Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN
REKAYASA JALAN (TSP – 214) METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
2
TAHAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN
PEKERJAAN PEMETAAN PEKERJAAN CLEARING DAN GRUBBING PEKERJAAN STRIPPING PEKERJAAN SUB GRADE PEKERJAAN SUB BASE PEKERJAAN BASE PEKERJAAN WEARING COARSE PEKERJAAN MARKA JALAN PEMASANGAN RAMBU
3
TAHAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN
PEKERJAAN GEOMETRIK Pematokan lintasan lurus Pematokan sumbu rencana as jalan Pematokan lengkung PEKERJAAN ASPAL Pencampuran aspal Penghamparan Perataan pemadatan
4
PEKERJAAN GEOMETRIK JALAN
Pematokan Lintasan lurusJALAN Merupakan pematokan bagian tangen atau garis lurus yang menghubungkan antara dua titik PI (point of intersection). Pematokan dilakukan setiap jarak 50 meter dengan pemasangan Bench Mark pada jarak maksimal 500 meter. Langkah awal adalah menentukan stasiun awal (titik awal) dengan cara menentukan kedudukan di lapangan dengan 2 titik referensi BM (misal titik BM- A dan BM-B)
5
Mematok STA 0+000 dari titik BM-A
Hitung sudut azimuth AB (αAB) dan kemudian berturut-turut dihitung angka αAO, dA0 dan d10) Letakkan alat ukut TS di titik BM-A lalu bidik ke arah BM-B dan putar sudut searah jarum jam sebesar 360-α Ukur jarak sepanjang dA0 yang searah garis bidik BM-B.
6
Pematokan Sumbu Rencana As Jalan
Terdiri dari : pematokan tangen atau garis lurus yang mnghubungkan antara dua titik PI atau titik awal dengan titik PI Pematokan lengkung LANGKAH2 MENETAPKAN ARAH TANGEN : Hitung azimuth garis AB (α0B) dan α01 hitung sudut (PI,0B) Hitung jarak PI1 = d01 Lakukan pamatokan sebagai berikut : Letakkan alat ukur sudut di STA , arahkan ke titik B (baca sudutnya) Putar searah jarum jam sehingga bacaan (360⁰ - ) Ukur setiap 50 meter yang searah garis bidik dari STA sampai titik PI1 dapat dipatok Lalu titik PI2 dari data hitungan α12 atau dari data lengkung ()
8
LANGKAH2 PEMATOKAN LENGKUNG HORISONTAL
Lengkung horisontal dapat berupa LINGKARAN dan SPIRAL Pematokan lengkung lingkaran dimulai dari titik TC 5 cara antara lain : CARA 1 : SELISIH BUSUR SAMA PANJANG DARI TITIK Tc
9
CARA 2 : SELISIH ABSIS YANG SAMA PANJANG DARI TITIK TC (selisih absis = a)
10
LANGKAH2 PEMATOKAN LENGKUNG VERTIKAL
Sebelum melakukan pematokan lengkung vertikal , maka lakukan dahulu pematokan kelandaian . Misal patok 1,2 ,3 dst aalah patok pas as sumbu tiap 50 meter. Apabila titil 1 telah diketahui (Sta 0+000) = t1 meter Dari titik 1 harus digali sedalam x meter . Jadi tinggi rencana titik -1 adalah T1 = t1 – x Apabila rencana kelandaian adalah g1%, maka tinggi rencana titik 2 (sta 0+050) dapat dihitung T2 = T1 + g/100 * 50 dan titik 3 (sta 0+100) adalah T3 = T2 + g2/100 * 50 Setelah mengetahui tinggi rencana, maka dilakukan pengukuran sipat datar untuk mendapatkan tinggi tn . Lalu bandingkan dengan tinggi rencana hasil perhitungan di atas , bila Tn > tn timbunan bila Tn < tn galian
12
LANGKAH2 PEMATOKAN LENGKUNG VERTIKAL
Dalam perencanaan lengkung , terdapat data-data : tPVI = tinggi rencana titik PVI g1 dan g2 (%) = kelandaian rencana Lv = panjang horisontal lengkung vertikal
13
KESELAMATAN KERJA DI JALAN RAYA
5 aspek keselamatan Keselamatan publik yang melakukan pekerjaan Proteksi terhadap pekerjaan proyek Keselamatan pekerja dari bahaya potensial Keselamatan operator terhadap kegiatan lain Perlindungan individu akibat tindakannya sendiri
14
Jenis Rambu Persyaratan Rambu Berdasarkan jenis pesan :
Rambu peringatan, misal terdapat perlintasan kereta api Rambu petunjuk, misal arah suatu kota Rambu larangan dan perintah, misal dilarang berhenti Berdasarkan cara pemasangan: Rambu tetap Rambu tidak tetap Persyaratan Rambu Mudah dipasang Mudah dipindahkan Mudah diangkut Tidak mudah rusak Dapat berfungsi baik pada siang maupun malam hari.
15
Dengan mempertimbangkan kapasitas jalan, kelancaran lalu lintas, keselamatan pekerja maupun pemakai jalan make pengaturan lalu lintas perlu dilakukan pada lokasi dimana pekerjaan sedang berlangsung. Pengaturan ini juga dihubungkan dengan ciri-ciri pekerjaan konstruksi jalan yang meliputi jenis pekerjaan dan kondisi lalu lintas. Perlengkapan Rambu
19
PEKERJAAN ASPAL 1. Sistem penakaran (batching)
AMP (Asphalt Mixture Plant) Unit pencampur aspal ini dibedakan menjadi : 1. Sistem penakaran (batching) Proporsi campuran dilakukan dgn cara penimbangan masing- masing bahan 2. Sistem menerus (countinuous) Proporsi campuran dilakukan berdasarkan volume (melalui pintu bukaan) Dimana perbedaan kedua tipe alat ini ??? AMP Jenis komposisi bahan dalam proses pencampuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan sedangkan pada sistem menerus diubah ke dalam sistem satuan volume
23
PEMERIKSAAN BAGIAN AMP
Sistem Pemasok dan Cold Bins Sistem pemasok agregat dingin masuk melalui bukaan atau pintu yang dapat diatur melalui conveyor dan diteruskan menggunakan elevator dingin menuju drum pengering. Hal yang harus diperhatikan pada cold bins adalah : Tidak ada perubahan gradasi Tidak terjadi perubahan kecepatan conveyor Bukaan bin dingin dikalibrasi secara periodik Agregat tidak tercampur Tidak ada penghalang pada bukaan cold bin
24
Cold bin system
25
2) sistem pengering (dryer)
Fungsinya untuk menghilangkan kandungan air pada agregat dan memanaskan agregat sampai pada temperatur yang disyaratkan Yang harus diperhatikan adalah : Kalibrasi alat pengukur temperatur Pembakaran yang harus sempurna, dapat dilihat dari warna asap yang keluar dari cerobong Unit pengering sudu-sudu
26
3) Sistem Pengering (Dryer)
Fungsinya untuk alat pengotrol polusi udara di lingkungan AMP dan mengembalikan debu ke hot elevator . Terdiri dari sistem pengumpul debu kering dan basah Tipe wet scrubber tipe dry cyclone
27
4) Hot elevator (sistem pemasok agregat panas)
Harus dilindungi untuk mencegah kebocoran dari agregat 5) Unit ayakan panas (hot screening) Ayakan harus memiliki efisiensi sehingga aggregat dalam setiap penampung (bin ) tidak mengandung lebih dari 10 % bahan yang berukuran terlampau besar ( oversize ) atau terlampau kecil ( under size ) Pencampur.
28
6) Bin Panas (hot bins) Tempat menyimpan agregat panas yang telah melalui ayakan panas sesuai dengan fraksi yang diperlukan Bin panas
29
7) Tangki Aspal Kapasitas tangki harus cukup untuk melayani produksi tanpa terjadinya penundaan operasi dan dilengkapi dengan alat pemanas Tangki harus bebas dari bahan lain 8) Timbangan agregat dan aspal Hal yang harus diperhatikan adalah : kalibrasi timbangan, weight box tergantung bebas dan kontrol kinerja operator
30
9) Pencampur (Pugmill) Setelah agregat, aspal dan bahan pengisi ditimbang, maka dimasukkan ke dalam pugmill. Waktu pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mencegah oksidasi yang berlebih Pugmill berkapasitas kurang Pugmill berkapasitas lebih Hal yang harus diperhatikan : temperatur aspal, lama pencampuran, kondisi bukaan campuran
31
10) Sistem kontrol operasi
Terdapat tiga jenis : otomatis, semi otomatis dan manual Hal yang harus diperiksa terhadap hasil AMP adalah : Penyelimutan aspal pada agregat Terjadi penggumpalan atau tidak Warna asap (biru = overheating, putih = kadar air pada agregat masih tinggi)
35
PEKERJAAN PERSIAPAN Kerusakan pada permukaan jalan seperti retak , lubang , alur dan amblas harus diperbaiki. Metode yang umum digunakan adalah pembongkaran dan penambalan (patching) Caranya dengan membuat lubang persegi dengan luas yang cukup meliputi daerah yang mengalami kerusakan Bahan pengganti adalah material yang memiliki kekuatan minimum sama dengan perkerasan sekitarnya
36
Bila area cukup luas, akan lebih baik apabila menggunakan alat penggaruk dingin (cold milling) . Alat ini dapat menggaruk dengan kedalaman maksimum sampai 15 cm dan lebar 1,5 m PEMASANGAN TACK COAT ATAU PRIME COAT Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan ikat yang diletakkan di atas lapis pondasi agregat, sedangkan lapis perekat (tack coat) diletakkan di atas lapisan beraspal atau beton. Lapis perkerasan yang ada Prime Coat / Tack Coat Lapis perkerasan beraspal yg baru
37
- Lapisan gampang terkelupas * Permukaan Base Course kurang bersih,
PERMASALAH UTAMA DI LAPANGAN Prime Coat - Lapisan gampang terkelupas * Permukaan Base Course kurang bersih, * Permukaan Base Course terlalu kering/basah, * Jenis aspal terlalu kental, * Waktu curing kurang - Daya lekat kurang * Jenis aspal terlalu encer Tack Coat - Bleeding pada permukaan overlay * Aplikasi aspal berlebihan
38
U R A I A N PRIME COAT TACK COAT Perkerasan yg ada Tidak beraspal
Jenis bahan MC 30 MC 70/RC 70 MC 250/RC 250 Jumlah 0,4 – 1,2 l/m2 0,25 – 0,60 l/m2 Temperatur 30 – 40 C o 50 – 90 C
40
PEKERJAAN PENGHAMPARAN ASPAL
Sebelum proses penghamparan, permukaan harus benar-benar bersih dari bahan-bahan lepas dan bahan lain yang mengganggu. Pelaksanaan penghamparan harus memperhatikan cuaca, apabila akan hujan , maka penghamparan harus segera dihentikan, kecuali apabila terpaksa (dengan mutu tetap dipertahankan) Proses penghamparan harus dimulai dari titik terjauh dari instalasi pencampur Penghamparan harus menghasilkan permukaan rata Selama proses penghamparan harus terdapat petugas yang menyempurnakan hasil penghamparan
41
ALAT PENGHAMPAR Terdiri dari dua jenis , yaitu penghampar mekanis bermesin yang menggunakan roda karet dan yang menggunakan roda baja (track/crawler) secara fungsi sama. Perbedaannya : jenis track lebih tahan terhadap dorongan truk pada saat pengisian dan pada saat mendorong truk selama proses penghamparan. Namun sulit dipindah-pindah.
42
PELAKSANAAN PENGHAMPARAN ASPAL
Koordinasi antara AMP dengan lapangan Pengaturan ketebalan dan kemiringan melintang Pengaturan lebar penghamparan Sambung (melintang dan memanjang)
43
PEMERIKSAAN PENGHAMPARAN ASPAL
Temperatur Tekstur permukaan Kerataan permukaan Ketebalan Kemiringan melintang dan memanjang Sambungan melintang dan memanjang
44
PEKERJAAN PEMADATAN ASPAL
Pneumatic roller/ roda karet Steel wheel roller (roda baja) Alat pemadat tiga roda Alat pemadat dua roda, tandem. Alat pemadat tandem dengan tiga sumbu.
46
Harus bisa memberikan kepadatan maksimum
PEKERJAAN PEMADATAN ASPAL Pemadatan harus dilakukan secepatnya setelah penghamparan, yaitu pada saat hamparan sudah tidak bergerak karena pemadatan Pemadatan harus dilakukan dalam tiga tahap : Pemadatan awal, dengan menggunakan alat pemadat roda besi (suhu minimum 110⁰C) waktu 0 – 5 menit setelah penghamparan Pemadatan antara, dengan menggunakan alat pemadat roda karet (suhu antara 90⁰C - 110⁰C) 10 – 25 menit setelah penghamparan Pemadatan akhir, dengan menggunakan roda besi 20 – 45 menit setelah penghamparan Harus bisa memberikan kepadatan maksimum Kecepatan pemadatan harus konstan, perubahan kecepatan akan menyebabkan usaha pemadatan yang tidak merata . Menurut US army , kecepatan pemadatan awal 3, 2 – 5,6 km/jam , pemadatan antara 4 – 5,6 km/jam, pemadatan akhir 5 – 8 km/jam Untuk daerah tanjakan , pemadatan dilakukan dari daerah yang lebih rendah
47
PENGENDALIAN MUTU Persyaratan tebal, tidak boleh lebih tipis 5 % dan lebih tebal 10% dari tebal rencana yang dikehendaki Pemeriksaan permukaan Permukaan arah melintang dan memanjang diperiksa dengan mistar 4 m dan mal melintang (crown template) Pemeriksaan kepadatan Kepadatan rata-rata lapisan tidak kurang dari 96% kepadatan laboratorium Pemeriksaan temperatur Temperatur harus sesuai dengan jenis campuran dan metode pencampuran
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.