Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLouise Pageau Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Pembimbing : Dr. Magda Rosalina Hutagalung, SpBP-RE (KKF)
ORTHOGNATIC SURGERY Mirnasari Amirsyah Pembimbing : Dr. Magda Rosalina Hutagalung, SpBP-RE (KKF)
2
PENDAHULUAN Orthognatic Surgery :
Suatu terminologi yang menjelaskan operasi pemindahan tooth-bearing segment pada maxilla dan mandibula, yang tidak dapat dikoreksi hanya oleh orthodonsi Tujuan : Koreksi kelainan dentofacial oklusi dental yang ideal dengan memperhatikan posisi rahang yang sesuai dengan estetik wajah
3
PENDAHULUAN Maloklusi ini berhubungan dengan anomali kongenital, kongenital syndrome, nonsyndromic dentofacial abnormalities, trauma
4
DIAGNOSIS RIWAYAT Memahami keluhan utama
Penyakit Sistemik : Juvenile Rheumatoid arthritis, diabetes, scleroderma Bentuk rahang yang asimetris : riwayat hiperplasia atau hipoplasia terhadap suatu sindrom, trauma, neoplasma Simptom TMJ disease atau nyeri miofacial Pasien harus memahami secara jelas prosedur, masa pemulihan dan hasil yang mungkin dicapai setelah operasi
5
DIAGNOSIS.. PEMERIKSAAN FISIK Oral higiene dan periodontal
Evaluasi 3 zona vertical facialis Evaluasi lebar potongan sagital facialis Evaluasi tinggi vertikal maxilla Evaluasi proyeksi rima orbita inferior, malar dan regio piriformis : defisiensi atau excess Asimetris maxilla dan mandibula Klasifikasi oklusi
7
DIAGNOSIS.. ZONA VERTIKAL DAN POTONGAN SAGITAL FACIALIS
8
DIAGNOSIS.. EVALUASI TINGGI VERTIKAL MAXILLA
Pengukuran tinggi vertikal maxilla (maxillary vertical high) ideal yaitu gigi incicivus yang terlihat (incisor show) saat bibir istirahat Pria : 2-3 mm; wanita : 4-5 mm
9
DIAGNOSIS.. EVALUASI TINGGI VERTIKAL MAXILLA..
Lebih penting untuk mengoreksi incisor show dibanding dengan excess gingiva saat senyum lebar (gummy smile)
10
DIAGNOSIS.. EVALUASI PROYEKSI RIMA ORBITA INFERIOR, MALAR DAN REGIO PIRIFORMIS Kondisi nasolabial crease, fat pad malar, profil hidung, soft tissue bibir dan dagu dapat di analisis
11
DIAGNOSIS.. EVALUASI PROYEKSI RIMA ORBITA INFERIOR, MALAR DAN REGIO PIRIFORMIS
12
DIAGNOSIS.. EVALUASI PROYEKSI RIMA ORBITA INFERIOR, MALAR DAN REGIO PIRIFORMIS
13
DIAGNOSIS.. ASIMETRIS MAXILLA DAN MANDIBULA
14
DIAGNOSIS.. KLASIFIKASI OKLUSI Angel’s Angel’s normal class I :
Mesiobuccal cuspid MI maxilla berada anterior buccal groove MI mandibula Caninus mandibula lebih ke anterior daripada caninus maxilla Deep bite berlebih Class II maloklusi Divisi I Mesiobuccal cuspid MI maxilla berada posterior buccal groove MI mandibula Caninus mandibula lebih ke posterior daripada caninus maxilla Reverse over jet Class II maloklusi Divisi II Mesiobuccal cuspid MI maxilla berada pada buccal groove MI mandibula Caninus mandibula lebih ke anterior daripada caninus maxilla Overjet dan Overbite yang normal 2 mm Class II maloklusi Mesiobuccal cuspid MI maxilla berada anterior buccal groove MI mandibula Overjet lebih dari normal
15
overjet Overjet dan over bite Overjet dan overbite normal : 2 mm
16
DIAGNOSIS.. ANALISA CHEPHALOMETRIC DAN DENTAL MODEL
Cephalometri merupakan suatu pengukuran radiografi kepala dan wajah terhadap titik-titik acuan tertentu dan reproducible secara lateral dan AP Memberikan gambaran yang akurat dari tulang, soft tissue dan dental Memberikan gambaran abnormalitas rahang secara vertikal
17
Cephalometric
18
Standard lateral cephalometric tracing dengan landmark.
S, sella N, nasion ; Ar, articulare ; A, subspinale ; Pog, pogonion ; B, supramentale ; ANS, anterior nasal spine ; Me, menton ; GN, gnathion ; PNS, posterior nasal spine ; MP, mandibular plane ; NF, nasal floor ; Go, gonion (From Wolfe AA, Berkowitz S. Plastic Surgery of the Facial Skeleton. Bosron, MA: Litde, Brown and Co.; 1989:57, with permission.)
19
A (subspinale) : titik paling dalam pada anterior maxilla
B (supramentale): Titik terdalam pada anterior mandibula
20
RENCANA THERAPY Data Penilaian (Deviasi dari normal) Target : oklusi Class I dengan estetik wajah terbaik) Faktor yang paling penting menentukan keberhasilan estetik adalah soft tissue Prinsip : memperhatikan usia tanda penuaan tampak lebih muda
21
Oklusi Skeletal Class II
Hampir selalu disebabkan mandibular retrognatia Tapi dapat juga disebabkan prominent maxilla atau kelainan bimaxillary Tatalaksana dengan mandibular advancement (BSSO), Le Fort I set back atau bimaxillary
22
Oklusi Skeletal Class III
Tatalaksana Prominent mandibula : Advancement maxilla, meletakkan mandibula di posterior, atau kombinasi keduanya Kalau perlu genioplasty
23
Konstriksi maxilla Maxilla terlihat sempit
Isolated atau bersamaan dengan abnormalitas yang lainnya Non surgical : palatal expander Surgical : - surgically assisted rapid palatal expansion (SARPE) - two-piece LeFort I osteotomy
24
Apertognatia Anterior open bite disebabkan kontak prematur pada molar posterior Impaksi posterior maxilla dengan atau tanpa disertai counter clockwise mandibula
25
Grabb and Smith Plastic Surgery – Seventh Edition
26
Vertical Maxillary Excess
Lip incompetence, chin dimpling, tampilan gusi yang excess Long face syndrome Therapi dengan mengurangi tinggi maxilla (impaksi maxilla) Berdampak pada rotasi counterclockwise mandibula dan proyeksi dagu yang bertambah mengurangi tampilan gigi pada saat bibir istirahat
27
Short Lower Face Insufisiensi incisor show dan/atau jarak yang pendek antara subnasale dan pogonion Tatalaksana menambah incisor show Memperpanjang maxila ke inferior Berdampak pada rotasi clockwise mandibula dan proyeksi dagu yang berkurang kalau perlu dikombinasi dengan genioplasty
28
Facial Asymmetry Pertumbuhan asimetris mandibula pada hemifacial microsomia, trauma pediatrik, radiasi, neoplasma Osteotomy maxilla sesuai level oclusal plane maxilla dan sesuai dengan dental midline Mandibular osteotomy untuk mencapai oklusi class I Asimetris dagu genioplasty
29
PERSIAPAN OPERASI Informed consent Foto klinis Cephalometric
Oral higiene Ekstraksi M3 mandibula pada bilateral sagital split osteotomy 6 bulan pre op Pembuatan model surgery, splint
30
Impression & Bite Registration
Wafer Fabrication To help us with the dental arch restoration & occlusion, we can use the wafer Australian Craniofacial Unit Impression & Bite Registration
31
Articulator with Dental Casts
Cast model with bite registration Using the registration bite we determine the post injury occlusion. Then cut the model according to fracture line then mount it on an articulator then determine the pre injury occlusion.
32
Jaw relationship before operation
Jaw relationship planned after operation This is an example of the process. The marked line should be shifted to the place of the blue line. And the midline should also be shifted. Then only can we arrive at the pre injury occlusion.
33
Wafer Intraoperative occlusal splint made of acrylic guide for jaw relationship during Orthognathic surgery
34
Computer-Assisted surgical simulation (CASS)
Grabb and Smith Plastic Surgery – Seventh Edition
36
PROSEDUR OPERASI Teknik standar : elevasi kepala, hipotensi anestesia, persiapan darah, desinfeksi intra oral, topikal steroid pada bibir (<< edema dan nyeri), iv steroid post op Pemasangan arch bar Memakai splint durante operasi hingga perawatan di ruangan mempertahankan oklusi
37
PROSEDUR OPERASI.. Osteotomy Le Fort I Expose maxilla memotong dari tepi apertura piriformis ke arah zygoma (identifikasi n. Infra orbita) komplit potongan maxilla dapat digeser dan fixasi Fiksasi dengan plate – screw pada buttress lateral dan medial maxilla
39
Grabb and Smith Plastic Surgery – Seventh Edition
40
Grabb and Smith Plastic Surgery – Seventh Edition
44
Surgically Assisted Rapid Palatal Expansion(SARPE)
PROSEDUR OPERASI.. Surgically Assisted Rapid Palatal Expansion(SARPE) Koreksi kostriksi transversal maxilla Non surgical orthodontic procedure Menggunakan palatal expander Dewasa muda SARPE osteotomy Le Fort I
45
Bilateral Sagittal Split Osteotomy
PROSEDUR OPERASI.. Bilateral Sagittal Split Osteotomy Ekstraksi molar 3, 6 bulan sebelum operasi Expose prosesus coronoid Diseksi medial ramus subperiosteum Memotong medial ramus sejajar dengan oklusal plane membelah ramus Mandibula diletakkan pada oklusi yg sesuai Fixasi dengan lag screw
46
Grabb and Smith Plastic Surgery – Seventh Edition
47
Sagital Split Osteotomy and alloplastic midface augmentation
Pre Op Post Op Grabb and Smith Plastic Surgery – Seventh Edition
48
PROSEDUR OPERASI.. Intraoral Vertical Ramus Osteotomy
Teknik untuk koreksi mandibular prognatism atau asimetris Insisi = sagital split osteotomy Subperiosteal dissection dari lateral ramus menggunakan Merrill-LeVasseur retractor Potong vertical dari sigmoid notch ke inferior border mandibula Segmen distal dipindahkan hingga oklusi Approach extraoral scar pada leher Merrill-LeVasseur retractor
49
Two Jaw Surgery PROSEDUR OPERASI.. Memindahkan maxilla dan
mandibula dalam satu prosedur operasi
51
KOMPLIKASI Posisi kedua rahang yang tidak sesuai oklusi dan estetik tidak tercapai Sagital split yang jelek mencabut gigi M3 6 bln pre op osteotomi untukmemberi waktu penyembuhan socket Perdarahan a.palatina pada maxilla Kerusakan saraf : n. Infra orbital, n. Alveolaris inferior, n. Mentalis parestesia Nonunion secondary bone grafting Malunion re-osteotomy
52
KESIMPULAN Orthognatic surgery merupakan suatu terminologi untuk mendiskripsikan operasi memindahkan segmen tooth-bearing pada maxilla dan mandibula Orthognatic surgery ideal dikerjakan setelah selesai masa pertumbuhan
53
DAFTAR PUSTAKA Alex M. Greenberg, DDS Joachim Prein, MD, DDS in Craniomaxillofacial Reconstructive and Corrective Bone Surgery: Principles of Internal Fixation Using the AO/ASIF Technique Bahman Guyuron in Aesthetic Plastic Surgery Cleft and Craniofacial Orthognatic Surgery in Nelligan Vol III Orthognatic Surgery in Grabb and Smith VII edition PETERSON'S PRINCIPLES OF ORAL AND MAXILLOFACIAL SURGERY Second Edition
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.