Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Psychodynamic Theory in psychosomatic

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Psychodynamic Theory in psychosomatic"— Transcript presentasi:

1 Psychodynamic Theory in psychosomatic

2 I. PENDAHULUAN Gangguan psikosomatik adalah gangguan ayang ditandai oleh keluhan psikis dan somatik dapat merupakan kelainan fungsional suatu organ dengan ataupun tanpa gejala objektif dan dapat pula bersamaan dengan kelainan organik/ struktural yang berkaitan dengan stressor atau peristiwa psikososial tertentu.

3 TEORI PSIKODINAMIKA Teori menurut Freud Teori menurut Erik Erikson
Teori Gustav Jung

4 TEORI PSIKODINAMIKA Teori Sigmund Freud
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu : Sadar (Conscious) Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness). b. Prasadar (Preconscious) Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar Isi preconscious berasal dari conscious dan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar c. Tak Sadar (Unconscious) Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman- pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar

5 TEORI PSIKODINAMIKA Komponen Struktural
Id Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah Unconscious, mewakili subjektivitas yang tidak pemah disadari sepanjang usia. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Ego Egocadalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang. resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dan superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri akan memperoleh enegi dari Id.

6 TEORI PSIKODINAMIKA Komponen Struktural
Superego (Das Ueber Ich) Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego. Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Super-ego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkahlaku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran.

7 TEORI PSIKODINAMIKA Menurut Freud salah satu cara orang mengurangi kegelisahan dan konflik adalah dengan menggunakan mekanisme pertahanan. Beberapa mekanisme pertahanan diri adalah : Respression (penekanan)-berkenaan dengan dorongan hati yang tidak pantas dengan mendesaknya ke dalam pikiran tidak sadar. Regression (kemunduran)-kembali ke bentuk-bentuk awal atau kembali pada tahap perkembangan sebelumnya, misalnya bentuk perilaku kekanak-kanakan. Sublimation-menggantikan perilaku yang tidak disukai atau yang tidak layak dengan perilaku yang diterima secara social. Displacement (penggantian)-mengubah emosi yang kuat dari sumber frustasi dan melepaskannya kepada obyek atau oaring lain. Reaction formation (pembentukan reaksi)-bertindak yang sepenuhnya berlawanan dengan perasaan untuk menyembunyikan perasaan yang lain.

8 TEORI PSIKODINAMIKA Tahap Oral :
Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya masa kanak-kanak. Adapun tahapan perkembangan psikoseksual adalah : Tahap Oral : Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas oral  ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan makanan, pada saat mengandung, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini.

9 TEORI PSIKODINAMIKA Tahap Oral :
Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya masa kanak-kanak. Adapun tahapan perkembangan psikoseksual adalah : Tahap Oral : Orang yang terfiksasi dalam tahap ini cenderung pesimis, bermusuhan, dan bersikap agresif. Mereka cenderung suka menentang dan sarkastik, mengucap kata-kata yang menggigit dan memperlihatkan kekejaman terhadap orang lain. Mereka cenderung dengki terhadap yang lain dan mencoba untuk mengeksploitasi dan memanipulasi mereka dalam usaha untuk mendominasi. 9

10 TEORI PSIKODINAMIKA Tahap Anal :
Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya masa kanak-kanak. Adapun tahapan perkembangan psikoseksual adalah : Tahap Anal : Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Perilaku ini merupakan dasar untuk perkembangan anal retentive personality. Orang ini cenderung menjadi kaku, rapi secara kompulsif, keras kepala dan berhati-hati. 9

11 TEORI PSIKODINAMIKA Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya masa kanak-kanak. Adapun tahapan perkembangan psikoseksual adalah : Tahap Phalik : Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus.  Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya. Oedipus complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak laki-laki terhadap ibunya, dan berkeinginan untuk menggantikan dan menyingkirkan ayahnya Electra complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak perempuan terhadap ayahnya, dan berkeinginan untuk menggantikan ibunya.

12 TEORI PSIKODINAMIKA Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya masa kanak-kanak. Adapun tahapan perkembangan psikoseksual adalah : Tahap Laten : Masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar). Tahap laten bukanlah tahap psikoseksual dari perkembangan. Insting seks menjadi dorman, dan digantikan dengan aktivitas sekolah, hobi, dan olahraga serta mengembangkan hubungan pertemanan dengan anggota yang berjenis kelamin sama.

13 TEORI PSIKODINAMIKA Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya masa kanak-kanak. Adapun tahapan perkembangan psikoseksual adalah : Tahap Genital : Fase genital merupakan tahap akhir dari tahapan perkembangan psikoseksual, dimulai sejak masa pubertas, badan secara fisiologis tumbuh dengan matang, jika tidak berarti ada penyimpangan yang berarti pada tahap awal perkembangan. Tahap genital ini mencari kepuasan melalui cinta dan pekerjaan, ini menjadi perilaku yang dapat diterima oleh impuls-impuls id. 9

14 TEORI PSIKODINAMIKA Tahapan Perkembangan Psikososial
Teori Erik Erikson Teori ini sama seperti teori Freud, namun menambahkan dasar orientasi teori mengenai tahapan perkembangan psikososial, penekanan pada identitas, dan peran terhadap perkembangan. Tahapan Perkembangan Psikososial Erikson memperluas teori dari Freud dengan mencoba meletakkan hubungan antara gejala psikis dan sisi edukatif, serta gejala masyarakat budaya dipihak lain. Berkenaan dengan tahapan perkembangan psikososial pada individu, ada dua hal dalam hal ini yaitu pertama, tiap individu melewati tahapan perkembangan social yang sama, namun budaya memiliki cara sendiri untuk mengarahkan individu disetiap tahap. Kedua budaya dapat berubah seiring dengan waktu, seperti kemajuan tekhnologi, urbanisasi, pendidikan dan lain-lain.

15 TEORI PSIKODINAMIKA Ada delapan tahap perkembangan psikoseksual, yaitu: Kepercayaan vs ketidakpercayaan Otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu Inisiatif vs rasa bersalah Tekun vs rasa rendah diri Identitas vs kebingungan identitas Keakraban vs keterkucilan Bangkit vs tetap menyerah Keputusan vs keputusasaan.8

16 TEORI PSIKODINAMIKA Penekanan pada Identitas
Identitas merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi individu, sehingga secara sadar maupun tidak sadar individu tersebut selalu mencari identitas dirinya. Identitas merupakan pengertian antara penerimaan dan pengertian untuk diri individu maupun untuk masyarakat. Peran terhadap Perkembangan Pengalaman masa kanak-kanak awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi perilaku dalam perkembangan individu. Selain itu perkembangan manusia menjadi delapan tahap dan individu memiliki tugas perkembangan psikososial yang perlu dikuasai dalam tiap tahap hidupnya. 8

17 TEORI PSIKODINAMIKA Gustav jung
Menurut Jung, Kepribadian terdiri dari beberapa sistem yang dioperasikan dalam tiga tingkat dari sebuah kesadaran. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan tentang pandangan Jung tentang Kesadaran atau Ego, ketidaksadaran personal (Personal Unconscious) dan ketidaksadaran kolektif (Collective Unconscious).7 Ego Ego menjadi unsur yang menentukan persepsi, pemikiran, perasaan dan ingatan yang memasuki kesadaran dalam otak Sehingga dengan demikian, apa yang memasuki otak kita adalah hasil dari saringan atau proses seleksi. Sebagai pengorganisasian dari pikiran atas kesadaran, ego memainkan peranan penting dalam aturan gatekeeper (penjaga); yang menentukan persepsi, pemikiran, perasaan, dan ingatan yang akan memasuki pintu kesadaran dalam otak kita.

18 TEORI PSIKODINAMIKA Ketidaksadaran Personal
Banyak sekali pengalaman yang dialami oleh setiap manusia, namun dari sekian banyak pengalaman tersebut banyak yang telah hilang karena terlupakan atau sengaja direpresi (ditekan) sehingga tidak membuatnya menjadi sebuah kesan kesadaran, pada akhirnya pengalaman-pengalaman tersebut akan masuk ke dalam ketidaksadaran personal. Setiap kita pernah mengalami suatu pengalaman, kemdian mengingatnya dan tanpa disadari melupakan pengalaman itu. Namun dalam suatu kondisi akan dapat mengingatnya kembali tanpa disadari

19 TEORI PSIKODINAMIKA Ketidaksadaran Kolektif
Dalam ketidaksadaran kolektif ini, Jung mengemukakan bahwa ketidaksadaran yang kolektif disusun oleh gambaran-gambaran dengan bentuk pemikiran yang kuno atau jejak ingatan dari nenek moyang kita di masa lalu, bukan hanya masa lalu manusia tetapi juga masa lalu sebelum peradaban manusia dimulai, dan juga evolusi dari pertalian keluarga yang terdahulu. Arketipe Arketipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar. Bentuk pikiran ini yang menciptakan gambaran atau visi yang dalam kehidupan sadar berkaitan dengan situasi tertentu. Misalnya arketipe tentang ibu akan menghasilkan tentang gambaran ibu disertai persepsi yang terbangun dari sikap ibu.

20 TEORI PSIKODINAMIKA Ketidaksadaran Kolektif
Dalam ketidaksadaran kolektif ini, Jung mengemukakan bahwa ketidaksadaran yang kolektif disusun oleh gambaran-gambaran dengan bentuk pemikiran yang kuno atau jejak ingatan dari nenek moyang kita di masa lalu, bukan hanya masa lalu manusia tetapi juga masa lalu sebelum peradaban manusia dimulai, dan juga evolusi dari pertalian keluarga yang terdahulu. Arketipe Arketipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar. Bentuk pikiran ini yang menciptakan gambaran atau visi yang dalam kehidupan sadar berkaitan dengan situasi tertentu. Misalnya arketipe tentang ibu akan menghasilkan tentang gambaran ibu disertai persepsi yang terbangun dari sikap ibu.

21 TEORI PSIKODINAMIKA Persona
Persona adalah “topeng” yang dipakai seseorang sebagai respon atas tuntutan dari masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, persona akan memainkan peran yang diinginkan orang-orang disekitarnya. Anima dan Animus Sisi feminim sudah melekat dengan perempuan atau wanita, sedangkan sisi maskulin adalah hal laki-laki atau kaum pria. Secara fisiologis, laki-laki mengeluarkan hormon laki-laki, demikian juga dengan perempuan. Seorang laki-laki yang lebih menonjolkan sisi feminimnya akan cenderung bersikap lemah lembut dan menampilkan kelemahlembutannya itu dalam setiap aktifitasnya. Sedangkan perempuan dengan animusnya akan menampilkan sosok yang kuat dan sisi maskulin lainnya.

22 TEORI PSIKODINAMIKA Bayang-bayang
Setiap individu memiliki bayang-bayang yang buruk yang memunculkan tingkah laku yang buruk pula, namun tindakan itu dapat disembunyikan dari pandangan publik dengan persona atau direpresikan ke dalam ketidksadran kolektif. Hal ini sifatnya manusiawi dan karena Carl Jung termasuk terpengaruh dari teori evolusinya Darwin maka ia menganggap bahwa shadow adalah bagian dari warisan evolusi manusia. 7 Diri Jung memandang “diri” sama dengan psike atau kepribadian secara keseluruhan. Diri adalah titik pusat kepribadian. Ia akan mempersatukan sistem-sistem dan memberikan kesatuan, keseimbangan, dan kestabilan pada kepribadian. Ini adalah proses secara langsung dari setiap individu, yang bekerja melalui aspek kegunaan dan aspek kreatifitas dari ketidaksadaran yang dibuat menjadi sebuah kesadaran dan program menjadi aktivitas yang produktif.

23 II. DEFINISI PSIKOSOMATIK
Psikosomatis ialah kondisi dimana masalah-masalah psikis atau psikologis dan kecemasan-kecemasan menjadi sebab timbulnya macam-macam penyakit fisik atau justru membuat penyakit fisikyang sudah ada menjadi semakin parah. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian terhadap berbagai persoalan bukan hanya menimbulkan gangguan psikis atau mental saja. Gejala gagal dalam melakukan penyesuaian bisa muncul dalam bentuk gangguan-gangguan yang bersifat ketubuhan/fisik karena pada dasamya antara badan dan jiwa merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, sehingga gangguan terhadap salah satu di antaranya menimbulkan gangguan pada lainnya. Inilah yang kemudian sening disebut sebagai gangguan psikosomatik.

24 III. ETIOLOGI 1. Stres Umum 2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik
Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau situasi kehidupan dimana individu tidak dapat berespon secara adekuat. 2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefinisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis. 3. Variabel Fisiologis Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan variabel lainnya adalah kerja monosit sistem kekebalan. Mediator antara stres yang didasari secara kognitif dan penyakit mungkin hormonal,

25 IV. KLASIFIKASI PENYAKIT PSIKOSOMATIS
A. Sistem Kardiovaskular Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG. Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung dan tekanan darah.

26 A. Sistem Cardiovaskular
Penyakit Arteri Koroner Penurunan aliran darah ke jantung. Ditandai oleh rasa nyeri, tidak nyaman, tekanan pada dada dan jantung secara episodik. Biasanya ditimbuikan oleh penggunaan tenaga dan stres. Tipe kepribadian Flanders Dunbar: pasien penyakit koroner berkepribadian agresif­kompulsif, cendenung bekerja dengan waktu panjang, dan untuk meningkatkan kekuasaan. Meyer Fiedman dan Ray Rosenman: kepribadian tipe A dan B. Kepribadian tipe A berhubungan kuat dengan penyakit jantung koroner. Orang yang berorientasi tindakan berjuang keras untuk mencapai tujuan dengan cara permusuhan yang kompetitif Memiliki peningkatan jumlah lipoprotein densitas rendah, kolesterol serum, trigliserida, dan 17- hidroksikolestenol. Kepribadian tipe B: santai, kurang agresif, kurang aktif berjuang mencapai tujuannya. Terapi: Jika terjadi oklusi koroner, digunakan berbagai medikasi bagi status jantung pasien. Untuk menghilangkan ketegangan psikis, digunakan psikotropika (contoh diazepam / valium). Rasa sakit diobati dengan analgesik (contoh morfin). Terapi medis harus suportif dengan penekanan psikologis untuk menghilangkan stres psikis, kompulsif, dan ketegangan.4

27 A. Sistem Cardiovaskular
Hipertensi Esensial Tipe kepribadian orang hipertensif tampak dari luar menyeriangkan, patuh, dan kompulsif; walaupun kemarahan mereka tidak diekspresikan secara terbuka, memiliki banyak kekerasan yang terhalangi. Predisposisi genetik untuk hipertensi; yaitu bila terjadi stres kronis pada kepribadian kompulsif yang telah merepresi dan menekan kekerasan. Terapi: Psikoterapi suportif dan teknik perilaku (contoh: biofeedback, meditasi, terapi relaksasi). Pasien harus patuh dengan regimen medikasi anti hipertensi. 4 Gagal Jantung Kongestif Gangguan di mana jantung gagal memompa darah secara normal, menyebabkan kongesti paru dan menurunkan aliran darah jaringan dengan penurunan curah Jantung. Faktor psikologis, seperti stres dan konflik emosional nonspesifik, seringkali bermakna dalam mulainya atau eksaserbasi gangguan. Psikoterapi suportif penting dalam pengobatannya. 4

28 A. Sistem Cardiovaskular
4. Sinkop Vasomotor (Vasodepresor) Ditandai oleh kehilangan kesadaran (pingsan) secara tiba-tiba yang disebabkan oleh serangan vasovagal. Menurut Franz Alexander, rasa khawatir atau takut menghambat impuls untuk berkelahi atau melarikan diri. Dengan demikian menampung darah di anggota gerak bawah, dari vasodilatasi pembuluh darah di dalam tungkai. Reaksi tersebut menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, penurunan pasokan darah ke otak, dan akibatnya hipoksia otak dan kehilangan kesadaran. 5. Fenomena Raynaud Sianosis bilateral paroksismal idiopatik pada jail karena kontraksi arteniolan. Kontraksi arteniolar seringkali disebabkan oleh stres ekstemal. Terapi: dapat diobati dengan psikoterapi suportif, relaksasi progresif, atau biofeedback dengan melindungi tubuh dari dingin dan menggunakan sedatif ringan. 4

29 A. Sistem Cardiovaskular
6. Jantung Psikogenik Bukan Penyakit Pasien Rasa takut dapat timbul dan masalah kecemasan, yang dimanifestasikan oleh fobia atau hipokondriasis parah, sampai keyakinan waham bahwa mereka menderita penyakit jantung. Banyak pasien menderita akibat sindroma yang kurang jelas ini seringkali dinamakan astenia neurosirkulatorik. Kriteria diagnostik astenia neurosirkulatorik: Keluhan pemapasan seperti pemapasan yang resah, tidak dapat menarik napas dalam, tercekik dan tersedak, dan sesak napas. Palpitasi, nyeri dada, atau rasa tidak enak. Kegugupan, pening, pingsan, atau rasa tidak enak di puncak kepala.

30 B. Sistem Respirasi Asma Bronkial
Penyakit obstruktif rekuren pada jalan napas bronkial, cenderung berespon terhadap berbagai stimuli dengan konstriksi bronkial, edema, dan sekresi yang berlebihan. Faktor psikologis: tidak ada tipe kepribadian spesifik yang telah diidentifikasi. Alexander mengajukan faktor konfliktual psikodinamika, karena ia menemukan pada banyak pasien asma adanya harapan yang tidak disadari akan perlindungan dan untuk diselubungi oleh ibu atau pengganti ibu. Tokoh ibu cenderung bersikap melindungi adan cemas secara berlebihan, perfeksionis, berkuaasa, dan menolong. Jika proteksi tersebut tidak didapatkan, serangan asthma terjadi, karena ia menemukan pada banyak pasien asma adanya harapan yang tidak disadari akan perlindungan dan untuk diselubungi oleh ibu atau pengganti ibu. Tokoh ibu cenderung bersikap melindungi adan cemas secara berlebihan, perfeksionis, berkuaasa, dan menolong. Jika proteksi tersebut tidak didapàtkan, serangan asma terjadi.

31 B. Sistem Respirasi 2. Sindroma Hiperventilasi
Pasien hiperventilasi bennapas cepat dan dalam selama beberapa menit, merasa ningan, dan selanjutnya pingsan karena vasokonstriksi serebral dan alkalosis respiratonik. Differential diagnosis pada psikiatrik adalah serangan kecemasan, panik, skizofnenia, gangguan kepribadian histnionik, dan keluhan fobik atau obsesif. Terapi: harus diberikan instruksi atau latihan ulang benhubungan dengan gejala tertentu dan bagaimana gejala tersebut ditimbulkan oleh hiperventilasi, sehingga pasien secana sadar menghindani pencetus gejala. Psikoterapi suportif juga diindikasikan. 3. Tuberkulosis Onset dan perburukan tubenkulosis seringkali berhubungan dengan stres akutdan kronis. Faktor psikologis mempenganuhi sistem kekebalan dan mungkin mempengaruhi dayatahan pasien terhadap penyakit. Penanan stres pada insidensi tuberkulosis belum dipelajari secara menyeluruh, tetapi sebagian besan pasien AIDS memiliki komplikasi psikiatrik dan neunologis dan besar kemungkinannya mengalami stres. 4

32 B. Sistem Gastrointestinal
Ulkus Peptikum Merupakan ulserasi pada membran mukosa lambung atau duodenum, berbatas jelas, menemus ke mukosa muskularis dan terjadi di daerah yang terkena asam lambung dan pepsin. Alexander menghipotesiskan bahwa frustasi kronis dari kebutuhan ketergantungan yang kuat menyebabkan konflik bawah sadar yang spesifik. Konflik bawah sadar tersebut menyinggung ketergantungan kuat akan keinginan reseptif-oral untuk disayangi dan dicintai, menyebabkan rasa lapar dan kemarahan bawah sadar yang regresif dan kronis. Reaksi dimanifestasikan secara psikologis oleh hiperaktivitas vagal persisten yang menyebabkan hipersekresi asam lambung, yang terutama jelas pada orang yang memiliki predisposisi genetik. Pembentukan ulkus dapat terjadi.

33 B. Sistem Gastrointestinal
2. Kolitis Ulseratif Penyakit ulseratif inflamatoris kronis pada kolon, biasanya disertai diare berdarah. Tipe kepribadian: sifat kepribadian kompulsif yang menonjol. Pasien adalah seorang yang pembersih, tertib, rapi, tepat waktu, hiperintelektual, malu­malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan. Alexander menggambarkan kumpulan konflik spesifik pada kolitis ulseratif yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban (biasanya tidak patuh) sampai kepada inti ketergantungan. Ketergantungan yang mengalami frustasi menstimulasi perasaan agresif-oral, menyebabkan rasa bersalah dan kecemasan. Menghasilkan pemulihan melalui diare. Terapi Psikoterapi yang tidak konfrontatif dan suportif diindikasikan pada kolitis ulseratif.

34 B. Sistem Gastrointestinal
Obesitas Akumulasi lemak berlebihan; berat badan melebihi 20 % berat badan seharusnya. Faktor psikodinamika yang diajukan antara lain fiksasi oral, regresi oral, dan penilaian berlebihan terhadap makanan. Pasien memiliki riwayat penghindaran terhadap citra tubuh dan kebiasaan awal yang buruk dalam asupan makanan. Terapi Dikendalikan melalui pembatasan diet dan penurunan asupan kalori. Dukungan emosional dan modifikasi perilaku membantu mengatasi kecemasan dan depresi yang berhubungan dengan makan berlebihan dan diet. 4 4. Anoreksia Nervosa Perilaku yang diarahkan untuk: Menghilangkan berat badan. Pola aneh dalam menangani makanan. Penurunan berat badan. Rasa takut yang kuat terhadap kenaikan berat badan. Gangguan citra tubuh dan Amenore pada wanita. 4

35 C. Sistem Muskuloskeletal
Rheumatoid Artritis Ditandai oleh nyeri muskuloskeletal kronis yang disebabkan oleh penyakit peradangan pada sendi. Memiliki faktor penyebab herediter, alergik, mmunologi, dan psikologi yang penting. Stres psikologis mempredisposisikan pasien pada artritis rematoid dan penyakitautoimun lain melalui supresi kekebalan. Pasien merasa tenkekang, terikat, dan terbatas. Mereka seringkali memiliki rasa marah yang terepresi karena terbatasnya fungsi otot-otot mereka, sehingga memperberatkekakuan dan imobilitas mereka. Terapi: psikoterapi suportif selama serangan kronis. Istirahat dan latihan harus terstnuktur, dan pasien harus didorong untuk tidak menjadi tenikat pada tempat tidur dan kembali ke aktivitas mereka sebelumnya. 4

36 C. Sistem Muskuloskeletal
2. Low Back Pain Nyeri punggung bawah seringkali dilaponkan pasien bahwa nyerinya dimulai pada saat trauma psikologis atau stres Reaksi pasien terhadap nyeri tidak sebandmng secara emosional, dengan kecemasan dan depresi yang berlebihan. Terapi berupa psikotenapi suportif tentang trauma emosional pencetus, terapi relaksasi, dan biofeedback. Pasien harus didorong kembali ke aktivitas mereka segera mungkin.

37 D. Sistem Endokrin Hipertiroidisme Suatu sindroma yang ditandai oieh perubahan biokimiawi dan patologis yang terjadi sebagai akibat dan kelebihan hormon tiroid eñdogen atau eksogen yang kronis. Pertimbangan psikosomatik Pada orang yang terpredisposisi secara genetik, stres seringkali disentai dengan onset hipertiroidisme. Menurut teori psikoanalitik, selama masa anak-anak, pasien hipertiroid memiliki penlekatan yang tidak lazim dan ketergantungan pada orangtua, biasanya kepada ibu. Mereka menjadi tidak tahan terhadap ancaman penolakan dani ibu. Sebagai anak-anak, pasien tersebut seringkali memiliki dukungan yang tidak adekuat karena stres ekonomi, perceraian, kematian, atau banyak saudara kandung. Terapi: medikasi antitiroid, tranquilizer, dan psikotenapi suportif. 4

38 D. Sistem Endokrin 2. Diabetes Mellitus Gangguan metabolisme dan sistem vaskular dimanifestasikan gangguan pengaturan giukosa, lemak, dan protein tubuh. Faktor psikologis yang tampaknya penting adalah faktor yang mencetuskan perasaan fnustnasi, kesepian, dan kesedihan. Pasien diabetik biasanya mempertahankan kontnol diabetiknya. Jika mengalami depresi atau merasa sedih, mereka seringkaii makan atau minum benlebihan yang merusak diri sendini, sehingga diabetes menjadi tidak terkendali. Terapi: psikotenapi suportif dipenlukan untuk mencapai kerjasama dalam penatalaksanaan medis dani penyakit kompleks. Terapi harus mendorong pasien diabetik untuk menjalani kehidupan senonmal mungkin, dengan menyadari bahwa mereka memiliki penyakit kronis yang dapat ditangani. 4

39 F. Penyakit Kulit Pruritus
Pruritus menyeluruh lstilah “pruritus psikogenik menyeluruh” (generalized psychogenic pruritis) menyatakan bahwa tidak ada penyebab organik. Konflik emosional tampaknya menyebabkan terjadinya gangguan. Emosi yang paling sering menyebabkan pruritus psikogenik menyeluruh adalah kemarahan dan kecemasan yang terepresi. Kebutuhan akan perhatian merupakan karakteristik umum pada pasien. Menggaruk kulit memberikan kepuasaan pengganti untuk kebutuhan yang mengalami frustrasi, dan menggaruk mencerminkan agresi yang dibalikkan kepada diri sendiri. 4 Hiperhidrosis Keadaan takut, marah, dan tegang dapat menyebabkan meningkatnya sekresi keringat. Berkeringat pada manusia memiliki dua bentuk berbeda: termal dan emosional. Berkeringat emosional terutama pada telapak tangan, telapak kaki, dan aksila. Berkeringat termal paling jelas pada dahi, leher, batang tubuh, punggung tangan, dan lengan bawah. Kepekaan respon berkeringat emosional merupakan dasan untuk pengukunan keringat melalui respon kulit galvanik (alat penting dalam penelitian psikosomatik), biofeedback, dan poligrafi (tes detektor kebohongan).

40 V. Contoh penyakit psikosomatik yang berhubungan dengan psikodinamika
Asma Bronkialis Faktor psikologis: Tidak ada tipe kepribadian spesifik yang telah diidentifikasi. Alexander mengajukan faktor konfliktual psikodinamika pada fase phalic, karena ia menemukan pada banyak pasien asma adanya harapan yang tidak disadari akan perlindungan oleh ibu. Pada fase psikososial ibu cenderung bersikap melindungi dan cemas secara berlebihan dan berkuaasa. Jika proteksi tersebut didapatkan, serangan asthma terjadi. Ulkus Peptikum Teori spesifik : Alexander menghipotesiskan bahwa stress atau frustasi kronis dari kebutuhan ketergantungan yang kuat menyebabkan konflik bawah sadar yang spesifik. Konflik bawah sadar tersebut menyinggung ketergantungan kuat akan keinginan reseptif-oral ( Fase Oral ) untuk disayangi dan dicintai, menyebabkan rasa lapar dan kemarahan bawah sadar yang regresif dan kronis. Reaksi dimanifestasikan secara psikologis oleh hiperaktivitas vagal persisten yang menyebabkan hipersekresi asam lambung, yang terutama jelas pada orang yang memiliki predisposisi genetik. Pembentukan ulkus dapat terjadi.

41 V. Contoh penyakit psikosomatik yang berhubungan dengan psikodinamika
Kolitis Ulseratif Tipe kepribadian: Sifat kepribadian kompulsif yang menonjol. Pasien adalah seorang yang pembersih, tertib, rapi, tepat waktu, hiperintelektual, malu­-malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan. Etiologi Teori spesifik : Alexander menggambarkan kumpulan konflik spesifik pada kolitis ulseratif yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban (biasanya tidak patuh) sampai kepada inti ketergantungan. Ketergantungan yang mengalami frustasi menstimulasi perasaan agresif-oral (Fase Oral), menyebabkan rasa bersalah dan kecemasan. Terapi Psikoterapi yang tidak konfrontatif dan suportif diindikasikan pada kolitis ulseratif. Obesitas Terdapat predisposisi genetik dan faktor perkembangan awal ditemukan pada obesitas masa anak-anak. Faktor psikodinamika yang diajukan antara lain fiksasi oral, regresi oral, dan penilaian berlebihan terhadap makanan. Pasien memiliki riwayat penghindaran terhadap citra tubuh dan kebiasaan awal yang buruk dalam asupan makanan.

42 V. Contoh penyakit psikosomatik yang berhubungan dengan psikodinamika
Hipertiroidisme Menurut teori psikoanalitik, selama masa anak-anak terutama pada fase phalic pasien hipertiroid memiliki perlekatan yang tidak lazim dan ketergantungan pada orangtua, biasanya kepada ibu. Mereka menjadi tidak tahan terhadap ancaman penolakan dari ibu. Sebagai anak-anak, pasien tersebut seringkali memiliki dukungan yang tidak adekuat karena stres ekonomi, perceraian, kematian, atau banyak saudara kandung. Keadaan ini menyebabkan stres awal dan pemakaian berlebihan sistem endokrin dan frustasi lebih lanjut.

43 VI. Diagnosis Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan dan masalah. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.

44 VII. Penatalaksanaan Tujuan terapi adalah kesembuhan, maksudnya adalah resolusi gangguan, reorganisasi gangguan, rerganisasi kepribadian, adaptasi yang lebih matang, meningkatkan kapasitas fisik dan okupasi serta proses penyembuhan, perbaikan penyakit, mengurangi secondary gain terhadap kondisi medisnya, serta menjadi patuh dengan pengobatan.

45 VII. Penatalaksanaan Terapi Psikiatrik
Terapi gangguan psikosomatik dari pandangan psikiatrik merupakan suatu tugas yang sulit. Psikiater harus memusatkan terapi pada pemahaman motivasi dan mekanisme fungsi yang terganggu serta membantu pasien menyadari sifat penyakit mereka serta kaitan pola adaptif yang merugikan tersebut. Tilikan ini harus menghasilkan pola perilaku yang berubah dan lebih sehat. Terapi Medis Umumnya, internis harus menghabiskan sebanyak mungkin waktu dengan pasien dan mendengarkan banyak keluhan dengan simpatik; mereka harus bersikap menenangkan dan suportif. Sebelum melakukan prosedur yang memanipulasi fisik—terutama jika menyakitkan, seperti kolonoskopi—internis harus menjelaskan pada pasien apa yang akan dihadapi. Penjelasan akan menghilangkan ansietas pasien, membuat pasien lebih kooperatif, dan akhirnya memudah kan pemeriksaan

46 VII. Penatalaksanaan Perubahan Perilaku
Peran penting psikiater dan dokter lain yang bekerja dengan pasien psikosomatik adalah memobilisasi pasien untuk mengubah perilaku dengan cara yang mengoptimalkan proses penyembuhan. Hal ini memerlukan perubahan umum gaya hidup (cth., berlibur) atau perubahan perilaku spesifik (cth., berhenti merokok). Terjadi atau tidaknya ini bergantung pada ukuran besar kualitas hubungan antara dokter dan pasien. Kegagalan dokter menciptakart rapport yang baik menyebabkan ketidakefektivan untuk membuat pasien berubah.

47 Terapi Lainnya Psikoterapi Kelompok dan Terapi Keluarga.
Pendekatan kelompok memberikan kontak interpersonal dengan orang lain yang menderita penyakit yang sama dan memberikan dukungan untuk pasien yang takut akan ancaman isolasi dan pengabaian. Terapi keluarga memberikan harapan perubahan hubungan antar anggota keluarga yang sering mengalami stres dan bersikap bermusuhan pada anggota keluarga yang sakit. Teknik Relaksasi Pasien diajari untuk merelaksasikan kelompok otot seperti yang terlibat di dalam "tension headache". Ketika mereka menghadapi dan menyadari situasi yang menyebabkan tegangan pada otot mereka, pasien dilatih untuk relaksasi. Metode ini adalah suatu tipe desensitisasi sistematik—suatu tipe terapi perilaku

48 Terapi Lainnya Hipnosis.
Hipnosis efektif untuk menghentikan merokok dan menguatkan perubahan diet. Hipnosis digunakan dalam kombinasi dengan perumpamaan yang tidak disukai (cth., rokok terasa menjijikkan). Beberapa pasien menunjukkan angka relaps yang cukup tinggi dan dapat memerlukan pengulangan program terapi hipnotik (biasanya tiga hingga empat sesi). Biofeedback Hal ini membuat manusia mampu mempelajari cara mengendalikan respons fisiologis involuntar tertentu (disebut biofeedback), seperti vasokonstriksi pembuluh darah, irama jantung, dan denyut jantung. Perubahan fisiologis ini tampak memainkan peranan yang bermakna di dalam perkembangan dan terapi atau penyembuhan gangguan psikosomatik tertentu.

49 Terapi Lainnya Acupressure dan Akupuntur.
Keyakinan dasar pengobatan Cina adalah keyakinan bahwa energi vital (qi atau chi) mengalir sepanjang jalur khusus (meridian), kira-kira memiliki 350 titik (acupoints), yang manipulasinya memperbaiki ketidakseimbangan dengan merangsang atau membuang hambatan terhadap aliran energi. Konsep fundamental lainnya adalah gagasan mengenai dua medan energi yang berlawanan (yin dan yang), yang harus seimbang untuk memper-tahankan kesehatan. 8

50 TERIMA KASIH 


Download ppt "Psychodynamic Theory in psychosomatic"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google