Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KELOMPOK 1 ANTIPARASIT RIFKI NURJANAH WANDA RIZKI AMALA DEVI DWI AMALIA DINDA AMELIA EKA FARIDA ELMADHITA ANZANI INTAN ARDIAWAN MUADZ ALASNHARY.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KELOMPOK 1 ANTIPARASIT RIFKI NURJANAH WANDA RIZKI AMALA DEVI DWI AMALIA DINDA AMELIA EKA FARIDA ELMADHITA ANZANI INTAN ARDIAWAN MUADZ ALASNHARY."— Transcript presentasi:

1 KELOMPOK 1 ANTIPARASIT RIFKI NURJANAH WANDA RIZKI AMALA DEVI DWI AMALIA DINDA AMELIA EKA FARIDA ELMADHITA ANZANI INTAN ARDIAWAN MUADZ ALASNHARY

2 DEFINISI PARASIT Parasit (tinggal berdekatan) adalah organisme yang eksistensinya tergantung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes

3 JENIS JENIS PARASIT 1.Ektoparasit (ektozoa) adalah parasit-parasit yang hidup berparasitnya pada permukaan tubuh hospes atau di dalam liang-liang pada kulit yang masih mempunyai hubungan bebas dengan dunia luar. Contoh : serangga seperti kutu, nyamuk, lalat. 2.Mesoparasit parasit-parasit yang lokasinya di dalam saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran reproduksi dan urinari 3.Endoparasit (entoparasit atau entozoon) adalah parasit- parasit yang berlokasi didalam jaringan tubuh hospesnya kecuali yang hidup dipermukaan tubuh dandi dalam liang-liang kulit. Contoh : cacing

4 KUTU Kutu adalah nama yang diberikan pada serangga parasit. Kutu merupakan serangga yang berukuran kecil, yaitu berukuran mulai dari 1mm – 0mm, mengalami metamorfosis bertahap/tidak sempurna (hemimetabola), tipe mulut untuk menusuk, menghisap, atau mengunyah dan tidak bersayap

5 JENIS-JENIS KUTU 1. Kutu Mallophaga (kutu pengigit) Kutu beras

6 2. Kutu Anoplura (kutu penghisap) Kutu busuk Kutu rambut Kutu pubis Kutu hewan

7 KUTU RAMBUT Peduculosis adalah infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat Pediculus humanus (Arif Mansjoer, 2000) Kutu rambut ada 3 tipe : 1.Pediculus capitis 2.Pediculus carporis 3.Pediculus pubis

8 PEDICULUS CAPITIS Pedicolosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut pediculus humanus capitis pada kulit kepala. pediculus humanus capitis Pedicolosis kapitis

9 SIKLUS HIDUP

10 PEDICULUS CARPORIS Infeksi kulit disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis. Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan hygiene yang buruk, misalnya penggembala, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. Perbedaan kutu rambut dan kutu badan Pediculus humanus var. corporis Pediculus CapitisPediculus Carporis Ukuran tubuh kecilUkuran tubuh lebih besar Menyimpan telur di batang rambutMenyimpan telur pada serat kain Hidup di kulit kepalaHidup dalam pakaian Pediculosis corporis

11 PEDICULUS PUBIS Pedikulosis pubis ini ialah infeksi rambut didaerah pubis dan disekitarnya oleh Phthirus pubis. Pedikulus pubis lebih kecil dan lebih pipih. Phthirus pubis

12 Siklus Hidup P. Pubis

13 PATOFISOLOGI Agen transmitter Transmitter Kontak langsung Kontak tidak langsung Menyerang kulit badan, kepala dan pubis Menggigit dan menghisap darah Mengeluarkan Liur dan eksreta melekat pada kulit pubis Gatal Bercak-bercak kemerahan dan keabuan pada kulit badan, kepala, dan pubis

14 TREATMENT

15 PERMETHRIN Is used topically in pediculosis and scabies; adverse effects include transient burning, stinging, and pruritus (Katzung : 416) Mekanisme : Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit.

16 LINDANE (HEXACHLOROCYCLOHEXANE) is used to treat infestations with mites or lice and is also an agricultural insecticide. (Katzung : 416) Lindane 1% (formerly Kwell) is an organochloride that kills lice by causing respiratory paralysis there is some concern about systemic absorption of lindane, which may cause neurotoxicity and hematotoxicity. Accidental ingestion of lindane in children has cause seizures. (Katzung, 11th edition : 418) As it is absorbed into the blood stream and is slowly metabolized, it should not be used repeatedly

17 PYRETHRINS Kategori : insektisida alami karena piretrin didapatkan dari hasl metabolit sekunder tanaman piretrum (Chrysanthemum cinerariariaefolium) Mekanisme : Piretroid bekerja dengan mempengaruhi sistem saraf serangga. Senyawa ini memodifikasi karakteristik saluran natrium (Na+ ) yaitu dengan menunda pengeluaran dari Na+ sehingga memperlama eksitasi (Beasley dan Temple, 2013). Saluran Na+ yang terlalu lama membuka menyebabkan depolarisasi yang menetap menimbulkan gejala seperti tremor bahkan kematian sel (Reece et al., 2015 )

18 MALATHION Termasuk dalam kelas obat bernama organofosfat Mekanisme : bekerja dengan melumpuhkan dan membunuh kutu dan telurnya (nit) Efek samping : rasa tersengat atau iritasi ringan pada kulit kepala.

19 CACING  Helminth berarti cacing, baik yang hidup secara parasie maupun yang hidup bebas.  Helminth (cacing) termasuk dalam golongan Metazoa (binatang bersel banyak) yang dilengkapi dengan jaringan ikat dan organ-organ yang berasal dari ektoderm, endodermdan mesoderm

20 KLASIFIKASI CACING Berdasarkan taksonomi helmintes : 1. Nemathelminthes (cacing gilik) dibagi menjadi kelas nematoda 2. Platyhelminthes (cacing pipih) dibagi menjadi kelas trematoda ( cacing daun ) dan kelas cestoda (cacing pita)

21 A. NEMATODA Terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut soil transmitted helminthes. 1. Ascaris lumbricoides ( cacing gelang ) Paling umum menginfeksi manusia yang merupakan satu satunya hospes. Penyakit yang disebabkan disebut askariasis  Morfologi : bentuk mirip cacing tanah berwarna kuning ukuran 10- 30 cm, betina berukuran 23-35 cm. Stadium dewasa hidp di rongga usus, dapat bertelur 100.000 sampai 200.000 per hari. A. Nematoda usus ( nematoda intestinal ) Ascaris lumbricoides

22  Telur infektif yang tertelan oleh manusia akan melewati lambung tanpa terjadi kerusakan oleh asam lambung akibat proteksi yang tebal pada lapisan telur tersebut dan akan menetas di dalam usus halus.  Kemudian larvanya akan secara aktif menembus dinding usus halus menuju vena porta hati dan pembuluh limfe. Bersama dengan aliran vena, larva A. Lumbricoides akan beredar menuju jantung kanan dan berhenti di paru (Soedarto, 2009).  Saat di dalam paru-paru larva yang berdiameter 0,02 mm akan masuk kedalam kapiler paru yang hanya berukuran 0,01 mm maka kapiler tersebut akan pecah dan larva akan masuk ke alveolus kemudian larva berganti kulit. Larva tersebut akan ke alveoli lalu naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus setelah dari kapiler paru.  Selanjutnya mengarah ke faring dan terjadi refleks batuk hingga tertelan untuk kedua kalinya sampai ke usus halus. Masa migrasi ini berlangsung selama 10 – 15 hari. Cacing akan berkembang menjadi dewasa, kawin, dan bertelur di usus halus dalam waktu 6 – 10 minggu (Brown dkk, 1994). SIKLUS HIDUP ASCARIS LUMBRICOIDES

23 Telur cacing ascaris lumbricoides SIKLUS HIDUP ASCARIS LUMBRICOIDES

24  Ascariasis terjadi melalui beberapa jalan yakni telur infektif A.lumbricoides yang masuk ke dalam mulut bersamaan dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi, melalui tangan yang kotor tercemar terutama pada anak, atau telur infektif yang terhirup udara bersamaan dengan debu.  Pada keadaan telur infektif yang terhirup oleh pernapasan, telur tersebut akan menetas di mukosa alat pernapasan bagian atas dan larva akan segera menembus pembuluh darah dan beredar bersama aliran darah CARA PENULARAN

25 A. NEMATODA 2. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum  Penyabab creeping eruption pada manusia kucing dan anjing merupakan hospes definitif dan ditemukan pada daerah tropik dan sub tropik  Morfologi : mempunyai dua pasang gigi yang tidak sama besar cacing jantan mempunyai panjang antara 4,7 sampai 6-3 nm sedangkan yang betina antara 6,1-8,4 nm. Ancylostoma caninum Ancylostoma braziliens

26 3. Tricphuris trichiura ( trichocephalus dispar = cacing cambuk ) Penyakit yg disebabkan oleh cacing ini disebut trikuriasis. Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing ini bersifat kosmopolit ditemukan di daerah panas dan lembab  Morfologi: cacing jantan memiliki panjang 4 cm, sedangkan cacing betina 5 cm. Bagian anteror langsing seperti cambuk dengan panjang kurang lebih 3/5 dari panjang seluruh tubuh, sedangkan bagian posterior lebih gemuk A. NEMATODA Tricphuris trichiura

27 SIKLUS HIDUP  cacing dewasa hidup di dalam kolam asendens dan sekum dengan bagian anterior yg seperti cambung masuk kedalam mukosa usus. Seeokor cacing betina diperkirakan dapat menghasilkan telur 3000-10.000 butir setiap hari.  telur yang dibuahi keluar dari hospes bersama penderita telur tersebut menjadi matang selama 3-6 minggu pada tanah yang lembab dan teduh.  infeksi langsung apabila hospes secara tidak sengaja menelan telur matang larva kemudian keluar dari dinding telur dan masuk kedalam usus halus setelah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk kedaerah kolon

28 4. Strongylodies stercoralies Manusia merupakan hospes utama cacing ini penyakit yang ditimbulkannya disebut strongilodiasis.  Nematoda ini terdapat didaerah tropis dan subtropis,cara berkembangbiakanya diduga secara partenogenesis.Telur bentuk parasitik diletakkan dimukosa usus kemudian telur tersebut menetas menjadi larva rabditifm yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja.  Siklus hidup : cacing jantan dan betina dewasa tinggal di usus kecil. Setelah pembuahan cacing betina menembus mukosa usus kecil dan bertelur di sub mukosa tersebut. Telur menetas dan larva menembus mukosa kembali ke lumen. A. NEMATODA Strongylodies stercoralies

29 5. Enterobius vemicularis (oxyuris vemikularis/ cacing kremi) Manusia satu satunya hospes dan penyakitnya disebut enterobiasis atau oksiuriasis  Morfologi: cacing betina memiliki panjang 8-13 cm. Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae bulbus esofagus jelas sekali. Ekornya panjang dan runcing. Cacing jantan berukuran 2-5 cm juga memiliki sayap dan ekornya melingkar sehingga seperti tanda tanya.  Siklus hidup : cacing dewasa tinggal di usus besar setelah pembuahan cacing jantan mati. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000- 15.000 butir telur bermigrasi ke daerah perineal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vagina. A. NEMATODA Enterobius vemicularis

30 6. Cacing Tambang (Hookworm) Ada 2 jenis hospest pada manusia, yaitu necator americanos dan ancylastoma duodenale. Menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis.  Morfologi : cacing dewasa hidup di rongga usus halus melekat pada mukosa dinding usus. Cacing jantan berukuran kurang lebih 8cm dan betina berukuran kurang lebih 10cm.  Siklus Hidup : cacing dewasa hidup di dalam usus. Cacing betina bertelur yang mengandung embrio belum matang dalam tahap 4 sel keluar bersama tinja kedalam tanah dan dibawah kondisi menguntungkan menjadi larva berbentuk rhabdita kemudian tumbuh menjadi larva bentuk filaria dan menjadi infektif. A. NEMATODA Cacing Tambang

31 1. Ucereria bancropti, wucheria malaii dan brugia timori Dikenal sebagai nematoda filaria menyebabkan penyebab kaki gajah atau elefantiasis/filariasis.  Siklus Hidup : cacing filaria hidup pada pembuluh limfe dikaki. Pada saat dewasa cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing disebit mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil dibawah kulit. Bila adanya nyamuk yang menggigit maka larva tersebut dapat menembus dinding usus. lalu masuk ke otot nyamuk kemudian setelah mengalami pertumbuhan larva ini masuk ke dalam penusuk. B. Nematoda Jaringan/Darah A. NEMATODA kaki gajah

32 SIKLUS HIDUP

33 B. TREMATODHA Trematodha umumnya bersifat hermatodi, kecuali cacing schistosoma. Menurut tampat hidup cacing dewasa dalam tubuh host dibagi dalam : a. Trematodha hati (liver fluke) : clonarchis sinencis, opisharcis felineus, fasciola. b. Trematodha usus (intestinal fluke) : fasciola busky, echinostomatidae dan heterophylade c. Trematodha paru (lung fluke) : paragonimus westermani d. Trematodha darah (blood fluke) : schistoma japanicum, schistoma mansoni dan schistoma haematobium

34 1. Fasciola hepatica Host cacing ini adalah kambing dan sapi, kadang parasit ini ditemukan pada manusia. Penyakit yang ditimbulkan disebut fasiolasis.  Morfologi : cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya kira-kira 30x13mm.  Siklus Hidup : telur menjadi matangdalam air setelah 9-15hari dan berisi mirasisium keluar dan mencari keong air, didalam keong air terjadi perkembangan menjadi serkaria. Serkaria keluar dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuahan air. Infeksi terjadi dengan makan tumbuhan air yang mengandung serkaria. Migrasi cacing dewasa muda ke empedu menimbulkan kerusakan parenkim hati. Saluran empedu mengalami peradanngan, penebalan dan sumbatan sehingga menimbulkan sirosis periportal. B. TREMATODHA Fasciola hepatica

35 C. CESTODA (CACING PITA) 1. Diphyllobothrium latum Cacing pita ikan merupakan cacing pita terluas dan terpanjang, berwarna abu-abu kekuningan, bagian tengan berwarna gelap yang penuh dengan telur.  Morfologi : cacing dewasa panjangnya mencapai 10m hingga 30m, menempel pada dinding intestinum dengan scolex. Panjang scolex dengan lehernya 5-10mm, jumlah proglotibnya bisa mencapai 3.000 atau lebih. Satu cacing bisa mengeluarkan 1.000.000 telur tiap harinya.  Siklus Hidup : telur itu diphyllobrothium harus jatuh kedalam air agar dapat menetes menjadi coracidium. Coracidium atau larva harus dimakan oleh cyclops atau diaptomus untuk bisa melanjutkan siklus hidupnya didalam tubuh cyplops larva kan tumbuh menjadi larva prosekoid. Bila cyclops yang mengandung larva prosekoid dimakan oleh ikan tertentu, maka larva cacing akan berkembang menjadi pleloserkoid. Pleloserkoid ini akan berada dalam daging ikan. Bila daging ikan mentah yang mengandung pleloserkoid atau dimasak tidak semppurna dimakan manusia, maka akan terjadi penularan. Manusia terinfeksi dengan memakan ikan mentah di dalam intestinum manusia, pleloserkoid akan berkembang menjadi cacing dewasa.

36 2. Taenia solium  Siklus Hidup : telur yang jatuh ditanah bila termakan oleh manusia atau babi, sampai di intestinum akan menetas kemudian menembus didinding intestinum masuk kedalam aliran lympha atau aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh. Sebagian besar akan masuk ke otot lidah, leher, batang otak, mata dan sistem saraf. Atau kedalam jaringan subkutan dalam waktu 60-70 akan berkembang menjadi cysticercus yang menetap didalam otot atau jaringan subkutan bila manusia makan daging babi yang mengandung cysticerci, tidak dimasak dengan benar maka didalam intestinum akan menetas menjadi larva dalam waktu 5-12 minggu tumbuh menjadi cacing dewasa yang menetap didalam intestinum. C. CESTODA (CACING PITA)

37 3. Taenia saginata  Siklus Hidup : telur cacing yang keluar berama feses penderita bila jatuh ditanah dan termakan oleh sapi atau kerbau, didalam intestinum sapi akan menetas bersama larva. Larva ini akan menembus dinding usus masuk kedalam aliran darah dan menyebar keseluruh tubuh sapi. Bila sampai ke jaringan otot, akan menetap dan berkembang menjadi cysticercus manusia bersifat sebagai host devinitif akan tertular taenia saginata bila memakan kista daging sapi mentah atau daging sapi yang belum masak betul. Didalam intestinum cysticerus akan berkembang dan menjadi cacing dewasa. Dalam waktu 12 minggu sudah dapat menghasilkan telur. C. CESTODA (CACING PITA) Taenia saginata

38 4. Echinococcus granulosus  Siklus Hidup : manusia tertulari cacing ini karena makan makanan dan minum terkontaminasi telur echinococcus granulosus yang berasal dari anjing feses yang sakit. Didalam duodenum telur akan menetes menjadi larva, larva ini akan menembus dinding duodenum, masuk kedalam aliran darah yang menyebar keseluruh tubuh misalnya paru-paru, hati, otak. Pada organ-organ ini, larva berkembang menjadi kista hidasidosa sekitar 60-70% dari larva akan menjadi kista hydatid didalam liver. Didalam siklus hidup echinococcus granulosus akan menjadi lengkap bila kista hydatid dimakan oleh camivora, misalnya anjing. C. CESTODA (CACING PITA) Echinococcus granulosus

39 Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. ANTELMINTIK Katzung

40 ANTELMINTIK 1. MEBENDAZOL Sangat efektif untuk mengobati infestasi cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, dan T.trichiura. Mekanisme: mebendazol menyebabkan kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan glukosa secara ireversible sehingga terjadi pengosongan (deplesi) glikogen pada cacing. Cacing akan mati perlahan lahan dan hasil terapi akan nampak sesudah hari ke 3 setelah pemberian obat. Efek samping : mual, muntah, diare, sakit perut ringan, yang bersifat sementara Kontraindikasi : pada wanita hamil dan pasien alergi mebendazol dan pasien sirosis Indikasi: obat terpilih untuk trichuriasis dengan dosis ganda, Untuk enteribiasis dengan dosis tunggal.

41 2.. PIRANTEL PAMOAT Pirantel pamoat di pasarkan dalam bentuk garam pamoat yang berbentuk kristal putih tidak larut dalam alkohol maupun dalam air, tidak berasa dan bersifat stabil. Oksantel pamoat merupakan analog m-oksifenol dari pirantel yang efektif dalam dosis tunggal untuk T. Trichiura. digunakan untuk membasmi cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang. Mekanisme : pirantel pamoat menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi implus sehingga cacing msti dalam keadaan spastis pirantel pamoat juga bekerja menghambat enzim kolinesterase terbuki pada askaris meningkatkan kontraksi ototnya. Farmakokinetik : absorpsinya sedikit melalui usus dan sifat ini memperkuat efeknya yang slektif pada cacing. Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar bersama tinja dan kurang dari 15% di ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolitnya. Indikasi : askariasis, ankilostomiasis, enterobiasis Efek samping : keluhan saluran cerna, demam, sakit kepala, yang bersifat sementara kontraindikasi: : pasien riwayat penyakit hati dapat meningkatkan SGOT, wanita hamil, dan anak dibawah umur 2 tahun. Interaksi obat : tidak boleh digunakan bersama piperazin. ANTELMINTIK

42 3. PIPERAZIN Perazine efektif sekali terhadapn A.lumbricoides dan E. Vericularis. Piperazin terdapat sebagai heksahidrat mengandung 44% basa. Juga didapat sebagai garam sitrat, fosfat, adipat, dan tartarat. Garam garam ini bersifat stabil nonhigroskopik, berupa kristal putih yang sangat larut dalam air, larutannya bersifat sedikit asam Mekanisme : : bekerja pada otot cacing askaris menganggu permeabilitas membran sel terhadap ion ion yan berperan dalam mempertahankan potensial istirahat, sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan suspresi implus spontan disertai paralisis Farmakokinetik : penyerapan piperazin melalui saluran cerna. Kadar puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam. Ekskresi melalui urin selama 2-6 jam. Sebagian obat di ekskresi dalam bentuk utuh. Tidak ada perbedaan antara garam sitrat, pospat dan adipat, dalam kecepatan ekskresinya melalui urin. Tetapi ditemukan variasi yang besar pada kecepatan ekskresi antar individu yang di ekresi lewat urin sebanyak 20% dalam bentuk utuh. Obat yang di ekskresi lewat urin berlangsung selama 24 jam. Efek samping: mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala, pusing, dan alergi, vertigo, kesulitan bicara, atau kelemahan otot. Namun gejala akan hilang setelah pengobatan dihentikan. Kontraindikasi : pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, perhatian khusus pada pasien anemia, ibu hamil tidak di anjurkan diberi alternatif lain. ANTELMINTIK

43 4. LEVAMISOL Digunakan sebagai imunostimulan pada manusia sebagai terapi ajuvan penyakit penyakit imunologik termasuk keganasan dalam hak ini levamisol bekerja dengan memperbaiki mekanisme pertahanan selular dan memacu pematangan limfosit T. 5. ALBENDAZOL Obat cacing derivat benzimidazol berspektrum luas yang dapat diberikan secara peroral. Dosis tunggal efektif untuk cacing kremi dan cacing tambang. Farmakokinetik : pada pemberian peroral obat ini diserap seacara tidak teratur oleh usus. Obat ini cepat di metabolisme terutama menjadi albendazol sulfoksida. Suatu metabolit aktif yang sebagian besar di eksresi dalam urin dan sedikit lewat feses. Makanan berlemak akan meningatkan absopsi 4x lebih besar dari pada perut. Kadar metabolit puncak aktif plasma dicapai dalam 3 jam. Waktu paruh 8- 9 jam sebagian besar metabolit terikat dengan protein dan di distribusi ke jaringan jaringan termasuk ke kistahidatid. ANTELMINTIK

44 5. ALBENDAZOL Farmakodinamik: obat ini bekerja dengan cara berikatan dengan beta tubulin parasit sehingga menghambat polimerisasi mikrotubulus dan memblok pengambilan glukosa oleh larva maupin cacing dewasa, sehingga persediaan glikogen menurun. Dan pembentukan atp berkurang, akibatnya cacing akan mati. Obat ini berkhasiat membunuh larva m. Americanus dan juga dapat merusak telur cacing gelang, tambang, dan tricuris Indikasi : infeksi cacing kremi, cacing askaris atau trikulis Efek samping : nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, pusing, insomnia Kontraindikasi : anak dibawah usia 2 tahun, wanita hamil dengan sirosis hati ANTELMINTIK

45 6. TIABENDAZOL Antelmintik derivat benzimidazol berspektrum luas efektif untuk mengobati infestasi berbagai macam nematoda pada manusia. Obat ini berupa kristal putih tidak larut dalam air. Daya larutnya tergantung PH bila suasananya asam atau basa senyawa ini mudah larut. Senyawa ini membentuk kompleks yang stabil dengan sejumlah logam seperti besi namun tidak mengikat kalsium. Mekanisme : menghambat enzim fumarat reduktase cacing, pada cacing strongyloides menghambat enzim kolinesterase yang akan menyebabkan kematian cacing. Farmakokinetik : cepat di serap melalui usus dan kadar puncak obat ini dalam darah di capai dalam waktu 1-2 jam dalam waktu 2 hari 90% obat ini telah di ekskresi bersama urin dalam bentuk hidroksi dan terkonjugasi. Obat ini juga dapat di serap oleh kulit. Indikasi : obat terpilih untuk S. Stercolaris dan cutaneous larva migran. Kontraindikasi : anak anak dengan berat badan kurang dari15 kg, gangguan hati gangguan ginjal, hipersensitifitas, wanita hamil. ANTELMINTIK

46 7. INVERMEKTIN Digunakan untuk pengobatan masal dan individual terhadap onchocerciacis dan srongylodiadis Farmakokinetik : dihasilkan lewat hasil fermentasi dari streptromices avermilitis. Pemberian peroral pada manusia di absorpsi baik dan memiliki waktu paruh 10-12 jam. Kadar puncak dicapai dalam 4 jam. Obat ini tidak dapat melewati sawar darah otak kecuali bila ada meningitis. Farmakodinamik : cara kerja obat ini yakni memperkuat peranan gaba pada proses transmisi di saraf tepi, sehingga cacing mati pada keadaan paralisis. Obat berefek pada mikrofilaria di jaringan dan embriogenesis pada cacing betina. Mikrofilaria mengalami paralisis sehingga mudah di hancurkan oleh sistem retikuloendotilial. Karena obat ini tidak mengalami BBB maka tidak menyebabkan paralisis pada hospes, obat ini memiliki margin opsefti yang lebar. Invermektin aktif terhadap strongiloidosis dan merupakan obat alternatif untuk pasien yang tak tahan atau mempan terhadap tiabendazol. Invermektin tidak memiliki efek makrofilarisin bagi filariasis bancrofty sehingga dec(dietil carbamazin) masih diperlukan untuk membunuh cacing dewasanya. Indikasi : onkoserkiasis Efek samping : pada dosis tunggal 50-200 mg/kgBB efek samping yang tmbul demam, sakit otot dan sendi, sakit kepala, nyeri di kelenjar limfa. Kontraindikasi : pada wanita hamil jangan diberikan bersama barbiturat, benzodiazepin, valporat. ANTELMINTIK

47 8. DIETILKARBAMAZIN obat pilihan pertama untuk filariasis, digunakan sebagai garam sitrat, berbentuk kristal tidak berwarna dan mudah larut dalam air. Mekanisme : menurunkan aktifitas otot cacing, parasit akan mengalamibparalisis dan mudah terusir dari tempatnya dalam tubuh. Menyebabkan perubahan pada permukaan membran mikrofilia sehingga lebih mudah dihancurkan oleh daya oertahanan tubuh hospes. Farmakokinetik : cepat di absoprsi dalam usus dan di distribusikan ke seluruh cairan tubuh. Kadar puncak dicapai dalam 4 jam. Waktu paruh berkisar antara 10-12 jam. Keterikatan nya dengan plasma protein dapat di abaikan. Sebagian besar dietil kabarmazin akan di metabolisme secara cepat. Ekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam bentuk metabolit berlangsung sempurna dalam 48 jam setelah pemberian dosis tunggal. Ekskresi ini berkurang pada urin alkali. Efek samping : pusing, nyeri sendi, anoreksia, mual, muntah, gelisah ANTELMINTIK

48 9. PRAZIKUANTEL derivat pirazinoisokuinolin berspektrum luas efektif pada cestoda dan termatoda pada hewan dan manusia, berbentuk kristal dan rasanya pahit. Mekanisme : peningkatan aktifitas otot cacing karena hilangnya Ca2+ intra sel sehingga timbul kontraksi dan paralisis spastik yang sifatnya reversibel yang memungkinkan cacing lepas darin tempatnya. Farmakokinetik : pada pemberian oral absopsinya baik. Kadar maksimal dalam darah tercapai pada waktu 1-3 jam. Metabolisme obat berlangsung cepat di hati melalui proses hidroksilasi dan konjugasi sehingga terbentuk produk yang efek antelmintik kurang aktif. Waku paruh obat 0,8-1,5 jam. Ekskresi sebagian besar melalui urin dan sisanya melalui empedu. Hanya sedikit obat yang di ekskresi dalam bentuk utuh. Kadar obat dalam air susu ibu adalah ¼ kali kadar plasma. ANTELMINTIK

49 10. Oksamnikuin derivat tetrahidrokuinolin efek samping nya ringan dan jarang dijumpai. Oksaminikuin sekarang masih dipakai di AS S.mansoni 11. Metrifonat Senyawa organofosfat yang merupakan obat alternatif untuk s.haemotobium. Obat ini tidak efektif terhadap s. Mansoni dan s. Japonicum. Efek samping : gejala klinergik yg bersifat ringan dan selintas, mual, muntah, diare, nyeri perut, bronkospasmo, sakit kepala, berkeringat, lelah, lemah, pening, dan pusing. Gejala ini dapat terjadi dalam 30 menit dan dapat menetap sampai 12 jam Farmakokinetik : setelah pemberian oral kadar puncak diperoleh dalam 1-2 jam waktu paruh ½ jam. ANTELMINTIK

50 12. Niklosamid  Cacing yang dipengaruhi akan dirusak sehingga sebagian skolegs dan segmen dicerna dan tidak dapat ditemukan lagi dalam tinja.  Niklosamid sedikit sekali diserap dan hampir bebas dari efek samping kecuali sedikit keluhan sakit perut. Bahkan cukup aman untuk pasien wanita hamil dan pasien dengan keadaan umum buruk (debilitated).  Tidak menganggu fungsi ginjal dan hati dan darah, dan tidak mengiritasi lambung.  Niklosamid obat alternatif setelah ivermektin untuk t. Saginata, d. Latum, dan h. nana ANTELMINTIK

51

52

53

54 DAFTAR PUSTAKA Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Katzung & Trevors’s. PHARMACOLOGY Examination & Board Review 11th Edition. Christine J. Ko, MD,a and Dirk M. Elston, MD. 2004. Pediculosis. Irvine, California, and Danville, PennsylvaniaJ Am Acad Dermatol 2004;50:1-12. Katzung B,G.,2004, Farmakologi: Dasar & Klinik, Edisi 8. Diterjemahkan oleh bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Jakarta, Salemba Medika


Download ppt "KELOMPOK 1 ANTIPARASIT RIFKI NURJANAH WANDA RIZKI AMALA DEVI DWI AMALIA DINDA AMELIA EKA FARIDA ELMADHITA ANZANI INTAN ARDIAWAN MUADZ ALASNHARY."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google