Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAhmad Syahbuddin Telah diubah "5 tahun yang lalu
1
PENDAHLUAN 1 Metafisika Filsafat hakikat atau ontologi, yang membicarakan watak realitas tertinggi 2 Teori pengetahuan (epistemologi) Yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran pengetahuan; teori pengetahuan Hakikat pengetahuan, darimana sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang tapat dan benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, 3 Filsafat nilai (aksiologi) penyelidikan terhadap nilai/martabat dan tindakan manusia. Hakikat nilai, dimana letak nilai, mengapa terjadi perbedaan nilai, siapa yang membentuk nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membentuk perbedaan penilaian.
2
Filsafat idealisme Plato merupakan bapak filasat idealisme. Hakikat segala sesuatu tidak terletak pada yang bersifat materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang ada dibalik materi itu, yakni ide. Ide bersifat kekal, immaterial, dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah. Kebenaran tidak dapat ditemukan dalam dunia nyata, sebab dunia nyata ternyata tidak permanen dan selalu mengalami perubahan. Artinya bahwa dunia materi bukanlah dunia sebenarnya, tetapi hal itu merupakan analogi atau ilusi semata yang dihasilkan oleh panca indera
3
Filsafat idealisme Filsafat idealisme kurang memberi pengaruh secara langsung terhadap pendidikan pada abad ke 20 dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Masih merembes ke dalam pemikiran barat. Diperkenalkan oleh Plato (abad ke 4 SM)
4
Tokoh-tokoh Idealisme 1. Plato (477 -347 Sb.M) Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
5
2. Immanuel Kant (1724 -1804) Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri, melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.
6
3. Pascal (1623-1662) Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain : –Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan hati. –Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. –Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. –Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten.
7
–Karena ketidakmampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka satu- satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak. –Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Filsafat bisa menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
8
4. J. G. Fichte (1762-1914 M.) Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut“Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda- benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.
9
5. F. W. S. Schelling (1775-1854 M.) Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel. Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif dengan yang obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari subyek).
10
Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi mutlak. Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek, dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
11
6. G. W. F. Hegel (1770-1031 M.) –Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. –Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).
12
Makna Idealisme Menurut Herma Horne (Nelson B Henry) –Idealisme merupakan pandangan yang menyimpulkan bahwa alam merupakan ekspresi dari pikiran, –substansi dari dunia ini adalah dari alam pikiran –Hal-hal yang bersifat materi dapat dijelaskan melalui jiwa
13
Menurut Ahmad Tafsir –Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (ruh). –Istilah ini diambil dari kata “idea” yang sesuai yang hadir dalam jiwa
14
Menurut George R Knight –Idealisme pada mulanya adalah menekankan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikir daripada menekankan pada objek-objek dan daya-daya materi. –Idealisme menekankan pada akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dahulu ada bagi materi, dan menganggap bahwa akal pikir ada sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal pikir. –Berlawanan dengan dengan matrialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal pikir adalah sebuah fenomena pengirim
15
Kesimpulan filsafat idealisme 1 Aliran filasafat yang mempunyai pandangan bahwa hakikat segala sesuatu adalah ada pada tataran ide. 2 Realitas terwujud sebenarnya lebih dahulu ada dalam realitas ide dan pikiran, dan bukan pada hal-hal yang bersifat materi. Meskipun demikian idealisme tidak mengikari adanya materi 3 Materi merupakan bagian terluar dari apa yang disebut hakikat terdalam, yaitu akal, ruh, pikiran, budi, dan nilai. 4 Term-term yang sering digunakan meliputi hal-hal yang abstrak seperti ruh, akan, nilai, kepribadian. Idealisme percaya bahwa watak sesuatu objek adalah spritual, non material dan idealistik.
16
Pandangan filosofis idealisme 1.Kajian Ontologi (realitas akal pikiran) Realitas bagi aliran idealisme adalah dunia penampakan yang ditangkap dengan panca indera dan dunia realitas yang ditangkap melalui kecerdasan akal pikiran atau mind (George Kinght). Dunia pikiran terfokus pada ide gagasan yang lebih dua ada dan lebih penting daripada dunia empiris indrawi. Ide gagasan yang lebih dulu ada dibandingkan dengan objek-objek material.
17
Sambungan kajian ontologi Meskipun idealisme berpandangan terfokus pada duani ide yang bersifat abstrak, namun demikian ia tidak menafikan unsur materi yang bersifat empiris indrawi. Pandangan idealisme tidak memisahkan antara sesuai yang bersifat abstrak yang ada pada tataran ide dengan dunia materi, namun yang ditekankan adalah bahwa yang utama adalah dunia ide, karena materi tidak akan pernah ada tanpa terlebih dahulu ada dalam taran ide
18
2.Kajian Epistemologi (kebenaran ide dan gagasan) Teori mengetahui (epistemologi)nya pada dasarnya adalah suatu penjelajahan secara mental mencakup ide-ide, gagasan, dan konsep-konsep. Dalam pandangannya mengetahui realitas tidaklah melalui sebuah pengalaman melihat, mendengar atau meraba, tetapi lebih sebagai tindakan menguasai ide sesuatu dan memeliharnya dalam akal pikiran. Pengetahui itu tidak didasarkan pada sesuatu yang datang dari luar, tetapi pada sesuatu yang telh dioleh dalam ide dan pikiran
19
Sambungan kajian epistemologi In idealism, the process of knowing is that of recognition or reminiscence of latent idea that preformed and already present in the mind. By reminisce, the human mind may discover the ideas of the Macrocosmic Mind in one’s own thougths..., thus, knowing is essentially a process of recognition, a recall and rethinking of ideas that are latently present in the mind. What is to be known is already present in the mind (Gerald Gutek)
20
Sambungan kajian epistemologi Kebenaran itu berada pada dunia ide dan gagasan. Beberapa penganut idealisme mempostulasikan adanya “Akal Absolut atau Diri Absolut”. Berkeley menyamakan Diri Absolut dengan Tuhan Kata kunci dalam epistemologi idealisme adalah konsintensi dan koherensi. Para penganut idealisme memberikan perhatian besar pada upaya pengembangan sistem kebenaran yang mempunyai konsitensi logis. Sesuatu benar ketika ia selaran dengan keharmonisan hakikat alam semesta.
21
Sambungan kajian epistemologi Dalam idealisme, kebenaran adalah sesuatu yang inheren dalam hakikat alam semesta, dan karena itu, ia telah dulu ada dan terlepas dari pengalaman. Cara yang digunakan untuk meraih kebenaran tidaklah bersifat empirik. Penganut idealisme mempercayai intuisi, wahyu, dan rasio dalam fungsinya meraih dan mengembangkan pengetahuan. Metode-metode inilah yang paling tepat dalam menggumuli kebenaran sebagai ide, gagasan, diaman ia merupakan pendidikan epistemologi dasar dari idealisme.
22
3.Kajian Aksiologi (nilai-nilai dari dunia ide) Aksiologi idealisme berakat kuat pada cara metafisisnya. Jaga raya ini dapat dipikirkan dan direnungkan dalam kerangka makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dipandang sebagai dunia Akar Pikir Absolut, sementara bumi dan pengalaman-pengalaman sensori dapat dipandang sebagai bayangan apa yang sejatinya ada. Dengan demikian kriteria etik maupun estetika dari kebaikan dan kemudahan itu berada di luar diri manusia, berada pada hakikat realitas kebenaran itu sendiri dan berdasarkan prinsip-prinsip yang abadi dan baku.
23
Diri Absolut (makro) Diri manusia (mikro) alam Kehidupan etik
24
Nilai kebaikan dipandang dari sudut Diri Absolut, ketika manusia dapat menyelaraskan diri dan mampu mengejewantahkan diri dengan Yang Absolut (sebagai sumber etik), maka kehidupan etik telah diperolehnya. Nilai etik itu sendiri merupakan sesuatu yang mutlak, abadi, tidak berubah, dan bersifat universal.
25
IMPLIKASI DALAM PENDIDIKAN FILSAFAT PENDIDIKAN Hubungan keharmonisan bukan insidental 1.Filsafat pendidikan realisme 2.Filsafat pendidikan pragmatisme 3.Filsafat pendidikan idealisme Hubungan keharmonisan bukan insidental 1.Filsafat pendidikan realisme 2.Filsafat pendidikan pragmatisme 3.Filsafat pendidikan idealisme
26
Ontologi filsafat pendidikan idealisme Kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai mahluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang idealistik. Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi mahluk yang berkepribadian, bermoral serta mencita-citakan segala hal yang sebaik baik dan bertaraf tinggi.
27
Epistimologi filsafat pendidikan idealisme Pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi mengutamakan yang bersifat spiritual.
28
Aksiologi filsafat pendidikan idealisme Menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidikan hendaknya tidak menjadikan peserta didik tidak terombang ambing oleh sesuatu yang bersifat relatif atau temporer
29
Implikasi Filsafat Pendidikan Realisme 1.Peserta didik Peserta didik dipandang sebagai suatu mikrokosmik yang berada dalam proses “becoming” menjadi lebih mirip dengan Diri Absolut. Aspek yang paling penting dari peserta didik adalah inteleknya yang merupakan akan pikir mikrokosmik. Usaha pendidikan diarahkan pada dataran akar pikir, karena pengetahuan yang benar dapat dicapai hanya melalui akal pikir. Para idealis cenderung meliha peserta didik sebagai individu yang mempunya nilai-nilai moralitas.
30
2.Pendidik (Guru) Guru sebagai contoh hidup dari apa yang kelak bisa dicapainya. Guru berada pada posisi yang lebih dekat dengan yang Absolut dibandingkan murid, karena ia mempunyai pengetahuan yang lebih tentang dunia. Ia mempunyai pengetahuan yang lebih tentang realitas sehingga ia mampu bertindak sebagai perantara antara diri anak didik dengan diri yang Absolut. Peran guru adalah menjangkau pengetahuan tentang realitas dan menjadi teladan keluhuran etis. Ia adalah pola panutan bagi para murid untuk diikuti baik dalam kehidupan intelektual maupun sosial
31
गुरू Gu = kegelapan Ru = menghancurkan Digugu lan ditiru No Teacher no Education Teacher is the heart of education Perpustakaan mini yang menarik Pendidik profesional (UUGD Pasal 1) GURU
32
Menurut aliran (mazhab) idealisme, guru harus memiliki beberapa syarat: –Mewujudkan budaya dan realitas dalam diri anak didik –Menguasai kepribadian manusia –Ahli dalam proses pembelajaran –Bergaul secara wajar dengan anak didik –Membangkitkan hasrat anak didik untuk belajar –Sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran terletak pada tuuan yang dapat menyempurnakan manusia, –Mengupayakan lahirnya lagi budaya dari setiap generasi
33
3.Kurikulum Materi pembelajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut pandang epistemologi. Jika kebenaran adalah ide, gagasan, maka kurikulum harus disusun seputar kajian yang mengantar peserta didik bergelut langsung dengan ide dan gagasan. Kurikulum menekankan pada pandangan “humanitas”. Kurikulum merupakan organ materi intelektual atau disiplin keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang Absolut
34
4.Metode Pengajaran Kata-kata yang tertulis maupun yang terucap merupakan metode yang digunakan oleh penganut idealisme Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode pengajaran dalam pandangan idealisme salah satunya adalah penyampaian materi melalui uraian kata-kata, sehingga materi yang diberikan ke peserta didik terkesan verbal dan abstrak. Idealisme kurang punya gairah untuk melakukan kajian-kajian yang langsung bersentuhan langsung dengan objek fisik, karena dalam pandangannya kegiatan tersebut berkaitan dengan bayang- banyang inderawi daripada realitas puncak
35
5.Tujuan Pendidikan Mendorong anak didik untuk mencari kebenaran. Mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran berarti anak pertama kali harus mengetahu kebenaran tersebut. Pendidikan idealisme mempunyai tujuan merubah pribadi untuk menuju Tuhan, bersikap benar dan baik. Lembaga pendidikan harus membekali pengetahuan, teori-teori dan konsep-konsep tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri). Kalau anak itu menguasai berbagai pengetahauan maka mereka tidak akan kesulitan menghadapi hidup.
36
Penutup Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang berpandangan bahwa dunia ide dan gagasan merupakan hakikat dari realitas. Realitas sessungguhnya tidak terdapat pada objek materi, tetapi terdapat dalam alam pikiran ide. Tetap mengakui adanya materi, tetapi yang utama adalah dunia ide, karena ide terlebih dahulu ada sebelum materi. Bangunan filsafat idealisme membentuk sebuah pemahaman bahwa pendidikan dikonstruk berdasarkan ide-ide yang bersifat abstrak yang lebih mengedepankan akal pikiran dan moral.
37
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA semoga Bermanfaat
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.