Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PROVIDER INITIATED TESTING and COUNSELLING PASIEN TUBERKULOSIS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PROVIDER INITIATED TESTING and COUNSELLING PASIEN TUBERKULOSIS"— Transcript presentasi:

1 PROVIDER INITIATED TESTING and COUNSELLING PASIEN TUBERKULOSIS
Jatu Aphridasari, Dr., Sp.P (K), FISR Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/RS Dr Moewardi Surakarta 2018

2 KO-INFEKSI TB-HIV Diagnosis and treatment of TB, HIV-associated TB and drug-resistant TB. Available from:

3 PENDAHULUAN Tingkat penemuan kasus HIV/AIDS di Indonesia masih rendah  FENOMENA GUNUNG ES REKOMENDASI WHO 2007  PITC  membantu meningkatkan cakupan HIV/AIDS Koinfeksi TB dan HIV/AIDS menyebabkan pendekatan surveilans kejadian infeksi HIV telah bergeser dari pendekatan VCT ke PITC.

4 PEDOMAN PITC

5 vs VCT PITC Provider kesehatan kurang aktif menawarkan tes HIV
Menghimbau masyarakat ke yankes utk tes dan konseling HIV  sulit memutus rantai penularan HIV Implementasi : Komunitas skala besar dan negara berpendapatan tinggi  infrastruktur substansial, waktu, dan staf terlatih. Butuh waktu lama, sekitar satu jam per klien untuk konseling PITC Provider kesehatan lebih aktif menawarkan tes HIV Yankes lebih efektif membantu memutus rantai penularan HIV Implementasi : Komunitas skala kecil dan negara berpendapatan rendah Waktu singkat krn konseling hanya menyampaikan hal-hal yg penting saja. Pasien TB RR/MDR yang memenuhi kriteria akan mendapatkan pengobatan dengan paduan standar jangka pendek. Pasien pre-XDR/XDR dan pasien TB RR/MDR tidak memenuhi kriteria akan mendapatkan paduan individual: paduan standar jangka panjang (konvensional), paduan dengan obat baru (BDQ atau DLM).

6 EPIDEMIOLOGI WHO report (2007) : Indonesia  239 kasus baru TB per penduduk setiap tahun dengan estimasi prevalensi HIV diantara pasien TB sebesar 0,8% secara nasional. Epidemi HIV  tantangan terbesar dalam pengendalian TB. Pengendalian TB tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Sebaliknya TB merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV/AIDS (Nasronudin, 2007). Kematian ODHA memiliki keterkaitan dengan penyakit TB (40%). Angka mortalitas pada koinfeksi TB-HIV/AIDS 4x > pasien yang hanya mengalami TB saja  pasien ko-infeksi TB-HIV/AIDS memiliki viral load 6-7x kali > pasien yang tidak mengalami TB. Hal ini terjadi karena kasus infeksi virus dan merapuhnya kekebalan tubuh penderita HIV/ AIDS (Depkes RI, 2007).

7 Jumlah ODHA di Indonesia < 10%
Jumlah ODHA di Indonesia < 10%. Hingga September 2007, dari sekitar 200 ribu ODHA di Indonesia, baru ODHA yang ditemukan/terlapor dengan rincian yaitu orang dalam tahap terinfeksi HIV dan orang dalam tahap AIDS. Data tersebut menunjukkan masih banyak ODHA yang tidak terdeteksi karena mereka tidak melakukan VCT (Mangku, 2007). Sikap masyarakat yang masih memberi stigma negatif pada ODHA tidak memungkinkan VCT bisa menjangkau ODHA dalam jumlah besar. Kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan tes HIV yang inisiatifnya bukan berasal dari klien melainkan dari penyedia/petugas layanan kesehatan atau Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC) (Mangku, 2007). Penerapan PITC akan memiliki daya jangkau lebih luas dari VCT dan mampu menghindari keterlambatan diagnosis. Pengadaan PITC harus disertai dengan dukungan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta obat-obatan yang memadai (Mangku, 2007).

8 Mengapa tes HIV dianjurkan kepada pasien TB ?
pasien TB sangat mungkin mengalami infeksi HIV Deteksi antibodi terhadap virus  minggu setelah infeksi Window period  Periode setelah infeksi tetapi antibodi masih belum terdeteksi Koinfeksi TB-HIV/AIDS mengancam jiwa  diagnosis dan tindakan harus segera dan tepat

9 Tes HIV pada Pasien TB Tes diagnostik Penawaran rutin
diagnosis HIV akan membantu petugas pelayanan perawatan kesehatan memberikan diagnosis dan merawat TB Penawaran rutin setiap pasien diduga TB secara rutin dianjurkan untuk menjalani tes HIV.

10 KEBIJAKAN PEMERINTAH Prinsip kegiatan
PITC dilaksanakan di layanan kesehatan  semua petugas kesehatan menginisiasi tes HIV pada bumil, pasien TB, pasien diduga terinfeksi HIV, pasien kelompok berisiko (penasun, pekerja seks dan LSL – lelaki seks dengan lelaki), pasien infeksi menular seksual dan semua pasangan seksualnya. Prinsip kegiatan 3C – counseling, consent, confidentiallity 2 R - reporting and recording +) DO: PMO, pendidik sebaya, pendamping pengobatan

11 Langkah PITC di unit DOTS
Pemberian KIE mengenai kaitan TB dengan HIV. Memeriksa tanda-tanda infeksi oportunistik lain pada kasus TB. Identifikasi faktor risiko yang tampak, misalnya jejas suntikan, tindik berlebihan dan tato permanen. Pemberian informasi dan motivasi pasien TB yang berisiko HIV untuk menjalani tes. Rujukan pasien TB ke layanan tes HIV dengan menggunakan formulir rujukan. Pemberian informasi tentang hasil tes HIV kepada pasien TB dan tindak lanjutnya. Pengisian format pencatatan (rekam medis, register, dll) pada setiap akhir layanan. Kompilasi data pelaksanaan kegiatan kolaborasi TB-HIV.

12 Strategi Konseling dan tes HIV pada pasien TB
Di wilayah dengan epidemi HIV yang meluas Seluruh pasien TB di unit DOTS dilakukan konseling dan tes HIV secara rutin. Di seluruh Fasyankes di daerah dengan prevalensi HIV pada pasien TB >5%, Konseling dan Tes. Konseling dan tes HIV dapat dilaksanakan setiap saat selama pengobatan TB sehingga jika ada pasien yang pada awalnya menolak tes HIV maka dapat ditawarkan kembali setelah penyuluhan/penjelasan.

13 Prinsip Layanan Konseling dan Tes HIV
Sukarela dalam melaksanakan tes HIV, tanpa paksaan dan tanpa tekanan. Saling membangun kepercayaan dan menjaga konfidensialitas. Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien/pasien Mempertahankan hubungan relasi yang efektif. Konselor/Petugas Medis mendorong klien/pasien untuk kembali mengambil hasil tes dan mengikuti konseling pasca tes untuk mengurangi perilaku berisiko.

14 Prinsip Layanan Konseling dan Tes HIV
Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Di dalam Konseling dan Tes HIV dibicarakan juga respon dan perasaan klien ketika menerima hasil tes pada sesi tahapan penerimaan hasil tes positif.

15 Pelaksanaan PITC sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan yang terkait HIV serta dilengkapi dengan mekanisme rujukan pada konseling pasca tes HIV yang efektif kepada semua pasien serta rujukan pada dukungan medis dan psikososial bagi mereka yang HIV positif. Model penawaran tes HIV pada PITC disederhanakan tanpa sesi edukasi dan konseling yang lengkap. Informasi yang diberikan sekedar untuk meyakinkan bahwa persetujuan pasien didasarkan atas pemahaman yang memadai. Konseling tambahan yang lebih mendalam bagi pasien tertentu melalui rujukan kepada konselor khusus. Persetujuan untuk menjalani tes HIV harus selalu diberikan secara individual dengan kesaksian petugas kesehatan.

16 Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan.
Informasi yang perlu disampaikan oleh petugas kesehatan ketika menawarkan tes‐HIV kepada pasien Alasan menawarkan tes‐HIV dan konseling Keuntungan dari aspek klinis dan pencegahan dari tes‐HIV dan potensi risiko yang akan dihadapi. Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV negatif ataupun positif, termasuk ketersediaan ARV. Informasi bahwa hasil tes akan diperlakukan secara konfidensial Pasien berhak menolak tes‐HIV. Tes akan dilakukan kecuali pasien menggunakan hak tolaknya tersebut. Penolakan untuk menjalani tes‐HIV tidak akan mempengaruhi akses layanan yang tidak tergantung pada hasil tes HIV. Bila hasil tes HIV–positif  dianjurkan untuk mengungkapkannya kepada orang lain yang berisiko tertular HIV dari pasien tersebut. Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan.

17 KONSELING PASCA TES HIV
Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode jendela, yaitu belum terdeteksinya antibodi‐HIV dan anjuran untuk menjalani tes kembali. Nasehat dasar tentang cara mencegah terjadinya penularan HIV. Pemberian kondom laki‐laki atau perempuan. TES HIV NEGATIF Menjelaskan dengan bahasa sederhana dan jelas Yakinkan bahwa pasien mengerti akan arti hasil tes HIV Beri kesempatan pasien untuk bertanya Bantu pasien untuk mengatasi emosi yang timbul Bahas masalah yang perlu perhatian segera dan bantu pasien menemukan jejaring sosial Jelaskan layanan perawatan ttg ketersediaan layanan pengobatan Berikan informasi tentang cara mencegah penularan HIV Beri informasi tentang gizi, terapi profilaksis kotrimoksasol, dan mencegah malaria dengan kelambu di daerah endemis malaria. Bahas kemungkinan untuk mengungkapkan hasil tes‐HIV, waktu dan cara mengungkapkannya serta mereka yang perlu mengetahui. Dorong dan tawarkan rujukan untuk tes‐HIV dan konseling bagi pasangan dan anaknya. Lakukan penilaian kemungkinan mendapatkan tindak kekerasan atau kemungkinan bunuh diri terutama pasien perempuan Rencanakan waktu khusus untuk kunjungan tindak lanjut mendatang atau rujukan TES HIV POSITIF

18 CONTOH INFORMED CONSENT PITC

19 Formulir TB 01

20 FORM PITC PADA PRESUMPTIVE TB

21 REGISTER PITC

22 TERIMA KASIH


Download ppt "PROVIDER INITIATED TESTING and COUNSELLING PASIEN TUBERKULOSIS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google