitu terdiri dari : Laba Sebelum Bunga & Pajak + Penyusutan ( EBIT + Depreciation ); > Pembiayaan kebutuhan modal kerja bersumber dari hasil operasional usaha dan pinjaman jangka pendek ( bukan dari pinjaman jangka panjang ); > Pembiayaan untuk pembelian barang modal bersumber dari dana sendiri dan pinjaman jangka panjang; > Pembayaran deviden sebaiknya dilakukan hanya apabila perusahaan mendapatkan keuntungan (Banyak perusahaan publik tetap membagi deviden meskipun mengalami kerugian ). Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
38
RENCANA BIAYA PROYEK ( COST OF PROJECT )
Pada umumnya penyajian & penyusunan daripada Cost of Poject ( COP ) pada Studi Kelayakan Bisnis ( SKB ) dapat dibuat seperti dibawah ini : Rencana Biaya Proyek Uraian Penggunaan Dana Pinjaman Sendiri T o t a l 1. Tanah & Pematangan 200 2. Bangunan Pek Sipil Mekanikal & Elektikal Saluran 150 50 75 350 225 3. Mesin Mesin Utama Peralatan Perlengkapam 300 100 500 275 175 4. Alat Transportasi 10 160 5. Bunga Masa Konstruksi 130 T O T A L 650 690 1.340 Sumber Dana Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
39
ANALISIS PROSPEKTIF ( PROSPECTIVE ANALYSIS )
Prospective Analysis digunakan untuk menilai prospek perusahaan baik untuk perusahaan baru maupun perusahaan existing yang melakukan pengembangan. Analisis ini mencakup 2 tugas, yaitu : A Melakukan peramalan operasional perusahaan ( Forecasting ) B. Melakukan estimasi Nilai Investasi ( Valuation ) Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
40
ANALISIS PERAMALAN ( FORECASTING ANALYSIS )
SIAPA SAJA YANG MEMBUTUHKAN FORECASTS ? > Para Manajer membutuhkan forecasts untuk menyusun rencana dan target perusahaan, misalnya apakah rencana pengembangan dinilai layak atau tidak > Para Analis Saham membutuhkan forecasts untuk memberikan gambaran mengenai prospek suatu perusahaan kepada investor > Para Kreditor membutuhkan forecasts untuk menilai kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban pengembalian pinjaman. BAGAIMANA MENYUSUN PERAMALAN YANG BAIK ? > Dibuat secara menyeluruh ( comprehensive ), yaitu meliputi peramalan earnings, balance sheet, dan cash flow, > Assumsi yang digunakan harus realistis, misalnya apabila diramalkan terjadi penambahan aktiva tetap, maka harus dikaitkan dengan pendanaannya, atau apabila terjadi penurunan piutang kemungkinan nilai pinjaman jangka pendek ( misalnya : Kredit Modal Kerja dari Bank ) dapat menuun karena kebutuhan modal kerja menurun, > Peramalan penjualan dan profitability dihitung secara accrual basis yang kemudian dikonversikan kedalam perhitungan peramalan cash flow dengan melakukan adjustment untuk pengeluaran & penerimaannon cash, > Pramalan dimulai dari penjualan di mana realisasi penjualan tahun terakhir digunakan sebagai dasarperhitungan awal. TAHAP – TAHAP PENYUSUNAN PERAMALAN 1. Peramalan Penjualan ( Sales Forecast ) Pada daasarnya tidak ada metode peramalan penjualan yang diberlakukan secara umum. Beberapa cara yang biasa digunaka, antara lain : - Menggunakan metode statistik yaitu dengan melakukan proyeksi didasarkan pada data masa lalu ( past performance ), yang menghasilkan suatu formulasi persamaan regressi, sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X bnXn Dimana, Y : nilai penjualan, a : konstanta, b Bn : menunujukkan seberapa besar pengaruh faktor X terhadap nilai penjualan, X Xn : faktor - faktor yang mempengaruhi nilai penjualan, antara lain : jumlah pesaing, jumlah pelanggan, tingkat inflasi, tingkat bunga, dll. Penggunaan metode statistik dalam peramalan biasa dilakukan untuk perusahaan-perusahaan besar, seperti : manufacture, perusahaan jasa pelayanan ( pariwisata, transportasi ), dll.
41
ANALISIS PERAMALAN ( FORECASTING ANALYSISI )
- Pada perusahaan yang lebih sederhana, seperti : usaha perdagangan, peramalan penjualan dilakukan dengan menggunakan metode pertumbuhan. Misalnya : pada tahun ke Ke-3 diperkirakan terjadi kenaikan penjualan sebesar 5%, Dst. Perkiraan kenaikan penjualan didasarkan atas faktor-faktor seperti : perkiraan terjadinya kenaikan pada jumlah outlet, rencana perluasan pemasaran, perubahan harga, perubahan kondisi perekonomian makro, dlsb. 2. Peramalan Biaya ( Expenses ) Peramalan biaya harus dilakukan pos per pos. Hal ini disebabkan karena faktor ang mempengaruhi perubahan biaya berbda untuk setiap pos. Misalnya : - Biaya Langsung, Overhead, Umum & Adm, berkaitan dengan penjualan ( prosentase terhadap sales ); - Biaya Penyusutan sangat berkaitan dengan nilai aktiva tetap dan metode penyusutan yang dianut perusahaan; - Biaya bunga ergantung dari besarnya nilai pinjaman. 3. Peramalan Earnings Peramala earnings adalah merupakan proyeksi Laba / Rugi perusahaan di mana nilai peramalannya diperoleh dari peramalan penjualan ( tahap1 ) minus estimasi biaya ( tahap 2 ). Nilai proyeksi Laba / Rugi ini digunakan sebagai dasar penyusunan proyeksi neraca. 4. Peramalan Neraca ( Balance Sheet ) Dalam menyusun peramalan neraca, harus dilakukan tahap-tahap sebagai berikut ini : a. Menyusun proyeksi kebutuhan modal kerja nette ( net working capital ) yang terdiri atas pos-pos aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek; b. Memperkirakan kemungkinan investasi baang modal; c. Menyusun rencana struktur permodalan perusahaan termasuk rencana pembagian deviden. PERAMALAN KEBUTUHAN MODAL KERJA NETTO ( NET WORKING CAPITAL ) Modal Kerja Netto adalah selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar ( jangka pendek ) yang perhitungan peramalannya dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
42
ANALISIS PERAMALAN ( FORECASTING ANALYSIS )
> Berdasarkan prosentase dari sales Penggunaan cara ini didasarkan atas assumsi bahwa masing-masing pos modal kerja adalah terkait dengan nilai penjualan sehingga proyeksi nilai kebutuhan modal kerja adalah atas dasar %-se nilai proyeksi penjualan. > Berdasarkan perputaran ( turnover ) modal kerja Pertimbangan digunakannya cara ini adalah bahwa perubahan masing-masing pos modal kerja selain dipengaruhi penjualan juga oleh faktor-faktor lain. Misalnya, adanya perbaikan kualitas manajemen dapat meningkatkan efisiensi sehingga perputaran modal kerja akan lebih cepat. MEMPERKIRAKAN KEBUTUHAN BARANG MODAL ( CAPITAL EXPENDITURE ) Peramalan kebutuhan barang modal didasarkan atas informasi yang diperoleh dari pihak manajemen perusahaan karena menyangkut rencana investasi dan strategi perusahaan. RENCANA STRUKTUR PERMODALAN Rencana struktur permodalan perusahaan ( proporsi debt & equity ) selain dikaitkan dengan kebutuhan sesuai prinsip “ pembiayaan yang sehat “, juga dikaitkan dengan kebijakan manajemen, termasuk kebijakan dalam pembagian deviden. 5. Peramalan Arus Kas ( Cash Flow ) Peramalan earnings dan balance sheet menghasilkan suatu peramalan cash flow. Dari proyeksi cash flow dapat diperkirakan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban - kewajibannya, misalnya : pembayaran hutang dagang, pembayaran bunga, pembayaran angsuran pokok pinjaman, dlsb. Perlu diperhatikan bahwa rencana pembayaran kewajiban lebih diutamakan, baru kemudian direncanakan mengenai pembayaran deviden kepada para pemegang saham. Dalam analisis forecasting, perlu direncanakan penggunaan dana hasil operasional setelah aktivitas modal kerja dan pembayaran bunga pinjaman, yaitu untuk : a. Pembayaran pokok hutang atas pinjaman eksternal; b. Ditahan atau diinvestasikan kembali ( reinvested ) ke perusahaan; c. Dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk devidends. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
43
ANALISIS PERAMALAN ( FORECASTING ANALYSIS )
Pada perusahaan yang memiliki pinjaman, dalam menyusun peramalan sebaiknya mengutamakan penggunaan dana untuk pembayaan pokok pinjaman baru kemudian dilakukan pembayaran devidends atau kebutuhan reinvested. Apabila kebijakan perusahaan tidak melakukan pembayaran devidends ( atau dengan kata lain bahwa sisa dana setelah pembayaran pokok pinjaman diinvestasikan kembali ( reinvested ) atau ditahan, maka opportunity cost-nya adalah expected rate of return yang seharusnya diterima para pemegang saham, apabila menerima devidends dan menginvestasikan dana tersebut pada financial assets, misalnya deposito, SBI, saham. ALTERNATIVE 1 : ALTERNATIVE 2 : Reinvested Pay devidends to Shareholders Investment Opportunity ( e.g in real assets ) Shareholders Shareholders Investment Invest for Opportunities themselves ( financial assets ) Adapted from Brealey & Myers, 1996 Cash ( After Debt Payments ) F I R M
44
INVESTMENT VALUATION 1. Melakukan penilaian kelayakan atas investasi yang akan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain : - Payback Period - Net Present Value ( NPV ) - Internal Rate of Return ( IRR ) 2. Melakukan analisis kepekaan ( Sensitivity Analysis ) METODE PENILAIAN INVESTASI Dalam penyusunan SKB perlu dianalisis mengenai kontribusi suatu proyek ( investasi ) terhadap kekayaan ( wealth ). Suatu proyek ( investasi ) dinyatakan layak apabila diperkirakan dapat meningkatkan wealth pemegang saham atau perusahaan. Terdapat beberapa cara penilaian investasi, namun yang umum digunakan dalam SKB adalah metode Net Present Value ( NPV ) dan Internal Rate of Return ( IRR ), sebagai berikut : NET PRESENT VALUE ( NPV ) NPV merupakan nilai sekarang dari peramalan penerimaan kas hasil investasi, dikurangi nilai investasi awal, yang diformulasikan sebagai berikut : n NPV = - Io + Σ Ct t= ( 1 + r )t Dimana : Io = Investasi awal Ct = Peramalan penerimaan kas r = cost of capital sebagai discount rate t = periode analisis proyek Untuk perusahaan yang struktur permodalannya terdiri dari debt dan equity, maka perhitungan discount rate menggunakan WACC ( Weighted Average Cost of Capital ). Sedangkan untuk perusahaan yang struktur permodalannya hanya terdiri dari equiy ( tidak dibiayai pinjaman ), maka yang digunakan sebagai discount rate adalah cost of equity capital, biasanya menggunakan formulasi CAPM ( untuk perusahaan publik ) atau opportunity cost of equity capital ( misalnya tingkat suku bunga SBI ) untuk perusahaan non publik.
45
INVESTMENT VALUATION INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR )
Kriteria Penilaian NPV 1. NPV > 0, Go Project ( Proyek diterima ); 2. NPV < 0, No Go Project ( Proyek ditolak ); 3. Apabila terdapat beberapa proyek, maka proyek dengan NPV terbesar yang dipilih. Contoh : Investasi awal suatu proyek adalah sebesar Rp. 600 juta. Net proceeds yang dihasilkan oleh proyek tersebut diperkirakan sebesar : Tahun ke Proceeds 0 ( 600 ) Apakah proyek tersebut layak diinvestasikan, apabila cost of capital ( required rate of return / discount rate ) adalah sebesar 18%. Jawab : C1 C2 C3 NPV = - Io ( ) ( )² ( )³ = ( 600 ) 1, , ,6430 = ( 600 ) , , ,88 = 58,83 Karena NPV > 0, maka proyek tersebut layak direalisasikan. INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR ) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan present value ( PV ) dari expected cash outflow dengan PV dari expected cash inflow, atau suatu tingkat discount rate yang membuat NPV = 0 yang dapat diformulasikan sebagai berikut :
46
INVESTMENT VALUATION Σ ------------ = 0 n Ct t=0 ( 1 + r )t
Σ = 0 t= ( r )t Dari formulasi tersebut dapat pula dikaakan bahwa IRR adalah sama dengan NPV = 0, atau : n Ct - Io + Σ t= ( r )t Cara perhitungan IRR adalah dengan melakukan uji coba ( trial and error ). Uji coba dapat dengan menggunakan grafik maupun non grafik, seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini : Kriteria penilaian IRR : Proyek investasi dinyatakan layak apabila, IRR > rate of return yang diharapkan Berdasarkan atas contoh soal diatas, maka perhitungan IRR dapat dilakukan sebagai berikut ini : C1 C C3 NPV = - Io ( IRR ) ( IRR )² ( 1 + IRR )³ Untuk IRR = 0% NPV = ( 600 ) 1, , ,0 = ( 600 ) = 350 Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
47
INVESTMENT VALUATION Untuk IRR = 20% 200 300 450
NPV = ( 600 ) 1, , ,7 = ( 600 ) , , ,42 = 35,42 Untuk IRR = 40% 1, , ,7 = ( 600 ) , , ,99 = ,09 Ringkasan hasil perhitungan : I R R N P V 0% 20% ,42 40% ,09 Tahun Investment Proceeds Net Benefit DF ( 23% ) PV of 23% DF ( 24% ) PV of 24% 0 ( 600 ) ( 600 ) ( 600 ) ( 600 ) , ,29 , ,11 , ,02 2, ( 7,58 ) Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
48
INVESTMENT VALUATION NPV’ IRR = i’ + ----------------- ( i” - i’ )
NPV’ - NPV” 2,71 = 23% ( 24% % ) 2,71 – ( 7,58 ) = 23% ( 1% ) 10,29 = 23% + 0,26% = 23,26% Kesimpulan : karena IRR > dari required rate of return, maka proyek dinilai layak untuk dilaksanakan. PAYBACK PERIOD Metode ini digunakan untuk menunjukkan berapa lama suatu biaya investasi diperkirakan dapat kembali. Cara perhitugannya adalah membagi biaya investasi dengan cash inflow setiap tahun, seperti contoh dibawah ini : Initial Investment x 1 th Cash Inflow Kriteria Payback Period lebih kecil dibanding Payback Period Maximum yang ditentukan atau umur proyek, maka proyek tersebut tidak layak. Demikian juga sebaliknya. Dari contoh perhitungan diatas, maka perhitungan Payback Period-nya dapatlah dicari seperti dibawah ini : Tahun Net Cash Flow ( 600 ) Tahun ,7 Bulan 600 2 Thn 7 Bln Kesimpulan : karena Payback Period < dari yang diharapkan, maka proyek dinilai layak. Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
49
INVESTMENT VALUATION BENEFIT COST RATIO ( B/C RATIO )
GROSS B/C RATIO adalah Perbandingan / ratio antara jumlah Benefit kotor dengan biaya kotor setelah didiscounted / di present valuekan. n B Σ t=1 ( 1 + I )n GROSS B/C = n Ct + Kt Σ PV of B = PV of ( C + K ) PV of Net B ( + ) NET B/C RATIO = PV of Net B ( - ) PROFITABILITY RATIO ( PV / K ) Bt - Ct Σ ( 1 + I )t PV / K = > 1 GO PROJECT Kt Σ Dimana : Ct = Routine Cost Kt = Capital Cost Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
50
SENSITIVITY ANALYSIS SENSITIVITY ANALYSIS merupakan suatu pengujian dari suatu keputusan ( misalnya keputusan investasi ) untuk mencari seberapa besar ketidaktepatan penggunaan suatu assumsi yang dapat ditoleransi tanpa mengakibatkan tidak berlakunya keputusan tersebut. Manajer harus menentukan kepekaan keputusannya terhadap assumsi yang mendasari. Semua keputusan didasarkan atas berbagai assumsi, seperti : keakuratan data, discount rate yang digunakan, dll. Jadi, apabila digunakan assumsi yang berbeda, apakah terjadi perubahan terhadap keputusan yang telah ditetapkan. Sensitivity analysis tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek, jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya atau benefit Dengan demikian tujuan utama daripada analisa sensitivitas : 1. Untuk memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan 2. Untuk memperbaiki design daripada proyek, sehingga dapat meningkatkan NPV 3. Untuk mengurangi resiko kerugihan dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil Dalam sensitivity analysis setiap kemungkinan itu harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisa kembali. Ini perlu sekali, karena analisa proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidak-pastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang Ada 3 hal yang perlu diperhatikan, antara lain : a. Terdapatnya “ cost overrun “, misalnya kenaikan dalam biaya konstruksi b. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga hasil produksi c. Mundurnya waktu / jadwal implementasi Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
51
SENSITIVITY ANALYSIS Contoh :
Investasi awal suatu proyek adalah sebesar Rp. 600 juta. Adanya perubahan assumsi mengenai tingkat inflasi, mengakibatkan Expected Net Proceeds yang dihasilkan oleh proyek tersebut berubah dari : Tahun ke Semula Menjadi 0 ( 600 ) Dengan adan6ya perubahan tersebut, apakah proyek masih dinilai layak ? Jawab : C C C3 NPV = - Io ( ) ( )² ( )³ = ( 600 ) 1, , ,6430 = ( 600 ) , , ,45 = ,26 Kesimpulan : Proyek menjadi tidak layak karena NPV < 0 Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
52
IDENTIFYING PROJECT COST & BENEFIT
Yang dimaksud “ cost “ dari proyek adalah segala sesuatu yang mengurangi pencapaian tujuan proyek. Sedangkan “ benefit “ adalah segala sesuatu yang membantu pencapaian tujuan. CLASSIFICATION OF COST PROJECT Yang dihitung sebagai biaya atau pengeluaran proyek ( project expenditures ) adalah hanya biaya - biaya atau ongkos-ongkos yang akan dikeluarkan di masa yang akan datang ( future cost ) untuk memperoleh penghasilan-penghasilan yang akan datang ( future returns ) a. Biaya angsuran hutang & bunga b. Penyusutan ( depreciation ) c. Biaya konstruksi & peralatan d. Biaya Tanah e. Biaya modal kerja f. Biaya bunga masa konstruksi g. Biaya operasi & pemeliharaan h. Biaya pembaharuan / penggantian i. Sunk cost j. Biaya Feasibility studies & engineering studies k. Intangible cost l. Biaya tak terduga ( contingencies ) CLASSIFICATION OF BENEFIT PROJECT a. Direct Benefit b. Indirect Benefit atau Secondary Benefit c. Intangible Benefit Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
53
PROJECT BENEFIT DIRECT BENEFIT
Adalah merupakan Manfaat langsung dan nampak jelas dari hasil adanya suatu proyek. Manfaat ini bisa berupa : ~ Adanya kenaikan dalam output phisik dari kegiatan yang ditangani proyek ~ Kenaikan nilai daripada output yang disebabkan karena adanya perbaikan kualitas ~ Kenaikan nilai output karena adanya perubahan lokasi dan perubahan waktu penjualan ~ Kenaikan nilai output karena adanya perubahan bentuk ( grading, processing, dan perubahan bentuk lainnya ) ~ Penurunan biaya ( costs ) yang disebabkan oleh adanya mekanisasi ~ Penurunan biaya ( costs ) yang disebabkan oleh penurunan biaya pengangkutan ~ Penurunan biaya ( costs ) yang disebabkan terhindar dari adanya kerugian, seperti kerusakan dan lain sebagainya INDIRECT BENEFIT / SECONDARY BENEFIT Adalah merupakan manfaat yang terjadi di luar proyek. Indirect Benefit ini dapat berupa : ~ Adanya efek Multiplier ( Multiplier Effects ) dari suatu proyek ( yang merupakan induced effects ) ~ Economic of scale, orang dipaksa bekerja menurut skala ekonomis ---- > makin besar ~ Secondary Dynamic Effect, Misalnya : sebuah permukiman yang terdapat di dekat proyek Irigasi Tersier, maka sirkulasi air akan terus terjadi sehingga menyebabkan tidak terdapat nyamuk. Akibatnya penduduk lebih sehat dan lebih produktif ( produktivitas penduduk meningkat ) INTANGIBLE BENEFIT Maksudnya suatu manfaat yang secara tidak langsung bisa dinikmati oleh masyarakat, tetapi sulit untuk dinilai dalam bentuk uang. Intangible benefit ini bisa berupa : ~ Adanya perbaikan lingkungan ( Environments changes ) ~ Bertambahnya pemandangan baru di suatu tempat, seperti tempat rekreasi ~ Terciptanya distribusi pendapatan ~ Bertambahnya peningkatan pertahanan nasional Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
54
COST OF PROJECT CONTINGENCY ALLOWANCES
Biaya yang terjadi karena adanya perubahan design tehnis pada waktu implementasi atau adanya kesalahan-kesalahan dalam perhitungan ( adanya under estimates ). Hal ini tidak dapat dihindari ~ Ada yang diakibatkan oleh kenaikan harga ( price contingency ) yang disebabkan karena pengaruh inflasi ~ Diakibatkan oleh perubahan fisik pekerjaan ( physical contingency ) SUNK COST Adalah biaya - biaya yang dikeluarkan di waktu yang lampau atau biaya - biaya yang dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan proyek. Sunk cost selalu ada dalam suatu proyek. Dalam analisa proyek, sunk cost tidak diperhitungkan dalam komponen biaya karena proyek melihat Future Cost & Benefit. Contoh : Beli tanah untuk investasi dan belum ada keputusan untuk proyek apa, apabila tanah tsb dipagari untuk pembatas. Biaya pembuatan pagar ini disebut Sunk Cost. INTANGIBLE COST Merupakan hal-hal yang riel, akan tetapi sulit diperhitungkan dalam nilai uang, namun mencerminkan nilai-nilai yang sebenarnya. Bentuk daripada Intangible Cost ini dapat berupa : polusi, suara bising, pemandangan yang kurang nyaman dari adanya suatu proyek. SALVAGE VALUE Adalah nilai sisa dari suatu investasi, sehingga mengurangi biaya investasi, tetapi karena terjadi pada akhir umurnya maka dimasukkan sebagai benefit Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
55
INVESTMENT CRITERIA Dimaksudkan untuk mengetahui, apakah suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak. Tetapi untuk beberapa proyek, kita dapat melakukan ranking terhadap proyek-proyek tsb Suatu proyek Investment Criteria Beberapa proyek RANKING : By inspection ( dengan pengamatan ) > dipergunakan untuk menetapkan prioritas proyek yang akan dilaksanakan ( mis : proyek-proyek pemerintah ) Beberapa kebiasaan proyek-proyek pemerintah : 1. Pemerintah biasanya memberikan prioritas kepada “ trouble shooting projects “ ( proyek- proyek yang kalau tidak dilaksanakan akan mengganggu proyek yang lain. Kalau perlu dengan menunda / membatalkan proyek yang lain ). 2. Prioritas diberikan kepada proyek yang mempunyai tujuan mendekati tujuan pemerintah 3. Proyek - proyek prasyarat diberikan prioritas untuk dilaksanakan ( proyek-proyek ini syarat bagi terselenggaranya proyek yang lain ) 4. Jika dana pemerintah terbatas, maka proyek yang menggunakan dana yang mendekati dana yang tersedia akan diprioritaskan Investment Criteria ada 2 jenis : A. UNDISCOUNTED MEASURES Pengukuran dengan tidak memperhatikan faktor bunga / discount 1. Payback Period 2. Proceed per unit of outlay 3. Average annual proceed per unit of outlay 4. Average income on book value of the investment B. DISCOUNTED MEASURES Alat ukur yang memasukkan faktor discount rate 1. Net Present Value ( NPV ) 2. Internal Rate of Return ( IRR ) Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
56
INVESTMENT CRITERIA INVESTMENT CRITERIA UNDISCOUNTED Payback Periode
Net Present Value ( NPV ) ) Rate of Effective Protection ( ERP ) INVESTMENT CRITERIA DISCOUNTED B/C Ratio Profitability Ratio ( PV/K ) Domestic Resources Costs ( DRC ) Internal Rte of Return ( IRR ) Cross Over Discount Rate ( CODR ) Modified I R R ALTERNATIVE The First Year Return Method Cost Allocation Remaining Banefit Method Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
57
INVESTMENT CRITERIA MULTI PURPOSE PROJECT
Dikategorikan sebagai Multi Purpose Project, karena suatu proyek mempunyai tujuan lebih dari satu. Pembiayaan dalam Multi Purpose Project dibedakan menjadi biaya yang dapat dipisahkan menurut tujuannya ( separatable costs ) dan terdapat pula macam biaya yang tidak dapat dipisahkan antara biaya proyek yang satu dengan yang lainnya ( joint costs ) Hal tsb akhirnya menimbulkan permasalahan, yaitu apakah tambahan biaya / investasi yang khusus untuk tambahan tujuan proyek secara ekonomis dapat dipertanggung-jawabkan Prinsip umum dalam pengalokasian Joint Cost ( Joint Cost Allocation ) : 1. Tidak boleh terdapat tujuan proyek yang dibebani dengan biaya yang lebih tinggi daripada nilai benefitnya, ataupun dibantu oleh benefit dari tujuan-tujuan lainnya 2. Biaya yang dibebankan hanya untuk salah satu tujuan proyek harus dialokasikan seluruhnya pada tujuan proyek ybs 3. Bila terjadi adanya alternatif biaya, maka alternatif biaya ini timbul jika masing- masing tujuan di dalam proyek multi purpose tersebut merupakan single purpose DOMESTIC RESOURCES COST ( DRC ) DRC mengukur berapa banyaknya domestic costs ( sumber - sumber domestik nasional, misalnya dalam jumlah rupiah ) yang harus dikorbankan di dalam memproduksi suatu barang atau jasa, dimana jika barang tsb dieksport akan menghasilkan suatu unit devisa ( misalnya dalam US dollars ), atau apabila dijual di dalam negeri sendiri sebagai substitusi import ( dapat menghemat suatu unit devisa ) Terdapat 3 hal yang terkandung di dalam DRC, jika masalah ini dikaitkan dengan aktivitas investasi ( misalnya suatu proyek industri ), yaitu : 1. Inputs dalam negeri ( domestic costs ) dalam nilai rupiah 2. Inputs luar negeri ( foreign costs ) dalam nilai valuta asing ( misalnya dalam US dollar ) 3. Outputs barang jadi ( finish goods ) yang dinilai dalam US dollar ( di dalam hal ini baik barang tsb dieksport untuk menghasilkan devisa, atau dijual di dalam negeri sendiri sebagai substitusi import yang dapat menghemat devisa (Domestic Costs dlm Rp ) DRC / $ = ( Value of Outputs dlm $ ) – ( Imported Inputs dlm $ ) Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
58
Nilai local content atas dasar Perdagangan bebas atau harga c.i.f.
INVESTMENT CRITERIA RATE OF EFFECTIVE PROTECTION ( ERP ) Di dalam hal ini yang dimaksudkan dengan proteksi adalah merupakan proteksi yang diberikan kepada local contents. Local Contents merupakan faktor - faktor nasional yang ikut di dalam pembuatan suatu jenis barang. Alasan diberi suatu proteksi disebabkan adanya “ infant industry argument “, yang dapat mempengaruhi arah kebijakan bagi negara yang sedang membangun GRANT COMPONENT OF FOREIGN LOANS ( GCFL ) Grant Component of Foreign Loans ( GCFL ) merupakan suatu jumlah pinjaman dari luar negeri yang mempunyai syarat - syarat tertentu di dalam pengembaliannya. Di dalam hal ini biasanya tingkat bunga cukup rendah dan masa tenggang waktu pembayaran yang relatif lama memberikan keuntungan bagi negara yang menjamin. Pinjaman demikian ini biasanya disebut dengan pinjaman lunak ( soft loan ) Ciri-ciri soft loan : 1. Tingkat bunga rendah 2. Terdapat masa perpanjangan ( extended ) di dalam jangka waktu pembayaran 3. Ada grace periods Penghasilan yg benar-benar diperoleh Penghasilan yg akan diterima jika Dari faktor - faktor Nasional dengan perdagangan berlangsung tanpa Adanya tindakan - tindakan protektif bea masuk atau pembatas lainnya ( A ) ( B ) ERP = Nilai local content atas dasar Perdagangan bebas atau harga c.i.f. ( C ) Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
59
PENYUSUNAN HASIL PELAPORAN STUDI KELAYAKAN BISNIS
SISTEMATIKA HASIL PELAPORAN STUDI KELAYAKAN BISNIS Produk daripada kegiatan Studi Kelayakan Bisnis adalah berupa Laporan Hasil Studi, dimana Laporan hasil Studi ini minimal akan terdiri dari : Pendahuluan Kondisi Eksisting Bisnis yang akan dilakukan studi Metodologi Kegiatan Analisis Hasil Studi Kesimpulan Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.