Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TINJAUAN & STUDI LAHAN BASAH : Berbasis Agroekosistem

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TINJAUAN & STUDI LAHAN BASAH : Berbasis Agroekosistem"— Transcript presentasi:

1 TINJAUAN & STUDI LAHAN BASAH : Berbasis Agroekosistem
Prof (R). Dr. Ir. M. Noor, MS. - Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Lokakarya Lahan Basah Banjarmasin, 20 September 2018

2 Apa yang dimaksud dengan LB?
Outline Apa yang dimaksud dengan LB? Faktor-faktor yg berpengaruh dalam ekosistem LB? Bidang kajian sumber daya & pengelolaan LB di Indonesia ? Peluang, kendala, dan tantangan dalam kajian LB ?

3 Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman.

4 REFERENSI William J. Mitch & James G. Gosselink, 1993
Wetlands, 2nd- Eds William J. Mitch & James G. Gosselink, 1993 2. Lahan Basah Buatan Indonesia, Puspita dkk Wetlands Int. Prog Indo. Bogor, 2005. 3. Wetland Ecology, Van Nostrand Reindhold, 2008

5 Lingkup Lahan Basah: habitat alami dan buatan :
Panduan Inventarisasi Lahan Basah ASIA Versi 1.0 (Indonesia) The Asian Wetlands Inventory (AWI) Lingkup Lahan Basah: habitat alami dan buatan : Daerah inter-tidal dan muara, seperti danau, pesisir, batu karang yang berada di daerah terbuka, endapan lumpur dan pasir, danau air asin (di daerah yang bersuhu rendah) dan hutan bakau (di daerah tropis dan sub-tropis); Sungai dan rawa yang terbentuk dari genangan banjir, anak sungai dan danau; Danau air tawar baik yg temporer/permanen Hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, serta Gambut dan lumpur Sumber : Scott 1989; Watkins & Parish 1999

6 Definisi Lahan Basah Menurut Ramsar
LB adalah wilayah-wilayah rawa, daratan rendah, gambut atau air, baik alami atau buatan, permanen atau temporer, dengan air tenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk area laut dengan kedalaman air yg tidak melebihi enam meter pada saat air surut Catatan: Konvensi Ramsar, Indonesia meratifikasi sejak 1991

7 Definisi teknis Lahan basah digolongkan baik ke dalam bioma maupun ekosistem. Lahan basah dibedakan dari perairan dan juga dari tata guna lahan lainnya berdasarkan tingginya muka air dan juga tipe vegetasi yang tumbuh di atasnya. Lahan basah dicirikan oleh muka air tanah yang relatif dangkal, dekat dengan permukaan tanah, pada waktu yang cukup lama sepanjang tahun untuk menumbuhkan hidrofita (tumbuhan yang khas tumbuh di wilayah basah) Bioma adalah sekelompok hewan dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu. Bioma terbagi menjadi beberapa jenis, ditentukan oleh curah hujan dan intensitas cahaya mataharinya. Berikut ini adalah pembagian bioma: Bioma tundra Bioma taiga/hutan konifer Bioma padang gurun Bioma padang rumput Bioma hutan gugur, dan Bioma hutan hujan tropis Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.[1] Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.[1]

8 Definisi teknis Lahan basah juga kerap dideskripsi sebagai ekotone yaitu wilayah peralihan antara daratan dan perairan. Mitsch dan Gosselink, lahan basah terbentuk: "...at the interface between truly terrestrial ecosystems and aquatic systems, making them inherently different from each other, yet highly dependent on both."

9 Lahan Rawa Lahan rawa adalah lahan yg sepanjang tahun, atau selama waktu yg panjang dlm setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, al “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen” Lebak Pasang Surut

10 Pertemuan Nasional Pasang Surut & Rawa di Bogor 1992.
Rawa (swamps) dibedakan menjadi : rawa pantai (coastal marsh, saltwater marsh), rawa pasang surut (tidal swamps, back swamps) rawa lebak (inland marsh, fresh water marsh)

11 Bog “Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (bereaksi) masam. Peat “Peat/gambut” adalah histosol, lahan rawa yang mempunyai ketebalan lapisan gambut > 50 cm dgn kadar bahan organik >20% (12% C-organik), tergantung pada kadar liatnya

12 Fen “Fen” adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis “reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral, yang disebut “laagveen” atau “lowmoor”.

13 1. Tropical Peatland Ecosystem,
Mitsuru Osaki dan Nobuyuki Tsuji Sprinkler, 651 hlm, 2017 2. Towards Climated-Responsible Peatlands Management FAO, 100 hlm, 2008

14 Faktor2 yang Berpengaruh pada Ekosistem Lahan Basah

15 Zonasi Tipologi Lahan Basah –Sub Optimal: Lahan Rawa Pantai
Lahan Rawa Pasang Surut Lahan Rawa Lebak

16 Gambar . Penampang skematis zonasi wilayah rawa dari pantai lepas yang memiliki beting pasir pantai (coastal dunes) sampai rawa pedalaman

17 Gambar. Penampang skematis sub-landform di antara dua sungai besar pada zona II rawa pasang surut air tawar

18 4 Tipe luapan Tipe Rawa Pasang Surut
Tipe luapan A  wilayah yang terluapi pasang purnama dan ganda Tipe luapan B  wilayah yang hanya terluapi pasang purnama Tipe luapan C  wilayah yang tidak terluapi pasang, tetapi muka air tanah < 50 cm Tepe luapan D  wilayah yang terluapi pasang, tetapi muka air tanah > 50 cm

19

20 4 Tipologi Tipe Rawa Lebak L. dangkal  tinggi genangan < 50 cm dan lama < 3 bulan L. tengahan  tinggi genangan cm dan lama bulan L. dalam  lahanyang tinggi gennagan > 200 cm dan lama > 6 bulan L. sangat dalam  lahan yang genangan > 200 cm dan lama >> 6 bulan

21

22 Bidang Kajian SD Lahan Basah & Pengelolaannya di Indonesia

23 Dimensi Utama Kajian Lahan Basah
Dimensi Sosial (People) Menjamin akses yang sama pada sumber daya LB dan pelayanan lahan basah melalui kebijakan dan kerangka hukum yang tegas pada semua tingkatan. Membangun daya tahan masyarakat dalam menghadapi bencana terkait lahan rawa baik melalui pendekatan keras dan halus. Dimensi Lingkungan & Kesehatan (Planet) Mengelola keberlanjutan LB sebagai bagian dari ekonomi hijau Memulihkan pelayanan ekosistem dalam wilayah daerah aliran sungai untuk meningkatkan fungsi budidaya dan lindung Menekan dan mengatasi virulensi dan kualitas air yang rendah Dimensi Ekonomi (Profit) Meningkatnya produktivitas lahan basah dan konservasi dalam semua sektor penggunaannya Berbagi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam mengelola ekosistem lahan basah secara komprehensif

24 Dimensi Utama (lanjutan)
4. Dimensi Hukum & Regulasi (Law) Menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatan dan pengelolaan melalui kebijakan (regulasi) dan kerangka hukum. Memperkuat kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam menghadapi bencana di lahan basah seperti kebakaran lahan, banjir dan sebagainya. 5. Dimensi Budaya dan Kearifan Lokal (Local wisdom) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan yang mumpuni Memperkaya cara-cara pengelolaan penggunaan dan konservasi dengan sumber daya LB dengan memperhatikan budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat Meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan dan konservasi LB melalui pembinaan dan penguatan kelembagaan masyarakat (LSM).

25 Dinamika Nilai Sosial Str Lingkungan: Proses: Fungsi Lingkungan:
Geomorfologi, Hidrologi, Tanah, Flora & Fauna Proses: Fisika, Kimia, Biologi Fungsi Lingkungan: Hidrologis Biogeokimia Ekologis Dinamika SD Lahan Sifat: Keanekaragaman, Budaya. Keunikan, Ilmu pengetahuan Nilai Sosial Dinamika Profit Hasil Produk: Kayu, Burung, Ikan, Tanaman Dampak LH (GRK) Dampak Ksehatan Jasa Lingkungan: Mencegah banjir Menjaga mutu air Mendukung ke-aneka ragaman

26 Sistem Pertanian Senergitas Kompensatif Sistem Pengelolaan Bijaksana
Fungsi Lingkungan Fungsi Produksi Tanaman Pangan Hortikultura Perikanan Air Tawar Peternakan Itik Kerbau Rawa Lumbung Air Rosot karbon Pencegah banjir Pencegah kekeringan Pecegah pencemaran Sumber plasma nutfah Keanekaragaman hayati Sistem Pengelolaan Bijaksana

27 Sumber: Rauf, Abdul

28 Peluang, Kendala & Tantangan dalam Kajian LB

29 1. Potensi LB di Indonesia sangat luas : 35-50 juta ha, dimanfaatkan baru sekitar 13-15 juta
Tersebar di 18 provinsi kota/kabupaten Landscape dalam hamparan yang luas Sebagian sudah ditata-ruang dlm skim-skim /unit pengelolaan Lumbung pangan & energi masa depan

30 2. Mempunyai beberapa keunggulan biofisik, sosial dan budaya
Topografi hampir datar sehingga biaya pembukaan/reklamasi/pengelolaan relatif murah Masyarakat sudah memahami kondisi LB bahkan memiliki kearifan lokal Sejarah panjang model dan pendekatan dalam pengembangan LB menjadi lesson learn (pembelajaran).

31 3. Kendala bahwa infrastruktur (sapras) belum sepenuhnya tersedia dan mendukung untuk meningkatkan hasil kinerja 4. Sumber daya manusia di lahan basah masih rendah baik jumlah/kualitas : pendidikan, sikap-mental dan 5. Tekanan dunia internasional tentang pengelolaan lahan yang baik (GAP) dan isu ramah lingkungan

32 TERIMA KASIH, MOHON MAAF WASSALAMU'ALAIKUM

33

34 POTENSI RAWA UNTUK PERTANIAN
Total Rawa 33,39 jt Ha Tidak berpotensi 23,86 jt Ha Berpotensi PS=9,53 jt Ha, Lebak =10,19 Belum dimanfaatkan PS=4,13 jt Ha L=9,46jt Ha Sudah dimanfaatkan PS=5,4 jt Ha L=0,73jt Ha

35 REKLAMASI RAWA NASIONAL
Total Rawa Ha Belum Reklamasi Ha Reklamasi Ha Rawa Lebak Ha Rawa Pasang Surut Ha Perlu Optimalisasi


Download ppt "TINJAUAN & STUDI LAHAN BASAH : Berbasis Agroekosistem"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google