Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSugiarto Rachman Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Sistem Sosial Budaya Indonesia (Jacobus Ranjabar, SH., M.SI)
Bab 5 Integrasi Nasional dan Konflik dalam Masyarakat Indonesia Sistem Sosial Budaya Indonesia (Jacobus Ranjabar, SH., M.SI)
2
Integrasi Nasional dan Konflik dalam Masyarakat Indonesia
Persoalan integrasi kelihatannya banyak ditemui pada masyarakat yang sedang berkembang terutama bagi masyarakat yangbersifat majemuk seperti indonesia. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebagai suatu sistem sosial selalu dihadapkan pada tuntutan untuk mengorganisasi anggota-anggotanya, sehingga tindakan mereka dapat diintegrasikan dengan baik antara satu sama lain. Konflik adalah segala bentukinteraksi yang bersifat oposisi atau suatu interaksi yang bersifat antagonis (berlawanan, bertentangan, atau berseberangan)
3
1. Integrasi Nasional Struktur masyarakat Indonesia adalah majemuk sebagaimana yang dikemukakan ole Van den Berghe, yaitu sebagai berikut. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok- kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Memiliki struktur sosial yang berbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkonplementer. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. Secara relatif sering kali terjadi konflik. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok lainnya.
4
2. Kekerasan dalam konflik
Konflik yang mengunakan kekerasan adalah suatu realitas yang tidak membutuhkan pembenaran moral, karena kekerasan memiliki kualitas pembaruan, membebaskan manusia untuk mengikuti ketentuan tidak rasional dan sifat bawaanya sendiri.
5
2.1 Indikator konflik Menurut Nasikunantara lain sebagai berikut.
Demonstrasi Kerusuhan Serangan bersenjata (armed attack) Indikator yang terutama sekali berhubungan dan merupakan akibat daripada armed attack. Governmental sanction yaitu menetralisir: Penyensoran Pembatasan Partai Politik Pengawasan
6
2.2 Bentuk dan macam konflik
Menurut H. Kusnadi dan Bambang Wahyudi, macam konflik Konflik menurut hubungannya dengan tujuan organisasi. Konflik fungsional. Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan karenanya sering kali bersifat konstruktif. Konflik fungsional sangat dibutuhkan organisasi. Konflik disfungsional. Konflik disfungsional adalah konflik yang menghambat tercapainya tujuan organisasi dan karenanya seringkali bersifat destrutif (merusak) Konflik menurut hubungannya dengan posisi pelaku yang berkonflik. Konflik vertikal. Konflik horizontal Konflik diagonal
7
3. Konflik menurut hubungannya dengan sifat pelaku yang berkonflik.
Konflik terbuka Konflik tertutup 4. Konflik menurut hubungannya dengan waktu Konflik sesaat Konflik berkelanjutan Konflik Antar Agama 5. Konflik menurut hubungannya dengan pengendalian. Konflik terkendali Konflik tidak terkendali
8
6. Konflik menurut hubungannya dengan sistematika konflik.
Konflik nonsistematis Konflik sistematis 7. Konflik menurut hubungannya dengan konsentrasi aktifitas manusia didalam masyarakat. Konflik ekonomi Konflik Politik Konflik Sosial Konflik Budaya Konflik Pertahanan
9
2.3 konflik sosial vertikal dan horizontal
Konflik sosial secara teoritis dapat terjadi dalam berbagai tipe dan bentuk, yaitu konflik sosial vertikal dan konflik sosial horizontal. Konflik sosial vertikal konflik sosial vertikal, khususnya konflik yang terjadi antara masyarakat dan negara. b. Konflik sosial horizontal konflik sosial horizontal terjadi karena adanya konflik antaretnis, suku, golongan (agama)atau kelompok masyarakat (antar kampung, antar pemuda, dan lain-lain).
10
2.4 Teori konflik Pandangan Karl Marx dalam analisi konflik
Marx memberikan gambaran tentang model konflik kelas revolusioner dalam perubahan sosial. Marx mengajukan asumsi yang sangat simple yaitu bahwa organisasi ekonomi, khususnya kepemilikan tanah akan menentuukan organisasi yang ada dalam masyarakat. George Simmel, kekerasan di dalam konflik itu dapat terjadi karena hal berikut. Keterlibatan emossional daripada anggota, dimana keterlibatan tersebut dipengaruhi oleh soliidaritas dan harmonitas yang terciptanya sebelumnya. Konflik dipersepsi sebagai suatu media untuk memperjuangkan kepentingan pribadi dari masing-masing anggota.
11
Pandangan Marx Weber tentang Konflik
Semakin besar tingkat kemunduran, legitimasi dari kewenangan politik, maka semakin cenderung terjadi konflik antara superordinat san subordinat. semakin pemimpin kharismatik dpat muncul untuk memobilisasikan kemarahan subordinat di dalam system, maka semakin besar akan terjadi konflik antara superordinat dan subordinat. semakin efektif pemimpin kharismatik di dalam memobilisasi subordinat dalam mensukseskan konflik, maka semakin besar tekanan untuk meneruskan kewenangannya dalam menciptakan system aturan dan kewenangan administrative. semakin system aturandan kewenangan administrasi dapat menigkatkan kondisi tingginya kolerasi keanggotaan, tingginya diskontinuitas hierarki sosial, dan rendahnya mobilitas keatas, maka semakin besar ankan terjadi kemunduran legitimasi dari kewenangan politik dan semakin cenderung akan terjadi konflik antara superordinat dan subordinat.
12
Dahrendorf “aspek terakhir teori konflik Dahrendrof adalah mata rantai antara konflik dan perubahan sosial. Konflik menurutnya memimpin ke arah perubahan dan pembangunan. Dalam situasi konflik golongan yang terlibat melakukan tidakan-tindakan untuk mengadakan peruubahan dan struktur sosial. Kalu konflik itu terjadi secara hebat, maka perubahan yang timbul akan bersifat radikal. Begitu pula kalau konflik itu di sertai oleh penggunaan kekerasan, maka perubahan struktur akan efektif.”
13
Pandangan Lewis A. Coser tentang Konflik
Konflik di sebabkan oleh adanya kelompok lapisan bawah yang semakin mempertanyakan legitimasi dari keberadaan distribusi sumber- sumber langka. Lama tidaknya suatu suatu konflik dipengaruhi oleh tiga hal. Luas-Sempitnya tujuan konflik Pengetahuan sang pemimpin tentang symbol-simbol kemenangan atau kekalahan dalam konflik. Peranan pemimpin dalam memahami biaya konflik dan persuasi pengikutnya.
14
3. Analisis 3.1.Integrasi Nasional Integrasi bangsa Indonesia adalah masalah esensial bagi bangsa ini dan merupakan masalah dinamis dan kompleks yang memerlukan suatu kajian secara berkala untuk melihat mutu integrasi tersebut.masalahnya bukan kita masih terintegrasi atau tidak,tetapi bagaimana mutu integrasinya.
15
Konsep kebangsaan indonesia adalah terbentuknya suatu nation yang tidak didasarkan pada kesamaan ras,suku,agama,kepentingan bersama,geografi atau batas alamiah,tetapi merupakan suatu kesatuan solidaritas,kesatuan yang terdiri atas orang-orang yang saling merasa setia kawan dengan satu sama lain.
16
3.2. konflik dalam Masyarakat Indonesia
Konflik yang terjadi di berbagai wilayah tanah air tidak semata-mata karena faktor kepentingan para elite yang berbenturan,baik pada tingkat lokal maupun nasional. Akan, tetapi konflik juga terjadi karena berbagai tuntutan untuk diperlakukan secara adil,hilangnya otonomi kolektif dan pengalaman represi oleh kelompok dominan memperkuat rasa diperlakukan tidak adil,adanya diskriminasi aktif dalam politik,ekonomi dan budaya,serta kehadiran kelompok yang menggalang pemberontakan.
17
Konflik sosial bersumber dari adanya distribusi kekuasaan yang tidak merata.
Konflik juga berasal dari tidak tunduknya individu-individu sebagai pihak yang dikuasai terhadap sanksi yang diberikan oleh pihak yang sedang berada pada posisi menguasai.
18
3.3.kemajemukan masyarakat dalam menghadapi terjadinya disintegrasi bangsa
Ketika republik Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945,negara langsung dihadapkan kepada adanya perbedaan-perbedaan diantara golongan penduduk suku dan agama. Dengan ada perbedaan-perbedaan yang tidak usah ditutup-tutupi,di atas kenyataan itulah pendiri-pendiri bangsa ini menampilkan moto bhinneka tunggal ika. Melalui faham bhinneka tunggal ika,tangan bangsa yang kokoh kuat telah menggenggam panji yang berbunyi satu tanah air,satu bangsa, dan satu bahasa.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.