Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

FARMAKOTERAPI 1 GERD (Gastroesophageal reflux disease ) CAHYA PURWANINGSIH : TASKIA YULIA PUTRI: SHAFIRA MELSONIA: MELATI RISMAN:

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "FARMAKOTERAPI 1 GERD (Gastroesophageal reflux disease ) CAHYA PURWANINGSIH : TASKIA YULIA PUTRI: SHAFIRA MELSONIA: MELATI RISMAN:"— Transcript presentasi:

1 FARMAKOTERAPI 1 GERD (Gastroesophageal reflux disease ) CAHYA PURWANINGSIH :1601007 TASKIA YULIA PUTRI:1601055 SHAFIRA MELSONIA:1601049 MELATI RISMAN:1601026 YULINDA ANGGRAINI:1601062 FIONA FITRI ANNISA:1601032 Kelas : SI-V B Dosen : TIARA TRI AGUSTINI,M.Farm.,Apt

2 Definisi & Epidemiologi GERD Etiologi & Patogenesis GERD Patofisiologi GERD Penatalaksanaan GERD Faktor Resiko GERD Gejala &Tanda GERD Diagnosis GERD Peran Apoteker PEMBAHASANPEMBAHASAN

3 Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu gangguan dimana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang bersifat kronis dan menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang menimbulkan gejala khas seperti heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih) yang mengganggu. DEFINISI

4

5 EPIDEMIOLOGI GERD di Indonesia tidak tercatat dengan jelas. Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan bahwa 30 dari 127 pasien (22.8%) yang menjalani endoskopi gastrointestinal atas dengan indikasi dispepsia mengalami esofagitis. Angka kejadian esofagitis juga meningkat dari 5.7% menjadi 25,18% dari tahun 1997-2002 dengan rata-rata kasus per tahun 13.13%

6 PROGNOSIS Prognosis penyakit refluks gastroesofageal (gastroesophageal reflux disease / GERD) cukup baik asalkan pasien mau memodifikasi gaya hidup dan menjalani pengobatan dengan patuh. GERD yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi, di antaranya berupa Barrett esofagus dan kanker esofagus

7 PATOGENESIS Faktor kunci pada perkembangan GERD adalah aliran balik asam atau substansi berbahaya lainnya dari perut ke esofagus. Pada beberapa kasus, refluks gastroesofageal dikaitkan dengan cacat tekanan atau fungsi dari sfinkter esofageal bawah (lower esophageal sphincter/LES). Sfinkter secara normal berada pada kondisi tonik (berkontraksi) untuk mencegah refluks materi lambung dari perut, dan berelaksasi saat menelan untuk membuka jalan makanan ke dalam perut. Penurunan tekanan LES dapat disebabkan oleh (a) Relaksasi sementara LES secara spontan, (b) Peningkatan sementara tekanan intraabdominal, atau (c) LES atonik.

8 GERD dapat dibagi menjadi dua yaitu erosive esophagitis (EE) dan non-erosive reflux disease (NERD).Pasien-pasien NERD tidak didapatkan lesi pada esofagus saat pemeriksaan endoskopi

9 PATOFISIOLOGI GERD

10 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO Faktor resiko GERD adalah kondisi fisiologis/penyakit tertentu, seperti tukak lambung, hiatal hernia, obesitas, kanker, asma, alergi terhadap makanan tertentu, dan luka pada dada (chest trauma). Sebagai contoh, pada pasien tukak lambung terjadi peningkatan jumlah asam lambung maka semakin besar kemungkinan asam lambung untuk mengiritasi mukosa esofagus dan LES

11 Gejala yang umum diderita oleh pasien GERD, yaitu: heart burn, belching (sendawa),dan regurgitasi Gejala Tipikal (typical symptom) Gejala yang menunjukkan GERD yang berkepanjangan dan kemungkinan sudah mengalami komplikasi. Pasien yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami komplikasi. Gejala Alarm (alarm symptom )

12 kronis, faringitis,sakit dada,dan erosi gigiAdalah gejala yang terjadi diluar esophagus dan cenderung mirip dengan gejala penyakit lain. Contohnya separuh dari kelompok pasien yang sakit dada dengan elektro kardiogram normal ternyata mengidap GERD, dan separuh dari penderita asma ternyata mengidap GERD. Kadang hanya gejala ini yang muncul sehingga sulit untuk mendeteksi GERD dari gejala ini. Contoh gejala atipikal : asma non alergi, batuk Gejala Atipikal (atypical symptom)

13 DIAGNOSIS Cara yang paling baik dalam diagnosa adalah dengan melihat sejarah klinis, termasuk gejala yang sedang terjadi dan faktor resiko yang berhubungan. Endoskopi tidak perlu dilakukan pada pasien yang mengalami gejala tipikal, terutama jika pasien merespon baik terhadap pengobatan GERD. Endoskopi dilakukan pada pasien yang tidak merespon terapi, pasien yang mengalami gejala alarm, atau pasien yang mengalami gejala GERD terus menerus. Selain endoskopi, tes yang sering digunakan untuk diagnosa adalah pengamatan refluksat ambulatori, dan manometri

14 PENATALAKSANAAN TERAPI Terapi GERD ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala pasien, mengurangi frekuensi atau kekambuhan dan durasi refluks esofageal, mempercepat penyembuhan mukosa yang terluka, dan mencegah berkembangnya komplikasi

15 TERAPI NON FARMAKOLOGI Modifikasi Gaya Hidup Mengangkat kepala saat tidur Menghindari makanan yang dapat menurunkan tekanan LES Menghindari makanan yang secara langsung mengiritasi mukosa esofagus Penurunan berat badan Berhenti merokok Menghindari minum alkohol Menghentikan, jika mungkin, penggunaan obat-obat yang dapat mengiritasi secara langsung mukosa esofagus

16 1. Antasida dan Produk Antasida-Asam Alginat Digunakan untuk perawatan ringan GERD. Antasida efektif mengurangi gejala-gejala dalam waktu singkat Produk antasid yang dikombinasikan dengan asam alginiat adalah agen penetral yang tidak ampuh dan tidak meningkatkan tekanan LES, namun membentuk larutan yang sangat kental yang mengapung di atas permukaan isi lambung. Larutan kental ini diperkirakan sebagai pelindung penghalang bagi kerongkongan terhadap refluks isi lambung dan mengurangi frekuensi refluks TERAPI FARMAKOLOGI

17

18 2. Penekanan Asam dengan Antagonis Reseptor H 2 (simetidin, famotidin, nizatidin, dan ranitidin) Terapi penekanan asam adalah pengobatan utama GERD. Antagonis reseptor H 2 dalam dosis terbagi efektif dalam mengobati pasien GERD ringan hingga sedang.

19 3. Proton Pump Inhibitor (PPI) (esomeprazol, lansoprazol, omeprazol, pantoprazol, dan rabeprazol) PPI lebih unggul daripada antagonis reseptor H 2 dalam mengobati pasien GERD sedang sampai parah PPI memblok sekresi asam lambung dengan menghambat H + /K + -triphosphatase adenosin lambung dalam sel parietal lambung. Ini menghasilkan efek antisekretori yang mendalam dan tahan lama yang mampu mempertahankan pH lambung di atas 4, bahkan selama lonjakan asam setelah makan

20 4. Agen Promotilitas Khasiat dari agen prokinetik cisaprid, metoklopramid, dan bethanechol telah dievaluasi dalam pengobatan GERD. Cisapride memiliki khasiat yang sebanding dengan antagonis reseptor H 2 dalam mengobati pasien esofagitis ringan, tetapi cisaprid tidak lagi tersedia untuk penggunaan rutin karena efek aritmia yang mengancam jiwa bila dikombinasikan dengan obat-obatan tertentu dan penyakit lainnya.

21 Metoklopramid, antagonis dopamin, meningkatkan tekanan LES, dan mempercepat pengosongan lambung pada pasien GERD. Tidak seperti cisapride, metoklopramid tidak memperbaiki bersihan esofagus. Metoklopramid dapat meredakan gejala GERD tetapi belum ada data substantial yang menyatakan bahwa obat ini dapat memperbaiki kerusakan esofagus

22 5. Protektan Mukosa Sucralfat, garam aluminium dari sukrosa oktasulfat yang tidak terserap, mempunyai manfaat terbatas pada terapi GERD. Obat ini mempunyai laju pengobatan yang sama seperti antagonis reseptor H 2 pada pasien esofagitis ringan tapi kurang efektif dari pada antagonis reseptor H 2 dosis tinggi pada pasien dengan esofagitis refrakter. Berdasarkan data yang ada, sukralfat tidak direkomendasikan untuk terapi

23

24 PERANAN APOTEKER 1. Mengetahui faktor gaya hidup pasien sehingga dapat mengatasi GERD 2. Mengetahui obat pasien yang tepat untuk terapi dan dihindarinya 3. Berikan edukasi yang tepat terkait obat 4. Tetapkan harapan yang realistis bagi pasien, menjelaskan bagaimana terapi bekerja, dan menyarankan perubahan gaya hidup.

25 TERIMA KASIH


Download ppt "FARMAKOTERAPI 1 GERD (Gastroesophageal reflux disease ) CAHYA PURWANINGSIH : TASKIA YULIA PUTRI: SHAFIRA MELSONIA: MELATI RISMAN:"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google