Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MODUL 4 MATERI I MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MODUL 4 MATERI I MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN"— Transcript presentasi:

1 MODUL 4 MATERI I MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

2 Alignement Vertical Jalan
Alignemen vertikal jalan diperlukan pada saat arah jalan mengalami pendakian dan penurunan pada posisi arah jalan. Kondisi ini dapat merubah sudut tangen dari arah garis lurus pada jalan membentuk pertemuan garis potong. Penampilan bentuk fisik dari alignement vertikal jalan harus dapat mereduksi kecelakaan dan kesalahan dalam melakukan pergerakan kendaraan sesuai kecepatan yang direncanakan sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan bagi penguna kendaraan dan sistem drainase jalan.

3 Alignemen vertical Jalan
Kriteria menentukan koordinasi Alignemen vertical: Alignemen horisontal dan vertical yang terletak pada satu fase memberikan tikungan tanjakan dan atau tikungan turunan memberikan dampak geometrik aman dan nyaman bagi pengemudi dan dapat memperkirakan bentuk alinyemen berurutan dalam satu arah jalan. Tikungan tanjakan/turunan tajam tidak diadakan dibagian lengkung vertical cembung atau dibagian bawah lengkung vertical cekung. Pada jalan lurus panjang seperlunya tidak dibuatkan lengkung vertical cembung, diupayakan dilakukan pengaturan duga badan jalan selama pelaksanaan dibagian segmen tersebut. Kelandaian yang pendek tidak sesuai syarat keamanan dan kenyamanan tidak diletakan diantara dua kelandaian curam, sehingga dapat mengurangi jarak pandangan mengemudi ( berhenti dan menyiap akan mendahului).

4 Alignemen Vertical Jalan
Jarak pandangan henti. jarak dimana pengemudi dapat menghentikan kendaraannya sebelum mencapai suatu hambatan Sloping Sight Distance (SSD). Jph = 1,47 Vt+ v^2/30 (f .g) Dimana V = kecepatan rata-rata (normal, mph) f = angka gesekan / koefisien gesekan mak 0,55 t = waktu rata-rata kendaraan pengemudi pada saat ke ndaraan mengurangi kecepatan sampai kesadaran ada t = (2,5 detik) g = gravitasi 9,8 m/detik2

5 Alignemen Vertical Jalan
Jarak pandangan bebas. dimana pengemudi melampaui kendaraan lain dapat dengan bebas dan aman sampai dia melampaui hambatan tersebut. Penentuan jarak pandangan bebas: Jpb = 2 x Jph

6 Alignement Vertical jalan
Pandangan menyiap digunakan pengemudi untuk melakukan penyalipan dari kendaraan lain atau pengubahan lajur kendaraan kelajur kanan.

7 Alignemen Vertical Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alignemen vertikal antara lain adalah : 1) Bila memungkinkan, diusahakan agar pada bagian lengkung horisontal (tikungan) tidak terjadi lengkung vertical (tanjakan dan turunan). 2) Grade (kemiringan memanjang minimum) sebesar 0,5 %, tidak lebih kecil dari grade minimum kondisi medan jalan datar, bukit dan gunung. 3) Grade kemiringan memanjang maksimum dibatasi oleh panjang kritisnya dengan ketentuan melalui pedoman perencanaan Geometrik no 13/1970 dan diperbaruhi perencanan geometrik 038/TBM/1997. r.

8 Alignemen Vertical Penentuan elevasi jalan rencana harus memperhatikan kemungkinan terjadinya galian dan timbunan. diupayakan volume galian dan timbunan diusahakan sama sejauh kriteria perencanaan gradasi tanah terpenuhi, agar struktur tanah untuk konstruksi memiliki gradasi sama disegmen tiap ruas jalan. Penentuan titik STA (0+ 000) didasarkan pada gambar topografi dan digambarkan melalui potongan memanjang rencana jalan menurut kondisi elevasi tanah asli yang telah ditentukan.

9 Alignemen Vertical Jenis lengkung ditinjau dari titik potongnya kedua bagian lurus (tangen) dari rencana jalan: Lengkung vertical cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan kedua tangen berada dibawah permukaan jalan.

10 Alignemen Vertical Jalan
Alignemen vertical cembung, dimana terbentuk dari arah arah memanjang jalan arah membentuk sudut keluar, dimana garis arah awal jalan mengarah mendaki dan setelah melewati titik potongan garis arah jalan mengarah menurun atau mendatar

11 Alignemen Vertical Jalan
Pelaksanaan pembentukan kelandaian jalan diusahakan dibuat mendekati tanah asal sehingga pembentukan leveling keadaan badan jalan dapat turun naik dengan persyaratan teknik,.Untuk persyaratan di Indonesia pembentukan kelandai jalan arah memanjang biasanya diambil berdasarkan jenis lokasi sebagai berikut Daerah pegunungan sebesar 7 – 10 %, b) Daerah perbukitan besar 6 – 9 %. c). Daerah dataran sebesar 3 %

12 Alignemen Vertical Jalan

13 Alignemen Vertical Jalan
Contoh terbentuknya segmen alignemen vertikal jalan. Pada gambar dibawah ini

14 Alignemen Vertical Jalan
Penentuan rancangan alignemen vertical akan didahului dengan penentuan unsur : 1)Kelerengan / kelandaian tanah pada jalan di lokasi bukit, datar, pegunungan dalam (A)%. 2)Jarak pandangan henti saat mengalami perlambatan kecepatan dan menghadapai ganguan 3)Jarak pandangan menyiap saat mendahului kendaraan dari arah sejajar dan melihat kendaraan dari posisi didepan.

15 Alignemen Vertical Jalan
Dalam rancangan lengkung vertikal, posisi elevasi pusat perpotongan vertikal (PPV) telah ditentukan terlebih dahulu dalam gambar, kemudian baru dihitung nilai nilai meliputi Panjang lengkung (Lv) Pergeseran vertikal (Ev) Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat di bawah atau di atas PPV Elevasi dari titik-titik PLV dan PTV Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PTV, dan PPV yang diambil pada setiap nomor-nomor stasiun yang tersebut dalam alignment vertikal

16 Alignemen Vertical Jalan
1.Penentuan kelandaian jalan dari ruas kiri dan kanan arah jalan (A): Grade A ke PPV g1= ((elv a – elev PPV)/ Jarak) x 100 % Grade PPV - 1 g2= (elev PPV – elev 1)/jarak) x 100 % Kelandian A = ( g1)- ( g2) =……. % , jika g1 turun tanda (-), jika g2 naik tanda (+)

17 Alignemen Vertical Jalan
2. Panjang lengkung vertical perlu dikontrol dengan rumusan keamanan, kenyamanan, dan pedoman drainase jalan, rumusan dapat dijelaskan berturut sebagai berikut Keamanan Lv = 0,6 V V= kecepatan rencana Drainase jalan Lv = 40. A 3.Pergeseran vertikal titik PPV lengkungan pada posisi cembung dan cekung dapat diperoleh melalui pengeseran vertikal dari rumusrgeseran vertikal titik PPV

18 Alignemen Vertical Jalan
Data yang perlu dirancangkan dalam pengambaran lengkung PVI.STA. = nomor stasiun Elev. = elevasi PVI (m) Lv = (lihat ditabel berdasarkan kecepatan rencana: v, dan kelandaian jalan) (m) Ev = ± A. Lv/800 (m) Y = perubahan ordinat dari titik yang ditinjau sejauh x

19 URAIAN MATERI II MERENCANA SURVEY LALU LINTAS

20 SurveyLalu Lintas Survey lalu lintas dilakukan untuk melihat jumlah lalu lintas yang akan memasuki atau meliwati titik/pos pengamatan untuk merekam jenis kendaraan dan tonase. Data ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan jalan dalam umur layanan dan kecepatan, kerapatan dan kepadatan lalu lintas pada suatu ruas jalan.

21 Survey Lalu Lintas Variabel utama yang digunakan untuk mengetahui karakteristik arus lalu lintas, yaitu : 1) Volume (flow): jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tinjau tertentu pada suatu ruas jalan per satuan waktu tertentu. Satuannya adalah kend/jam atau kend/hari. 2) Kecepatan (speed) yaitu jarak yang dapat ditempuh kendaraan pada suatu ruas jalan per satuan waktu, dalam satuan km/jam atau m/dt.. 3) Kepadatan (density) yaitu jumlah kendaraan per satuan panjang jalan tertentu dengan satuan kend/km.

22 Alignemen Vertical Jalan

23 Aignemen vertical Jalan
Jalan seharusnya mampu memberi kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Standart pelayanan minimum dari jalan antara lain: 1)Kondisi hambatan samping akibat parkir on street, pedakang kaki lima dan parkir liar memberi pengurangan pada ruang jalan. 2)Permukaan jalan kondisi tidak berlobang, keriting, bergelombang, retak yang parah , artinya jalan selalu dalam kondisi baik hingga sedang. 3) tidak melebihi kapasitas sehingga menimbulkan kemacetan dalam antrian jalan dan sehingga memiliki kinerja lalu lintas yang jelek. M

24 Alignemen Vertical Jalan

25 Alignemen Vertical Jalan
Metode Konvensional MAT. Dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu metode langsung maupun tidak langsung. Kedua metode dibedakan berdasarkan ketelitian dan berdasarkan perkembangannya. Metode langsung terdiri dari : Wawancara ditepi jalan. Wawancara di rumah/ data perusahaan travel. Metode menggunakan bendera. Metode foto udara. Metode mengikuti mobil.

26 Alignemen Vertical jalan
Metode pengumpulan data yang tidak langsung terdiri dari 1. metode analogi 2 . metode sintetis.

27 Alignemen Vertical Jalan
Pada gambar dibawah ini contoh peta lokasi pos perhitungan lalu lintas

28 Alignemen vertical Jalan
Data hasil perekaman jumlah lalu lintas contoh pada table Di bawah ini

29 Alignemen Vertical Jalan
Pengambaran dengan mengunakan skala sehingga garis tebal menunjukan jumlah lalu lintas yang menuju kesuatu kota dalam hal ini kota propinsi

30 Alignemen Vertical Jalan
Survei untuk memperoleh data langung dapat dilakukan pada survey mengenai asal dan tujuan lalu lintas dengan tahapan melalui proses. Wawancara dengan sopir diperhentikan resmi ditepi jalan. .Wawancara dirumah bagi penguna kendaraan. Metode mengunakan bendera untuk menghitung jumlah kendaraan tercatat dari berbagai jenis (sedan, bus truk ringan truk berat) Metode foto udara perruas jalan pada titik pengamatan dari kepadatan dan kerapatan kendaraan dalam satuan meter, km. Metode mengikuti mobil dalam kecepatan perjalanan

31 Alignemen vertical Jalan
Prosedur wawancara kepada responden dapat dilakukan dengan memperhatikan: Wawancara siang hari selama kurun waktu 8 jam/hari pada titik pengamatan. umlah petugas 5 – 10 orang pada titik pengamatan. Pencatatan segala jenis kendaraan, kecuali sepeda motor. Jenis kendaraan yang dicatat mobil penumpang, bus ringan, bus berat, truk ringan, truk berat. Siapkan lokasi pengamatan arah asal dan tujuan digambar dalam peta dan dikode 1 – dst. Data dari wawancara dari masukan dalam table marik yang mengambarkan route asal dan tujuan. ( Trip table) . contoh table rekaman lalu lintas.

32 Alignement Vertical Jalan
Perkembangan Lalu lintas, mencatat berdasarkan hasil survey dari tahun ketahun dan diambil rata-rata , data ini dapat digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan rata rata dari tahun ketahun sebagai pertumbuhan lalu lintas real perencanaan. mengenai: Perkembangnan jumlah lalu lintas Komposisi jenis lalu lintas pertahun Perkembangan Ukuran dan beban as kendaraan

33 Alignement Vertical Jalan
Volume jam puncak (VJP) lalu lintas ditandai dari jumlah kendaraan yang melewati satu pos pengamatant berdasarkan volume puncak kesibukan kendaraan dalam satuan waktu, misal pngamatan dapat dilakukan mulai jam diamati dalam kurun waktu satu minggu dan diperoleh volume jumlah kendaraan, selanjutnya dilakukan analisis dalam satuan LHR dan atau SMP. Standart yang dirujuk dari Bina Marga RI VJP = 15 % LHR Untuk perencanaan dapat digunakan 12 % LHR.,

34 Alignement Vertical Jalan
Merencana jalan berdasarkan hasil Data survey lalu lintas Lingkup pelayanan meliputi klasifikasi jalan arteri kolektor, lingkungan. jarak ruas jalan dalam kota dan atau luar kota. Keadaan jalan lama ( jumlah jalur, lebar perkerasan, letak jalan, penampang jalan (damija, damaja). Kondisi lalu lintas ( jumlah lalu lintas hasil observasi dalam satuan mobil penumpang. Operating speed ( kecepatan kendaraan ) travel time studi – diketahui kecepatan kendaraan pada umumya yang melewati ruas jalan. Dibedakan dengan bandingan pada kecepatan lalu lintas pada rural area dan urban area dapat menujukan nilai kecepatan terendah (km/jam), tertinggi ( km/jam) dan kecepatan rata rata (km/jam).

35 KONSTRUKSI JEMBATAN BETON TYPE BALOK T (T-BEAM)
URAIAN MATERI II: KONSTRUKSI JEMBATAN BETON TYPE BALOK T (T-BEAM)

36 Jembatan beton balok-T (T-Beam) merupakan jembatan beton yang terdiri atas gelagar utama arah longitudinal yang berbentuk balok-T dengan slab beton yang membentangi diantara gelagar (Sutami.1976).

37 Karakteristik Balok T Balok-T dengan balok dan lantai dicetak ditempat secara monolit. Jembatan balok-T dengan balok pracetak dan lantai dicetak ditempat. Jembatan balok-T dengan balok dan lantai pracetak.

38

39 Syarat Balok T Total lebar efektif balok T tidak boleh melebihi seperempat bentang balok l Lebar efektif flens yang membentang pada tiap sisi badan balok sebesar 8 kali tebal plat atau diperhitungkan sebesar setengah jarak bersih dari badan balok yang bersebelahan.

40 Syarat Balok T

41 Gaya Pada Tumpuan Jembatan harus ditinjau terhadap gaya yang timbul akibat gesekan pada tumpuan bergerak, karena ada pemuaian dan penyusutan matrial jembatan akibat perbedaan suhu atau akibat-akibat lain. Koefisien gesek karet dengan baja atau beton adalah 0,15 sampai dengan 0,18

42 Kelompok Jenis Pondasi
Pondasi Dangkal Pondasi plat setempat (telapak). Pondasi batu kali dan plat Menerus (lajur). Pondasi Rakit (raft fondation). Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba 2) Pondasi Dalam Pondasi Tiang Pancang. Pondasi Bored Pile. Pondasi Franki Pile. Pondasi Sumuran.

43 URAIAN MATERI I SELESAI.


Download ppt "MODUL 4 MATERI I MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google