Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KONFERENSI ASIA-AFRIKA Cahya Muhammad Thonthowi Qoriroh Nailur Raniah Martin Tetamki

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KONFERENSI ASIA-AFRIKA Cahya Muhammad Thonthowi Qoriroh Nailur Raniah Martin Tetamki"— Transcript presentasi:

1 KONFERENSI ASIA-AFRIKA Cahya Muhammad Thonthowi160210302075 Qoriroh Nailur Raniah160210302077 Martin Tetamki160210302096

2 POKOK PEMBAHASAN Latar Belakang Konferensi Asia-Afrika Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika Hasil-hasil Konferensi Asia Afrika

3 LATAR BELAKANG KONFERENSI ASIA-AFRIKA Adanya ketegangan politik yang disebabkan oleh munculnya dua kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat dengan blok barat dan Uni Soviet dengan blok timur. Adanya kesadaran negara-negara yang masih terjajah untuk mendapatkan kemerdekaanya, seperti Yaman, Tunisia dan Maroko. Organisasi Perserikatan Bangsa- bangsa (PBB) yang tidak mampu menyelesaikan masalah sengketa antar negara.

4 PELAKSANAAN KONFERENSI ASIA-AFRIKA

5 Konferensi Sebelum Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika Sebelum pelaksanan Konferensi Asia Afrika, terlebih dahulu terjadi pertemuan beberapa dari Asia dan Afrika, yang terjadi di Colombo (Srilanka) tanggal 28 April-2 Mei 1954, yang dikenal dengan Konferensi Colombo. Lalu kedua kalinya pertemuan terjadi di Bogor yang dikenal dengan Konferensi Bogor yang terjadi tanggal 28-31 Desember 1954. Konferensi Colombo Konferensi Bogor

6 KONFERENSI COLOMBO Pertemuan ini terjadi di Gedung Senat, Colombo pada tanggal 28 April-2 Mei 1954. Pertemuan ini dihadiri oleh PM Indonesia Ali Sastroamidjojo, PM Srilanka Sir John Kotelawala, PM Burma U Nu, PM India Jawaharlal Nehru, dan PM Pakistan Mohammed Ali. Pertemuan ini diselenggarakan karena dorongan rasa kekhawatiran dan keprihatinan mengenai situasi peperangan di Indocina, agresi militer komunis di Asia yang semakin meningkat, dan senjata nuklir di dunia yang semakin berkembang Pada sidang keenam tanggal 30 April 1954 PM Indonesia Ali Sastroamidjojo mengusulkan untuk menyelenggarakan Konferensi yang melibatkan negara-negara di kawasan Asia dan Afrika

7 KONFERENSI BOGOR Konferensi Bogor terjadi tanggal 28-30 Desember dilaksanakan di Istana Bogor yang dihadiri oleh para perdana menteri seperti pada Konferensi Colombo sebelumnya. Tujuan diadakan konferensi ini membicarakan persiapan-persiapan terakhir tentang Konferensi Asia-Afrika. Konferensi ini dibuka dengan sidang pertama 28 Desember 1954 pada sore hari yang dibuka dengan pidato Ali Sastroamidjojo yang menyatakan bahwa setelah diadakanya Konferensi Kolombo situasi internasional semakin reda, tetapi masih ada ketegangan hubunngan antara Amerika Serikat dan RRC. Konferensi ini membahas tentang tujuan konferensi, sponsor konferensi, waktu pelaksanaan konferensi, tingkat delegasi yang diminta hadir, agenda konferensi dan negara-negara yang diundang. Konferensi ini juga memutuskan membentuk Joint Secretariat yang terdiri dari para wakil negara sponsor dan ditunjuk Roeslan Abdulghani sebagai kepala sekretariat dan konferensi akan dilaksanakan di Bandung. Konferensi ini membahas tentang tujuan konferensi, sponsor konferensi, waktu pelaksanaan konferensi, tingkat delegasi yang diminta hadir, agenda konferensi dan negara-negara yang diundang. Konferensi ini juga memutuskan membentuk Joint Secretariat yang terdiri dari para wakil negara sponsor dan ditunjuk Roeslan Abdulghani sebagai kepala sekretariat dan konferensi akan dilaksanakan di Bandung.

8 Panitia Persiapan Konferensi Asia Afrika Joint Secretariat berpusat di Jakarta, yang terdiri dari: 1.Roeslan Abdulghani sebagai ketua, dan dibantu oleh 2.B.F.H.B Tyabji duta besar dari India, 3.Duta Besar Pakistan Choudri Khaliquzzaman 4.Minister Councelar M.Sravanamuttu dari Srilanka 5.Kuasa Usaha Mya Sein dari Burma. Setelah Konferensi Bogor ditutup 30 Desember 1954, Roeslan Abdulghani mengundang staf departemen luar negeri dan para wakil kedutaan besar negara sponsor untuk menghadiri rapat di kantor departemen luar negeri di Pejambon, Jakarta.

9 Panitia Persiapan Konferensi Asia Afrika Pada tanggal 11 Januari 1955, pemerintah Indonesia membentuk panitia interdepartemental yang dipimpin oleh anggota Joint Secretariat dan penasehat dari berbagai departement untuk membantu persiapan konferensi. Di Bandung, dibentuk panitia lokal pada tanggal 3 Januari 1995 yang diketuai oleh Sanusi Hardjadinata selaku gubernur Jawa Barat, yang bertugas untuk mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan akomodasi, logistik, transportasi, kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, informasi, dan sebagainya Pada 15 January 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirim kepada 25 kepala negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika. satu negara menolak yaitu Federasi Afrika Tengah yang pada saat itu daerahnya masih berada dalam kekuasan orang-orang bekas penjajah atau orang-orang Perancis. Jadi negara-negara yang hadir dalam Konferensi Asia Afrika berjumlah 24 negara peserta dan 5 negara sponsor.

10 KONFERENSI ASIA-AFRIKA (1955) Sehari sebelum pelaksanaan KAA, tanggal 17 April 1955 diadakan pertemuan informal antara PM Indonesia Ali Sastradmidjojo dengan para delegasi yang telah sampai untuk membahas prosedur dan agenda konferensi yang bertujuan agar konferensi dapat berjalan dengan lancar dan baik. Pertemuan informal ini menghasilkan beberapa rekomendasi, yaitu: 1.Ketua Konferensi adalah Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroadmidjojo 2.Aturan prosedur konferensi akan diatur sesederhana mungkin. 3.Keputusan akan diambil berdasarkan kesepakatan bersama dari semua peserta saja dan tidak akan didasarkan pada suara terbanyak. 4.Joint Secretariat akan bertindak sebagai Sekretariat Konferensi. 5.Lima pokok bahasan yang akan didiskusikan

11 KONFERENSI ASIA-AFRIKA (1955) 18 April 1955 pukul 09.00 WIB, Presiden Soekarno membuka konferensi bertindak sebagai keynote speaker dengan pidatonya yang berjudul “Let a New asia and New africa be Born”. Dalam pidato pembukaanya, Presiden Soekarno menyatakan bahwa negara-negara yang hadir dalam konferensi merupakan negara-negara yang berbeda politik, struktur sosial, dan kebudayaan, tetapi negara-negara tersebut dapat terikat menjadi satu dikarenakan pengalaman buruk yang disebabkan oleh kolonialisme. Soekarno juga menyatakan bahwa kolonialisme belum sepenuhnya mati, karena bentuknya masih ingin menguasai daerah jajahanya dalam bidang ekonomi, politik, maupun kebudayaan. Oleh karena itu Soekarno mengajak bangsa- bangsa Asia Afrika membentuk front antikolonialisme, dan ditegaskan pula bahwa konferensi ini bukan untuk mendirikan blok baru untuk menentang blok-blok yang sudah ada, melainkan konferensi ini dilaksanakan untuk menyumbangkan pikiran dan daya upaya untuk menemukan jalan keluar bagi dunia yang dalam pertentangan perang dingin.(Dahana, 2012:396).

12 KONFERENSI ASIA-AFRIKA (1955) Selanjutnya sidang dibuka oleh ketua konferensi Perdana Menteri Ali Sastroadmidjojo, dalam pidatonya menyampaikan garis besar permasalahan yang dijadikan agenda konferensi, yang menjadi agenda penting dalam konferensi adalah meninjau kedudukan Asia Afrika dan bangsa-bangsa di dunia, serta sumbangan yang diberikan konferensi dalam kerjasama dan perdamaian dunia. Sidang tanggal 23 April 1955 dibentuk panitia ad hoc yang bertugas menampung dan merumuskan semua usul dan pendapat yang diajukan. Panitia ad hoc diketuai oleh delegasi Mesir Gamal Abdul Nasser Sore hari, tanggal 24 April 1955, rumusan, oleh panitia ad hoc disampaikan oleh Pangeran wan Waithayakon (ketua delegasi Muang Thai) kepada panitia politik. Rumusan panitia ad hoc dinamakan final communique (pernyataan terakhir) Konferensi Asia Afrika. Rumusan akhir yang diterima oleh semua delegasi dan disetujui yaitu pernyataan bahwa kolonialisme dalam segala manifestasinya adalah suatu kejahatan yang harus segera dihapuskan.

13 KONFERENSI ASIA-AFRIKA (1955) Bagian yang terpenting dari pernyataan terakhir adalah dihasilkan 10 pasal yang menjadi dasar untuk memajukan perdamaian dan kerjasama di dunia, yang kemudian dikenal dengan nama Dasasila Bandung. Sepuluh pasal hasil dari Konferensi Asia Afrika merupakan asas-asas yang termuat dalam piagam PBB, yaitu (Widjaja, 1986:26): 1.Menghormati hak-hak asasi manusia, tujuan-tujuan, dan asas-asas yang termuat dalam piagam PBB. 2.Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara. 3.Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa, baik besar maupun kecil. 4.Tidak melakukan campur tangan dalam urusan-urusan dalam negeri dari negara lain. 5.Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan diri, baik sendirian maupun bersama-msma sesuai dengan piagam PBB. 6.(a) Tidak mempengaruhi peraturan dari pertahanan diri, baik sendirian, maupun bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar; (b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain. 7.Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman 8.Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai 9.Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama secara timbal balik. 10.Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

14 Hasil-hasil Konferensi Asia-Afrika Kerjasama Ekonomi Kerjasama Kebudayaan Hak-hak Asasi Manusia Soal Bangsa- bangsa yang belum merdeka Mengusahakan Perdamaian Dunia dan Kerjasama Dunia Soal lain-lain

15 DANKIE (TERIMAKASIH)


Download ppt "KONFERENSI ASIA-AFRIKA Cahya Muhammad Thonthowi Qoriroh Nailur Raniah Martin Tetamki"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google