Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHartanti Atmadjaja Telah diubah "5 tahun yang lalu
1
BAGIAN 10 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT
2
MATERIALITAS SALAH SAJI
Materialitas salah saji adalah tingkat salah saji yang dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan. Materialitas salah saji bersifat relatif, lain perusahaan lain ukuran, serta ditentukan berdasarkan pertimbangan profesional auditor. Pertimbangan profesional adalah pertimbangan objektif yang dilatarbelakangi oleh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman akuntan.
3
MATERIALITAS SALAH SAJI
Materialitas salah saji ditentukan pada dua tingkat, yaitu: Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Tingkat segmen audit (transaksi, saldo akun, dan pengungkapan), dikenal dengan istilah performance materiality. Materialitas juga ditentukan pada tahap perencanaan audit dan pada tahap kesimpulan audit (evaluasi hasil audit).
4
PENERAPAN MATERIALITAS
Pada tahap perencanaan audit: Menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan (utamanya laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif). Menentukan materialitas pada tingkat saldo akun (performance materiality). Materialitas tingkat saldo akun penting untuk ditetapkan, karena audit laporan keuangan pada dasarnya adalah audit untuk elemen-elemen laporan keuangan.
5
PENERAPAN MATERIALITAS
Pada tahap kesimpulan audit Membuat estimasi total salah saji segmen atau elemen laporan keuangan. Membandingan estimasi kombinasi salah saji dengan estimasi awal materialitas atau revisi asesmen materialitas (revised judgment about materiality). Revisi asesmen materialitas adalah perubahan angka materialitas dari yang telah ditetapkan pada saat perencanaan audit.
6
PENERAPAN MATERIALITAS
Faktor-faktor yang mempengaruhi asesmen materialitas Materialitas adalah asesmen yang bersifat relatif, bukan bersifat absolut atau mutlak. Dalam melakukan asesmen materialitas memerlukan angka pembanding. Materialitas bisa dipengaruhi oleh faktor kualitatif, dalam arti salah saji secara kuantitatif tidak material tetapi secara kualitatif material, misalnya salah saji yang disengaja dan terpola.
7
PENERAPAN MATERIALITAS
Alokasi materialitas tingkat laporan keuangan ke tingkat saldo akun (performance materiality) Audit dilakukan dengan cara menguji kewajaran elemen-elemen laporan keuangan, oleh sebab itu untuk keperluan audit, materialitas tingkat laporan keuangan harus dialokasikan ke tingkat saldo akun. Materialitas saldo akun disebut dengan materialitas kinerja (performance materiality).
8
PENERAPAN MATERIALITAS
Dasar alokasi materialitas: Potensi salah saji, semakin kecil potensi salah salah, semakin besar alokasi materialitas, artinya semakin besar toleransi terhadap temuan salah saji, begitu pula sebaliknya. Potensi biaya audit, semakin besar potensi biaya audit, semakin besar materialitas. Meskipun demikian, efektifitas audit tetap tidak bisa dikorbankan dengan pertimbangan biaya audit.
9
PENERAPAN MATERIALITAS
Hubungan SPI, materialitas, dan bukti audit: SPI kuat potensi salah saji kecil materialitas besar (toleransi terhadap salah saji besar) bukti audit relatif sedikit. SPI lemah potensi salah saji besar materialitas kecil (toleransi terhadap salah saji kecil) bukti audit relatif banyak. Kekuatan dan kelemahan SPI didasarkan pada hasil pemahaman dan pengujian pengendalian.
10
PENERAPAN MATERIALITAS
Estimasi salah saji: Temuan salah saji dalam suatu akun dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu salah saji terdeteksi (known misstatements), dan potensi salah saji (likely misstatement). Salah saji terdeteksi adalah salah saji yang ditemukan oleh auditor, sedangkan potensi salah saji adalah: Salah saji karena perbedaan estimasi klien dengan estimasi auditor. Estimasi salah saji berdasarkan hasil pengujian sampel bukti audit.
11
RISIKO DALAM AUDIT Tujuan audit adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Ada kemungkinan tujuan ini tidak tercapai karena adanya risiko salah saji tidak ditemukan. Dari sisi klien, terdapat dua macam risiko, yaitu: Risiko bawaan (inherent risk), yaitu risiko salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disebabkan oleh faktor SPI. Risiko pengendalian (control risk), yaitu risiko SPI tidak mampu mencegah dan mendeteksi salah saji dengan segera.
12
RISIKO DALAM AUDIT Catatan khusus:
Risiko bawaan akan berubah menjadi risiko pengendalian pada saat risiko bawaan sudah dicoba diatasi dengan sistem pengendalian tetapi kesalahan tetap terjadi. SPI harus mampu mencegah dan mendeteksi salah saji dengan segera, karena jika tidak segera bisa jadi kesalahan sudah berdampak fatal terhadap pengguna laporan keuangan.
13
RISIKO DALAM AUDIT Dari sisi auditor, risiko terdiri dari:
Risiko deteksi, yaitu risiko auditor gagal mendeteksi salah saji material, pada saat audit sudah direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat dan hati-hati, sesuai dengan standar audit yang berlaku. Risiko audit, yaitu risiko auditor salah dalam memberikan opini atas laporan keuangan, disebabkan karena salah saji material dalam laporan keuangan tidak terdeteksi atau tidak diketahui oleh auditor, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit.
14
RISIKO DALAM AUDIT Istilah “risiko” hanya berlaku pada saat upaya pencegahan risiko telah dilakukan dengan baik. Jika upaya pencegahan belum dilakukan dengan baik, maka istilah yang tepat bukan “risiko” tetapi “kegagalan/failure” Risiko, Materialitas, dan bukti audit. SPI Kuat = Risiko pengendalian rendah Risiko bawaan rendah Potensi salah saji kecil Materialitas besar Risiko deteksi besar Risiko Audit besar Bukti audit sedikit
15
RISIKO DALAM AUDIT SPI Lemah = Risiko pengendalian tinggi Risiko bawaan tinggi Potensi salah saji besar Materialitas kecil Risiko deteksi kecil Risiko Audit Kecil Bukti audit banyak. Risiko Deteksi dan Risiko Audit Risiko deteksi dan risiko audit adalah dalam kontek acceptable risk atau tingkat keberanian auditor untuk mengambil risiko. Maka jika SPI kuat, potensi salah saji kecil, maka risiko deteksi dan risiko audit menjadi besar.
16
RISIKO DALAM AUDIT Kuat dan lemahnya SPI disimpulkan melalui hasil pemahaman dan pengujian SPI. Risiko perikatan audit (engagement risk), adalah risiko kerugian yang dihadapi oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, meskipun pelaksanaan audit dan laporan audit telah dibuat dengan benar. Risiko perikatan berhubungan dengan risiko bisnis atau kegagalan bisnis yang berimbas pada tuntutan hukum kepada auditor, meskipun dalam kasus semacam ini auditor pada dasarnya tidak bisa dituntut, karena risiko bisnis tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan audit.
17
Terimakasih (Bagian Terpenting Dalam Hidup)
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.