Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehagus landia Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
KB.3. ANTISIPASI ANCAMAN TERHADAP DISINTEGRASI BANGSA
2
3.4.1.Potensi Konflik dalam Masyarakat Majemuk Pada masa pra-kolonial (atau disebut juga masa tradisional), para penutur dari ratusan bahasa daerah yang ada di kepulauan Nusantara ini ; ada yang masih hidup dalam tradisi lisan tetapi ada pula yang sudah mengenal aksara (oral and literate sociates), ada yang masih hidup dalam kelompok-kelompok suku dan/atau dan sebagai komunikasi terasing ada pula yang telah berhasil membentuk unit-unit politik dari yang paling sederhana sampai bentuk kerajaan kerajaan Menurut Geertz dalam (Nasikun ; 1989, 36) ; masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang terbagi- bagi kedalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing- masing sub sistem,, terikat ke dalam oleh ikatan- ikatan yang bersifat primordial
3
Konflik Horizontal-Vertikal dalam Masyarakat Majemuk Van den Berghe dalam (Nasikum; 1989, 36) menyebutkan beberapa karakteristik atau sifat-sifat dasar dari suatu masyarakat majemuk (1) terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub- kebudayaan yang berbeda sama sauna lain (2) memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer; (3) kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar (4) secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi (5). adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
4
Haryanto (1990, 90) menjelaskan; yang dimaksud dengan konflik primordial adalah konflik yang munculnya di. dasarkan atas sebab-sebab yang berkaitan dengan nilai- nilai primordial. Geertz (1976, 26-27) menguraikan adanya tipologi pola konflik primordial sebagai berikut (1) Adanya suatu kelompok yang dominan hampir minoritas, kehadiran kelompok minoritas dirasakan dapat mengganggu keberadaan kelompok yang dominan (2) Adanya dua kutub yang terdiri dari kelompok- kelompok yang sedikit banyak seimbang (3) Adanya pola yang menggambarkan urutan kepentingan yang sama, baik yang terdiri dari beberapa yang besar maupun beberapa yang sedang dan yang kecil, tanpa ada yang dominan atau perbedaan-pebedaan yang jelas.
5
sumber konflik dalam masyarakat majemuk tidak saja dimunculkan dari faktor-faktor horisontal tetapi dapat juga dipicu dari faktor-faktor vertikal. 1. Faktor Horisontal a.etnis dan ras atau asal-usul keturunan b. bahasa daerah c. adat-istiadat d. agama e. budaya material 2. Faktor Vertikal penghasilan (ekonomi) pendidikan pemukiman Pekerjaan Kedudukan Sosio-polotik Berdasarkan klasifikasi di atas dapat dijelaskan bahwa kemajemukan akan menjurus ke arah intensitas konflik yang sangat horisontal bersatu dengan faktor kemajemukan vertikal pada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang bersangkutan. Misalnya suatu kelompok ethnis tertentu tidak hanya dihadapkan karena adanya perbedaan ras, bahasa, atau agama (faktor-faktor horisontal) tetapi bersamaan dengan itu dihadapkan pula karena adanya perbedaan ekonomi atau kedudukan sosio-politik (faktor-faktor vertikal).
6
3.4.2. Upaya Antisipasi Menangkal Ancaman Disintegrasi Disintegrasi bangsa merupakan masalah krusial yang dialami hampir semua negara majemuk, termasuk Indonesia Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri atas berbagai suku dengan kebudayaan daerah didalamnya yang beragam, agama, ras dan golongan Kemajemukan indonesia itu merupakan kekayaan dan kekuatan yang sekaligus menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia
7
Bentuk-bentuk Ancaman Disintegrasi Bangsa bentuk-bentuk ancaman disintegrasi bangsa seperti di bawah ini 1.Keperbedaan identitas budaya daerah tanpa dibarengi pandangan the politics of recognition (pandangan dan sikap untuk menghargai keperbedaan dalam keberagaman). 2. Fanatisme sempit merupakan sikap negatif yang menganggap kelompoknyalah yang paling benar, sementara kelompok lain harus dimusuhi. Fanatisme ini jika berbaur dengan isu SARA 3. Tumbuhnya nasionalisme ekslusif, sebagai sikap kecintaan yang terbatas hanya diperuntukan bagi kelompoknya 4. Masih tumbuhnya penyakit budaya, seperti: prasangka, streotipe, etnosentrisme, rasisme, diskriminasi dan scape goating (teori kambing hitam) baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 5. Kesejahteraan ekonomi yang tidak merata di antara kelompok budaya dan kesenjangan sosial yang kian melebar
8
Upaya Antisipasi Menangkal Ancaman Disintegrasi Bangsa disintegrasi bangsa dapat dicegah melalui upaya : (1) membangun harmonisasi kehidupan bermasyarakat dengan menumbuhkan budaya toleran. Keberagaman suku, agama, ras, dan golongan merupakan modal kekayaan bangsa yang harus dibangun dengan interaksi harmoni dan komunikasi saling pengertian; (2) membangun kehidupan politik yang demokratis, ekonomi yang berkeadilan sosial, dan meminimalisir kesenjangan sosial Upaya ini perlu dilakukan secara konkrit, utamanya dalam mengantisipasi bentuk- bentuk ancaman disintegrasi bangsa 1) keperbedaan identitas budaya daerah tanpa dibarengi pandangan the politics of recognition (pandangan dan sikap untuk menghargai keperbedaan dalam keberagaman); 2)fanatisme sempit merupakan sikap negatif yang menganggap kelompoknyalah yang paling benar, sementara kelompok lain harus dimusuhi; 3)tumbuhnya nasionalisme ekslusif, sebagai sikap kecintaan yang terbatas hanya diperuntukan bagi kelompoknya; 4)tumbuhnya penyakit budaya, seperti: prasangka, streotipe, etnosentrisme, rasisme, diskriminasi dan scape goating; 5)esejahteraan ekonomi yang tidak merata di antara kelompok budaya dan kesenjangan sosial yang kian melebar
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.