Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Zaman Modern (17 – 19 M).

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Zaman Modern (17 – 19 M)."— Transcript presentasi:

1 Zaman Modern (17 – 19 M)

2 Rasionalisme CIRI-CIRI Sumber pengetahuan adalah akal (rasio)
Pengalaman hanya meneguhkan pengetahuan akaliah. “Innate Ideas”, manusia telah memiliki pengetahuan sejak lahir. Metode deduktif – Umum ke khusus

3 Rene Descartes (1596 – 1650 M) 4 Langkah Metodis
Jangan pernah menerima apa saja sebagai yang benar Pecahkan kesulitan menjadi sebanyak mungkin bagian Arahkan pikiran secara tertib mulai dari objek yang paling sederhana ke objek yang paling kompleks Aktivitas ilmiah dengan memakai metode skeptis

4 Skeptisisme (Kesangsian metodis)
DISANGSIKAN PENGETAHUAN PENGALAMAN BENDA-BENDA TUBUH/BADAN TUHAN DITEMUKAN AKU SEDANG MERAGUKAN BERPIKIR AKU RAGU-RAGU, AKU BERPIKIR, MAKA AKU “ADA” “COGITO ERGO SUM” DUALISME AKU BERPIKIR KARENA “AKAL” SEBAGAI MANIFESTASI JIWA JIWA BERADA DALAM TUBUH TUHAN SUBS- TANSI PENCIPTA

5 Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716)
Substansi jumlahnya tidak berhingga, disebut “MONADE” Karakteristik Monade Tidak mempunyai ukuran Semua monade memiliki kesadaran. Monade tidak memiliki “jendela”, tidak berhubungan. Tuhan adalah monade tertinggi sebagai pencipta (aktus purus) Manusia merupakan monade ciptaan Segala sesuatu tersusun atas monade-monade

6 Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716)
Substansi jumlahnya tidak berhingga, disebut “MONADE” Karakteristik Monade Tidak mempunyai ukuran Semua monade memiliki kesadaran. Monade tidak memiliki “jendela”, tidak berhubungan. Tuhan adalah monade tertinggi sebagai pencipta (aktus purus) Manusia merupakan monade ciptaan Segala sesuatu tersusun atas monade-monade

7 Monade terdiri atas 3 tingkatan
Monade yang hanya memiliki gagasan gelap, belum memiliki kesadaran – benda-benda an-organis Monade yang memiliki gagasan dan kesadaran agak jelas – pengenalan inderawi Monade yang memiliki gagasan dan kesadaran jelas dan terang – jiwa manusia “ HARMONIA PRA-ESTABILITA “

8 Empirisisme CIRI-CIRI
Sumber pengetahuan adalah pengalaman (empiri) melalui indera. Akal atau rasio berfungsi untuk menyusun atau mengolah data yang masuk melalui indera Metode induktif – khusus ke umum.

9 Thomas Hobbes (1589 – 1679) Ontologi – Materialisme, segala yang ada bersifat bendawi/materi, dan tidak tergantung pada gagasan manusia. Epistemologi – Pengalaman merupakan awal semua pengetahuan, totalitas seluruh pengamatan. Akal merupakan fungsi mekanis yang mewujudkan suatu proses penjumlahan dan penguranngan.

10 Ajaran tentang Negara Negara lahir dari kontrak sosial.
Manusia pada hakikatnya memiliki watak jahat, secara kodrati manusia memiliki sifat mempertahankan diri, karena semua orang ingin mempertahankan diri, maka timbul perselisihan-peperangan (“homo homini lupus, bellum omnium contra omnes”). Untuk mengatasi itu manusia melepaskan haknya dan membuat perjanjian (kontrak sosial). Perjanjian warga negara dan kekuasaan yang memerintah.

11 John Locke (1632 – 1704) Epitemologi, semua pengetahuan datang dari pengalaman, akal hanya berfungsi menyusun data yang diperoleh melalui indera. Ada 2 pengalaman Pengalaman lahiriah (sensasi), tangkapan inderawi, di luar subjek, seperti; bau, warna, sifat. Pengalaman batiniah (refleksi), pengalaman psikis subjek sendiri, seperti; senang, marah, dll.

12 Ajaran tentang Negara Negara lahir dari kontrak sosial.
Manusia pada hakikatnya baik, dalam keadaan alamiah manusia hidup tanpa hak milik. Akibat bencana alam manusia mulai kesulitan makanan, sejak itu manusia mulai membuat batas wilayah (hak milik) yang menimbulkan perselisihan dan perang. Akhirnya manusia membuat perjanjian (kontrak sosial) untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya, kemerdekaan dan hak milik tiap orang.

13 David Hume ( ) Sumber pengetahuan adalah pengamatan yang memberikan: Kesan-kesan (impression), merupakan pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, baik lahiriah maupun batiniah, sifatnya jelas, hidup dan kuat. Gagasan-gasagan/pengertian-pengertian (ideas), merupakan refleksi atau perenungan kembali terhadap pengamatan langsung dalam kesadaran, sifatnya redup, kabur, samar-samar.

14 Sebab akibat Jika kita mengatakan “A” menyebabkan “B” maka yang dapat dikatakan adalah bahwa dalam pengalaman masa lampau “A” dan “B” seringkali tampak bersamaan, belum pernah terjadi bahwa “A” tidak diikuti oleh “B”. Bagaimanapun seringnya “A” dan “B” bertalian, maka tidak ada alasan untuk mengharapkan bahwa kedua-duanya akan bertalian lagi pada kesempatan mendatang.

15 Hukum sebab akibat? Peristiwa A Api menyala
Peristiwa B kain menjadi kering Menurut Hume tidak hubungan sebab akibat antara A dan B, yang ada hanya urutan peristiwa A dan peristiwa B

16 Aufklaerung - Pencerahan
Gerakan yang didukung oleh gagasan bahwa akal/rasio merupakan sarana yang semakin diyakini kemampuannya untuk memperoleh kebenaran, akal semakin di “dewa” kan sebagai sarana untuk mencari kebenaran. Immanuel Kant – Aufklaerung adalah zaman manusia keluar dari keadaan kanak-kanak, manusia tidak mau mempergunakan akalnya. ‘SAPERE AUDE’ beranilah berpikir.

17 Immanuel Kant (1724-1804) Pertanyaan pokok
Apa yang dapa kita ketahui? (Epistemologi), buku “Krtik der Reinen Vernunft” Apa yang harus kita kerjakan? (Etika), buku “Kritik der Praktischen Vernunft” Apa yang boleh kita harapkan? (Religi) buku “Kritik der Urteilskraft”

18 Sifat Pengetahuan Rasionalisme – analitis a priori
Kebenarannya Universal Tidak memberikan informasi baru Contoh; lingkaran bulat, api panas, es dingin Empirisisme – sintetis a posteriori Memberikan informasi baru Kebenarannya tidak berlaku universal Con; tembok putih, mobil mahal

19 Filsafat Kant menjembatani R - E
Kritisisme – Sintetis a priori Memberi informasi baru Kebenarannya universal Con; penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, Teori Newton tentang Gaya tarik bumi terhadap benda-benda. Tahap pengenalan menurut Kant Pengenalan inderawi Pengenalan akal (verstand) Pengenalan “budi” (vernunft)

20 Syarat tercapainya pengetahuan
Adanya objek pengamatan, benda “an sich” yang menampakkan diri (menggejala/ fenomena) Ruang waktu, yang bersifat “apriori” Ruang mengatur cerapan lahiriah (sensasi) Waktu mengatur cerapan batiniah (refleksi) 12 kategori Kuantitas (singular, partikular, universal) Kualitas (realitas, negasi, limitasi) Relasi (substansi, kausalitas, saling pengaruh) Modalitas (problematis, assetoris, apodiktis)

21 Syarat tercapainya pengetahuan
3 macam ide dalam “vernunft” Ide kosmologis Ide psikologis Ide teologis Adanya subjek/aku yang berpikir, tempat proses berfilsafat.

22 Proses tercapainya pengetahuan
Benda-banda “ansich” yang menggejala Yang diketahui hanya fenomena dari benda Objek masuk dalam apriori ruang dan waktu Melihat, mendengar, dsb. Proses berikutnya masuk dalam vernunft (tiga ide) Proses ini mengandaikan adanya aku yang berpikir.

23 Hubungan subjek – objek dalam proses pengetahuan
kuantitas kualitas relasi modalitas Fenomena “WANITA” an sich OBJEK SUBJEK

24 Etika Kant Ada dua bentuk ketetapan kehendak
Ketetapan subjektif, melahirkan sikap sewenang-wenang. Ketetapan objektif, asasnya objektif, lepas dari keinginan pribadi/subjek. Macam-macam perbuatan baik Perbuatan baik subjektif, sewenang-wenang Perbuatan baik objektif , perbuatan baik yang merupakan keharusan (imperatif), ada 2 bentuk imperatif:

25 2 Bentuk Imperatif Imperatif hipotetis, perbuatan baik yang mengandung pamrih. Imperatif kategoris, perbuatan baik tanpa pamrih. Perbuatan baik sebagai tujuan Berbuat baik untuk kebaikan itu sendiri Perbuatan baik yang berlaku untuk setiap orang Tiga postulat sebagai landasan moral Kebebasan (sarana mencapai tujuan) Immortalitas/keabadian jiwa (tujuan yang hendak dicapai) Adanya Tuhan (sebagai konsekuensi immortalitas)

26 Pencerahan di Inggris Ditandai dengan munculnya “Deisme”, yaitu suatu aliran yang mengakui bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta, namunsetelah itu Tuhan tidak ikut campur lagi. Alam semesta berjalan menurut hukum-hukumnya sendiri. Pandangan ini mengakibatkan empirisisme berkembang pesat di Inggris.

27 Pencerahan di Prancis Para filosof lebih memperhatikan masalah-masalah sosial, membahas teori-teori negara dan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kekuasaan absolut raja. Persoalan pokok mereka adalah HAM dengan semboyan, kemerdekaan, persamaan, persaudaraan. Pengaruh Aufklaerung di Parancis, meletusnya Revolusi Prancis 14 Juli 1789, menumbangkan kekuasaan Raja Louis XVI.

28 Pencerahan di Jerman Pemikiran filsafat berkembang ke arah pendalaman pemikiran filsafat. Di awali oleh Immanuel Kant dengan filsafat Krtisisme yang berupaya mensintesiskan rasionalisme dengan empirisisme. Filsafat Jerman berkembang ke arah yang lebih abstrak, yaitu lahirnya Idealisme dengan tokoh-tokoh seperti; Fichte, Schelling dan Hegel.

29 Idealisme Hegel Bagi Hegel fikiran adalah essensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobjektifkan. Alam adalah proses pemikiran yang memudar, disebut Hegel dengan nama akal yang mutlak (absolute Reason) yang mengekspresikan dirinya dalam bentuk luar. Oleh karena itu menurut Hegel hukum-hukum fikiran merupakan hukum-hukum realitas

30 Arthur Schopenhauer Wille zur Leben (kehendak untuk hidup)
Hakikat manusia terletak pada kehendak, bukan pada rasio (akal) Akal (rasio) adalah pelayan kehendak. Kehendak manusia tak terbatas, namun sarana untuk memuaskannya terbatas Manusia berada dalam penderitaan, karena kehendak tidak terpuaskan, ada dua jalan untuk mengatasinya: Jalan estetis (musik) Jalan etis (spiritual, menekan kehendak secara minimal seperti ajaran Budhisme)

31 Positivisme Auguste Comte
Filsafat positivisme Comte disebut juga dengan faham empirisisme-kritis, bahwa pengamatan dengan teori berjalan seiring. Bagi Comte pengamatan tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan penafsiran atas dasar sebuah teori dan pengamatan juga tidak mungkin dilakukan secara "terisolasi", dalam arti harus dikaitkan dengan suatu teori

32 Marxisme (Karl Marx) Pemikiran Marx menghubungkan dengan sangat erat antara ekonomi dengan filsafat. Bagi Marx masalah filsafat bukan hanya masalah pengetahuan dan masalah kehendak murni yang utama, melainkan masalah tindakan. Para filosof menurut Marx selama ini hanya sekedar menafsirkan dunia dengan berbagai cara, namun menurutnya yang terpenting adalah mengubahnya

33 Materialisme Dialektis
Materialisme dialektis bertitik tolak dari materi sebagai satu-satunya kenyataan. Karl Marx mengartikan Dialektika Materialisme sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus-menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari proses itu kemudian timbul kesadaran melalui proses pertentangan.

34 Next.... Materi yang dimaksud sebagai sumber keberadaan benda-benda alamiah, senantiasa bergerak dan berubah tanpa henti-hentinya. Dalam pergerakan dan perubahan itu terjadi perkembangan menuju tingkat yang lebih tinggi. Tidak melalui proses yang lamban (evolutif) melainkan secara dialektis yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang pada hakikatnya sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri, (Ramly, 2007: 110)

35 Materialisme Historis
Dalam Materialisme Historis diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks sejarah. Manusia pada hakekatnya adalah insan bersejarah. Selanjutnya bila diandaikan bahwa sejarah terpatri dalam peristiwa-peristiwa masyarakat, maka seyogyanya pada saat sama sejarah juga diletakkan dalam keterkaitannya dengan masyarakat. Manusia sebagai pemangku sejarah tidak lain hanyalah keseluruhan relasi-relasi masyarakat (Ramly, 2007: 129).

36 Next... Materialisme historis merupakan pandangan ekonomi terhadap sejarah (economic interpretation of history). Kata historis ditempatkan Marx dengan maksud untuk menjelaskan berbagai tingkat perkembangan ekonomi masyarakat yang terjadi sepanjang zaman. Sedangkan materialisme yang dimaksud oleh Marx adalah mengacu pada pengertian benda sebagai kenyataan yang pokok (fundamental reality). Marx tetap konsekuen memakai kata historical materialism untuk menunjukkan sikapnya yang bertentangan dengan filsafat idealisme.

37 Next.. Dalam filsafat materialisme disebutkan adanya anggapan dasar bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia; demikian juga diakui adanya kenyataan obyektif sebagai penentu terakhir ide. Sebaliknya, filsafat idealisme menegaskan bahwa segenap kesadaran didasarkan pada ide-ide dan mengingkari adanya realitas dibelakang ide-ide manusia (Maksum, 2008: ).

38 Next... Marx berangkat dari pandangan bahwa evolusi pembentukan ekonomi masyarakat dipandang sebagai suatu proses sejarah alam, a process of natural history (Praja, 2005: 161). Marx dengan materialisme historisnya bertumpu ada dalil bahwa produksi dan distribusi barang-barang serta jasa merupakan dasar untuk membantu manusia mengembangkan eksistensinya. Dengan kata lain, penafsiran sejarah dari aspek ekonomi ini menempatkan pertukaran barang dan jasa sebagai syarat untuk menata segenap lembaga sosial yang ada.

39 Soren Kierkegaard ( ) Filosof Denmark yang mengajarkan tentang tiga tahap eksistensi manusia, yaitu: Tahap eksistensi estetis, manusia hidup bebas tanpa aturan moral, seperti “Don Juan” Tahap eksistensi etis, manusia hidup berdasarkan norma-norma moral, seperti; Socrates Tahap eksistensi relijius. Manusia sepenuhnya menyerahkan diri dalam ketaatan terhadap perintah Tuhan, seperti; Abaram/Ibrahim

40 Nietzsche ( ) Filosof penutup zaman modern yang pemikirannya memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat Barat kontemporer. Pemikiran Nietzsche yang paling banyak mendapat sorotan pada zaman kontemporer adalah idenya tentang “nihilisme” dan “kehendak untuk berkuasa”

41 DAFTAR PUSTAKA Hammersma, H., 1983, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern, PT. Gramedia, Jakarta. Harun-Hadiwijono, 1996, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Kanisius, Yogyakarta. Harun-Hadiwijono, 1980, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Kanisius, Yogyakarta. Russell, B., 2002, Sejarah Filsafat Barat; Kaitannya dengan kondisi Sosial Politik Zaman Kuno hingga Sekarang Pustaka Pelajar, Yogyakarta


Download ppt "Zaman Modern (17 – 19 M)."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google