Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kode ETS102 Etika Sosial & Politik

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kode ETS102 Etika Sosial & Politik"— Transcript presentasi:

1 Kode ETS102 Etika Sosial & Politik
Priyatmoko Dirdjosuseno

2

3 Priyatmoko Dirdjosuseno FISIP Universitas Airlangga
Sebab-Sebab Korupsi Priyatmoko Dirdjosuseno FISIP Universitas Airlangga

4 Excellent with morality

5 “All things excellent are as difficult as they are rare.”
Baruch Spinoza Dutch philosopher, 1632–1677 “All things excellent are as difficult as they are rare.” Ethics pt. 5 (1677) (translation by Edwin Curley)

6 Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

7 Pengertian korupsi dalam literatur
“behavior of public officials which deviates from accepted norms in order to serve private ends” (Huntington 1989: 377) Political corruption is the illegal use of public offices and authority for private benefits in the forms of political advantages, social privileges or financial gains (Hung-En Sung, 2002) Tindakan melawan hukum, yang merugikan keuangan negara, untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Kamis, 22 Nopember 2018

8 Unsur tindak pidana korupsi
perbuatan melawan hukum; penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

9 tindak pidana korupsi lain
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan); penggelapan dalam jabatan; pemerasan dalam jabatan; ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara); menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

10 Asumsi dan tujuan studi ttg korupsi
Apabila bisa mengenali penyebabnya, diharapkan dapat merumuskan strategi memeranginya secara lebih tepat dan efektif. Adagium politik: Power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely -- John Emerich Edward Dahlberg, (Baron Acton pertama, yang kemudian lebih dikenal sebagai Lord Acton) dalam surat kepada Uskup Mandell Creighton, 3 April 1887, in Louise Creighton ‘Life and Letters of Mandell Creighton’ (1904) vol. 1, ch. 13. Bagaimana mengatasinya? Kamis, 22 Nopember 2018

11 Modernitas & korupsi Negara – masyarakat Institusi – individu
Publik – privat Kamis, 22 Nopember 2018

12 Interaksi Koruptif KORUPSI NEGARA MASYARAKAT PASAR
Kamis, 22 Nopember 2018

13 Masyarakat adat, kelompok etnis, budaya
NEGARA Agen-agen publik formal nonprofit informal profit Publik PARPOL/ORMAS/LSM Publik Privat Organisasi sukarela Nonprofit KOMUNITAS PASAR Masyarakat adat, kelompok etnis, budaya Usaha-usaha swasta Pertemuan Minggu ke-6 informal profit Senin, 02 April 2012

14 Problem politik dan ekonomi yang berakar pada budaya dan sejarah?
Problem korupsi Problem politik dan ekonomi yang berakar pada budaya dan sejarah? Kamis, 22 Nopember 2018

15 Korupsi Fenomena kompleks, banyak teori untuk menjelaskan, tidak selalu mudah untuk melawan dan memberantas tuntas; Perlu kecermatan, ketegasan, keberanian, konsistensi .... Kamis, 22 Nopember 2018

16 Mengapa korupsi? Teori normatif: penyimpangan moral Teori empiris:
Sosiologi fungsional: mengompensasi fungsi-fungsi yang tak berjalan Teori pertukaran (mekanisme pasar) “Pelembagaan politik”: stabilitas, ikatan patron-klien (klientilisme) Kamis, 22 Nopember 2018

17 Mengapa korupsi? Caiden (2001) mentions the following ‘sources’ of corruption: psychological, ideological, external, economic, political, socio-cultural, and technological. Kamis, 22 Nopember 2018

18 Teori-teori Barat Public Choice Theory: tindakan pejabat korup dilakukan secara sadar, dengan pertimbangan rasional . Agen- agen otonom diasumsikan melakukan kalkulasi + rasional tentang sarana-tujuan (means-end). Ada kalanya teori pilihan rasional dikombinasi dengan game theory dan gagasan bahwa pilihan agen terikat pada kemampuan membuat keputusan dan struktur politik, ekonomi, dan aturan budaya (institusi) … institutional choice framework (Collier 2002). Kamis, 22 Nopember 2018

19 Teori-teori Barat Bad Apple Theories: penyebab korupsi adalah orang- orang yang cacat karakter (moral), bisa disebut ‘bad apples’. ‘Wrong’ values are therefore the cause of corruption. Organizational Culture Theories: fokusnya tidak pada motif individual tapi struktur dan kultur organisasi di mana agen bekerja. Kadang diberi metafora ‘slippery slope’ Kamis, 22 Nopember 2018

20 Teori-teori Barat Clashing Moral Values Theories: nilai dan norma masyarakat secara langsung memengaruhi nilai dan norma individu. Ada masyarakat yang tak membedakan peran publik dan privat. Ungkapan Amerika Latin: “untuk teman segalanya, untuk musuh tidak sama sekali, untuk orang asing berlaku hukum” (a los amigos todo, a los enemigos nada, al extraña la ley). Kamis, 22 Nopember 2018

21 Teori-teori Barat The Ethos of Public Administration Theories: mengkaji struktur politik dan ekonomi. Kinerja pejabat dipengaruhi tekanan masyarakat melalui organisasi. Digabung dengan kurangnya perhatian pada isu integritas, mengarahkan fokus pada “efektivitas” yang menyebabkan pejabat korup. Target pembangunan? Kasus KPU? Kamis, 22 Nopember 2018

22 Teori-teori Barat Correlation ‘Theories’ : tidak mulai dari model penjelasan teoretik, baik implisit atau eksplisit, tetapi dari faktor-faktor spesifik. Penelitian lazim menekankan faktor-faktor sosial, politik, organisasional, atau individual. Semua variabel diperhitungkan pada semua level: individual, organisasional, dan sosietal. Kamis, 22 Nopember 2018

23 Pembuatan keputusan etik

24 Excellent with morality

25 “All things excellent are as difficult as they are rare.”
Baruch Spinoza Dutch philosopher, 1632–1677 “All things excellent are as difficult as they are rare.” Ethics pt. 5 (1677) (translation by Edwin Curley)

26 Pembuatan keputusan etik
Pembuatan keputusan etik (PKE) terjadi ketika seseorang dihadapkan pada pilihan yang menyangkut isu-isu (persoalan) etis (Bommer et al., 1987). Yang disebut sebagai persoalan etis adalah “dilema- dilema etis” atau situasi di mana nilai-nilai etik yang penting saling bertentangan satu sama lain (Cooper, 2001; Maesschalck, 2005). Pembuatan keputusan etik (PKE) dapat dideskripsikan sebagai penerapan stadar etik (seringkali kombinasi beberapa standar etik) dalam tindakan spesifik pada situasi tertentu.

27 Perluasan pengertian PKE
Velasquez and Rostankowski (1985), mengacu pada situasi-situasi “where a person’s actions, when freely performed, may harm of benefit others.” Pembuatan keputusan menjadi pembuatan keputusan etik (PKE) dalam pengertian bahwa pilihan tindakan atau keputusan tersebut mempunyai konsekuensi bagi pihak-pihak lain (yang kenyataannya mencakup kebanyakan keputusan).

28 Model-model PKE Model ditentukan oleh jawaban atas pertanyaan: bagaimana dilema ditangani dan faktor-faktor apa yang memengaruhi proses PME. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, beberapa model dikembangkan yang terutama berbasis pada literatur tentang psikologi perkembangan, etika bisnis, dan studi-studi organisasi.

29 Model-model PKE Model Kohlberg (1969, 1984). Sebagai psikolog, terutama memfokuskan pada peran perkembangan moral kognitif, Kohlberg mencoba menjelaskan bagaimana memikirkan tentang dilema-dilema moral, bukan bagaimana secara aktual menghadapi situasi tertentu. Persoalannya: apakah kemampuan untuk mempertimbangkan etika (yang berhubungan dengan tingkat perkembangan moral) memang menjamin tindakan atau perilaku etis. Model J. R. Rest (1986), menjelaskan empat proses psikologis yang memengaruhi tindakan etis: ethical interpretation, ethical judgment, selection of the moral action, and implementation of the moral course of action.

30 Model-model PME Model L. K. Treviño (1986): person–situation interactionist model. Faktor-faktor individual (seperti perkembangan moral, locus of control, kekuatan ego, dsb.) masih penting menentukan pembuatan keptusan etik, tetapi ia menggabungkannya dengan variabel situasional atau moderator situasional (seperti konteks pekerjaan, kultur organisasi,karakteristik pekerjaan, kandungan moral dalam kultur organisasi, dsb.). Model Bommer et al. (1987) yang mengidentifikasi beberapa lingkungan yang dapat berdampak pada keputusan (manajer), yaitu lingkungan-lingkungan: kerja, legal/pemerintahan, sosial, profesional, dan personal.

31 Model-model PME Model Jones (1991). Menurut Jones semua model melupakan satu aspek krusial: karakteristik persoalan moral itu sendiri. Kandungan moral dilukiskan sebagai sesuatu yang kompleks multidimensional, seperti keluasan konsekuensi dan kedekatannya. Penilaian moral individu juga dipengaruhi oleh preferensi filosofi etisnya (O. C. Ferrell & Gresham, 1985; Hunt & Vitell, 1986; Stead, Worrell, & Stead, 1990). Dua tipe dasar filosofi etis: evaluasi deontologis dan teleologis. Evaluasi deontologis mengacu pada kebenaran dan kesalahan inheren pada suatu pilihan tindakan tertentu (Hunt & Vitell, 2006), sedangkan evaluasi teleologis mengacu ke fakta bahwa pilihan seseorang harus didasarkan pada apa yang terbaik bagi semua pihak yang dipengaruhi (O. C. Ferrell & Gresham, 1985).

32 Preferensi filosofi etis bisa dipelajarai melalui sosialisasi, misalnya melalui kelompok-kelompok sosial, pendidikan formal, lingkungan profesional.

33 Rangkuman Faktor yang Memengaruhi PKE
Faktor-faktor Individual Faktor Situasional & Lingkungan Ford & Richardson (1994) Perkembangan moral kognitif Locus kendali Umur Pengalaman kerja Masa kerja Gender Machiavellianism Sistem nilai personal Filosofi etis personal Orientasi nilai ekonomi Orientasi ke pihak luar Orientasi motivasional Struktur reward and punishment Pihak lain yang dijadikan referensi atau signifikan Kebijakan organisasi dan kode etik Komitmen top management Iklim kerja etik Kesempatan Program-program latihan etik Formalisasi Sentralisasi Kontrol Ukuran organisasi

34 Rangkuman Faktor yang Memengaruhi PKE
Faktor-faktor Individual Faktor Situasional & Lingkungan Loe, Ferrell, & Mansfield (2000) Perkembangan moral kognitif Gender Filosofi moral Umur Pendidikan Pengalaman kerja Nasionalitas Agama Locus kendali Minat (Intent) Intensitas moral Kesempatan Kode etik (Codes of ethics) Ganjaran dan hukuman (Rewards and sanctions) Kultur dan iklim Significant others

35 Rangkuman Faktor yang Memengaruhi PKE
Faktor-faktor Individual Faktor Situasional & Lingkungan Wittmer (2001) Atribut personal: agama, nasionalitas, seks, umur Latar belakang Pendidikan dan pekerjaan: tipe pendidikan, lamanya pendidikan, pekerjaan, dan masa kerja Kepribadian, keyakinan, dan nilai-nilai: Machiavellianism, nilai-nilai, locus kendali, konflik peran, dan penerimaan pada otoritas (kewenangan) Referent groups: pengaruh peer group, pengaruh top management, rewards and sanctions Kode Etik (Codes of conduct) Tipe keputusan etik Faktor-faktor organisasi: ukuran dan tingkatan organisasi Faktor-faktor industri: tipe industri, daya saing bisnis (business competitiveness)


Download ppt "Kode ETS102 Etika Sosial & Politik"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google