Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI. Deskripsi Singkat Pelayanan kesehatan belum sepenuhnya menerapkan Kewaspadaan Standar dengan baik, sehingga risiko.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI. Deskripsi Singkat Pelayanan kesehatan belum sepenuhnya menerapkan Kewaspadaan Standar dengan baik, sehingga risiko."— Transcript presentasi:

1 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

2 Deskripsi Singkat Pelayanan kesehatan belum sepenuhnya menerapkan Kewaspadaan Standar dengan baik, sehingga risiko penularan melalui tindakan pada pelayanan kesehatan perlu diwaspadai Permenkes 82 tahun 2014: Penanggulangan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antar daerah maupun antar negara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/wabah Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi masyarakat dan upaya lain sesuai dengan ancaman Penyakit Menular, sedangkan Upaya pengendalian dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan.

3 Tujuan Pembelajaran Peserta mampu menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat bekerja

4 Pokok Bahasan 1.Kewaspadaan standar 2.Tatalaksana Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) 3.Penyelenggaraan jenazah pasien

5 Pokok Bahasan 1 KEWASPADAAN STANDAR

6 Pengendalian Definisi: Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang memerlukan penerapan prosedur dan protokol. Pengendalian administratif. Meliputi penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan kesehatan. Pengendalian administratif dan kebijakan – kebijakan yang meliputi pembentukan infrastruktur dan kegiatan PPI yang berkesinambungan dan membangun pengetahuan petugas kesehatan. Bukti terlaksananya pengendalian ini adalah ketersediaan SPO dan Tim PPI Pengendalian dan rekayasa lingkungan. Tujuannya untuk menurunkan risiko penularan didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang memadai. Alat Perlindungan Diri (APD). Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene sanitasi tangan yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi.

7 Kewaspadaan Standar Salah satu dari upaya pengendalian infeksi di rumah sakit Upaya pencegahan dasar atau standar – Pada semua kondisi Untuk mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh Melindungi Petugas Sarana Kesehatan dan Pasien terhadap penularan penyakit.

8 Kewaspadaan Standar 1.Kebersihan Tangan 2.Alat Pelindung Diri (APD) 3.Etika Batuk/ Kebersihan Pernafasan 4.Penempatan Pasien 5.Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai 6.Pengelolaan Lingkungan 7.Pengelolaan Linen 8.Praktik Penyuntikan yang Aman 9.Praktik Pencegahan Infeksi untuk Prosedur Punksi Lumbal 10.Perlindungan dan Kesehatan Karyawan

9 1. Kebersihan Tangan Kebersihan tangan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh, atau diduga terpajan organisme berspora, atau setelah menggunakan toilet, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan air mengalir. Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik berbasis alkohol.

10 SIAPA YANG WAJIB CUCI TANGAN ?  Dokter  Perawat  Petugas kes.lain  Pasien & Keluarga  Pengunjung RS

11 Indikasi Kebersihan Tangan a.5 momen kebersihan tangan: b.Indikasi lainnya : 1). Segera: setelah tiba di tempat kerja 2). Sebelum: Menyediakan /mempersiapkan obat-obatan -Mempersiapkan makanan -Memberi makan pasien -Meninggalkan rumah sakit/puskesmas 3). Diantara: Prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang 4). Setelah : -Melepas sarung tangan -Melepas alat pelindung diri -Menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan

12 5 Momen Kebersihan Tangan

13 Sarana Kebersihan Tangan a.Air mengalir b.Sabun cair / sabun cair antiseptik: – Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme kecuali spora – Efektifitasnya – Efek residu setelah aplikasi – Tidak mengakibatkan iritasi kulit – Tidak menyebabkan alergi – Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang – Dapat diterima secara visual maupun estetik. c.Pengeringan tangan (handuk sekali pakai atau tisu) d.Tempat handuk bekas sekali pakai (dalam wadah tertutup dgn injakan kaki) e.Handrub Antiseptik (handrub berbasis alkohol)

14 Prosedur Standar Cuci Tangan a.Prosedur standar cuci tangan dengan air mengalir (40 s/d 60 detik) dan prosedur standar cuci tangan dengan menggunakan handrub berbasis alkohol (20 s/d 30 detik) b.6 langkah mencuci tangan : – Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut – Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian – Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih – Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan – Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian – Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan – kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.

15 Air Mengalir Sabun 20 - 30 detik Penggunaan Antiseptik dengan benar Lap tangan kering/ sekali pakai Cuci Tangan

16

17

18 Mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan lembab dan air yang tidak mengalir, maka:  Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang.  Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya, penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan.  Jangan menggunakan baskom yang berisi air. Meskipun memakai tambahan antiseptik, mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak dalam larutan ini (Rutala 1996)

19 Kuku jari tangan Kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3 mm melebihi ujung jari. Petugas tidak diperbolehkan: – Menggunakan cat kuku saat bertugas. – Memakai Kuku buatan (pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik, karena telah terbukti bahwa kuku buatan dapat berperan sebagai reservoir untuk bakteri Gram negatif. – Menggunakan perhiasan saat bertugas.

20 2. Alat Pelindung Diri Jenis APD: a.Pelindung Kepala, Mata, Hidung dan Mulut b. Sarung tangan c.Gaun Pelindung dan Apron d.Pelindung kaki

21 TOPI, PENUTUP KEPALA TOPI  Dipakai petugas untuk menutupi rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan atau saat melakukan tindakan lainnya. Topi harus cukup besar untuk menutupi semua rambut. Tujuan utama pemakaian topi adalah untuk melindungi dari semprotan dan cipratan darah dan cairan tubuh.

22 Pelindung Mulut, Hidung dan Mata Masker bedah dan pelindung mata (pelindung mata, kaca mata pelindung) atau pelindung wajah untuk melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut selama tindakan yang umumnya dapat menyebabkan terjadinya percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas berbicara, batuk atau bersin. Untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas diperlukan pelindung wajah (face shield, goggles). Pada fasilitas kesehatan yang memadai petugas dapat memakai respirator sebagai pencegahan saat merawat pasien multi drug resistance (MDR) atau extremely drug resistance (XDR) TB.

23 22/03/201923

24 Sarung Tangan Gunakan bila akan menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak utuh. Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya pada pasien yang sama setelah kontak dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius. Lepaskan setelah penggunaan, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum pindah ke pasien lain. Lakukan tindakan membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan. Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi silang (CDC 1987). Tujuan pemakaian sarung tangan : Melindungi tangan petugas dari transmisi mikroorganisme pasien dan mikroorganisme dari tangan petugas ke pasien. Disinfeksi tangan saja tidak cukup untuk menghalangi transmisi kontak bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, selaput mukosa dan kulit tidak utuh.

25 Indikasi Penggunaan Sarung Tangan Kontak dengan darah atau cairan tubuh lain, selaput mukosa atau kulit yang tidak utuh Melakukan prosedur medis yang invasif, misalnya menusuk pembuluh darah seperti memasang infus Menangani bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar. Sarung tangan tidak perlu digunakan pada saat mengambil tanda tanda vital, memandikan pasien, jika kulit pasien utuh

26 Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan:  Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai  Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek.  Tarik sarung tangan bedah ke atas manset gaun operasi untuk melindungi pergelangan tangan.  Gunakan pelembab untuk mencegah kulit tangan kering/berkerut  Jangan menggunakan lotion atau krim berbasis minyak  Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum  Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin Rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan  Jangan menggunakan sarung tangan pakai ulang

27  SARUNG TANGAN BEDAH  Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan  SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN  Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin  SARUNG TANGAN RUMAH TANGGA  Dipakai sewaktu memroses peralatan, menangani bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi JENIS SARUNG TANGAN

28

29 Gaun Pelindung dan Apron Gunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi. Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera mungkin dan bersihkan tangan.

30 GAUN BEDAH  Digunakan untuk melindungi pasien dari microorganinesme yang terdapat di abdomen dan lengan dari petugas kesehatan, selain itu untuk menahan cipratan darah dan cairan tubuh lainnya. GAUN PENUTUP (APRON)  Dipakai untuk menutupi baju rumah. Tujuan utama pemakaiannya adalah untuk melindungi pakaian petugas kesehatan, biasanya terdiri dari celana panjang dan baju.

31 Pelindung kaki Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cidera akibat benda tajam atau benda berat tercemar darah atau cairan tubuh yang mungkin jatuh secara tidak sengaja. Gunakan sepatu tertutup yang tahan tusukan dan kedap air. Tidak dibenarkan menggunakan sandal atau sepatu yang terbuka atau berlubang-lubang

32 Melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam, cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.

33 22/03/201933

34 Alat Pelindung Perlindungan Terhadap PasienPerlindungan Terhadap Petugas Kesehatan Sarung tangan Mencegah kontak mikroorganisme yang terdapat pada tangan petugas kesehatan kepada pasien Mencegah kontak tangan petugas kesehatan dengan darah dan cairan tubuh penderita lainnya, selaput lendir, kulit yang tidak utuh atau alat kesehatan/permukaan yang telah terkontaminasi Masker Mencegah droplet dari mulut dan hidung petugas kesehatan yang mengandung mikroorganisme dan terpercik saat bernafas, bicara atau batuk kepada pasien Mencegah membran mukosa petugas kesehatan (hidung dan mulut) kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh pasien Kacamata pelindung Mencegah membran mukosa petugas kesehatan (hidung dan mulut) kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh pasien Tutup kepala Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit kepala petugas ke daerah steril Jas dan apron Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan, tubuh dan pakaian petugas kesehatan ke pasien Mencegah kulit petugas kesehatan kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh pasien Sepatu pelindungSepatu yang bersih mengurangi kemungkinan terbawanya mikroorganisme dari ruangan lain atua luar ruangan Mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang terkontaminasi atau terjepit benda berat dan mencegah kontak dengan darah dan cairan tubuh.

35 3. Etika Batuk

36 Target : Pasien, keluarga, teman pasien dengan infeksi saluran nafas yang dapat ditransmisikan Edukasi pasien, keluarga dan pengunjung Beri gambar dengan Bahasa yang mudah difahami Menutup mulut / hidung dengan tissue saat batuk Cuci tangan setelah kontakdengan sekresi sal. Nafas Beri jarak > 3 langkah dengan pasien infeksi saluran nafas di ruang tunggu, bila perlu pakaikan masker.

37 4. Penempatan Pasien Pertimbangan pada saat penempatan pasien : Odha tanpa infeksi penyerta, maka kamar perawatannya tidak perlu dipisahkan, diperlakukan seperti perawatan pasien biasa Odha dengan infeksi penyerta seperti TB, sebaiknya kamar perawatannya tidak digabung dengan perawatan pasien TB murni Odha dengan infeksi penyerta seperti Diare, thypoid kamar perawatannya sama seperti perawatan pasien yang lain dengan penyakit Diare atau Thypoid. Bila sistim kamar terpisah tidak memungkinkan, dapat dilakukan sistim kohorting (penggabungan pasien dengan infeksi yang sama). Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melaksanakan kedua sistim, pasien terinfeksi digabung dengan non infeksi, tetapi pasien, petugas dan pengunjung menjaga kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi.

38 Rekomendasi Disain ruangan  Dibangun dengan memfasilitasi Kewaspadaan Standar  Alkohol handrubs 1 buah setiap 1 tempat tidur.  1 Wastafel tiap 2 TT pasien,  Jarak ideal antar tempat tidur 2,5 m ( Penelitian bila jarak diturunkan menjadi 1,9m maka peningkatan transfer MRSA 3,15 kali  sering dihubungkan dengan penempatan pasien yang padat)  Area pasien : Unit terbuka 12-16 m2 dan Unit tertutup 16-20 m2  Ada tanda khusus untuk Out Let O2, Udara tekan, Suction dan Listrik  SAVE

39 5. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien HIV tidak perlu perlakukan khusus, dilakukan seperti pengelolaan peralatan pasien lainnya. Misalnya peralatan makan, mesin hemodialisa, inkubator, ventilator, aparatus anatesi, instrumen bedah, mesin suction, dll kecuali bagian peralatan yang disposible atau habis pakai buang.

40 Klasifikasi peralatan perawatan pasien 1.Peralatan Kritikal 2.Peralatan Semi Kritikal 3.Peralatan Non Kritikal

41 Pengelolaan berdasarkan klasifikasi Klasifikasi Peralatan Tingkat risiko Jenis Penggunaan Alat Cara Pengelolaan Contoh Alat Peralatan Kritikal Risiko tinggi Alat yang masuk kedalam pembuluh darah atau jaringan steril Sterilisasi Instrumen Bedah, Kateter IV, Kateter jantung, kateter Urine Peralatan semi Kritikal Risiko sedang Alat yang masuk kedalam membran mukosa atau kulit yang tidak utuh Minimal dilakukan desinfeksi tingkat tinggi Peralatan Non Kritikal Risiko rendah Alat yang digunakan pada kulit utuh tanpa menembus Dibersihkan dan dikeringkan

42 Pemrosesan Alat Tujuan: untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Tatalaksana: Perendaman (precleaning) / dekontaminasi Pembersihan (cleaning) Disinfeksi Sterilisasi

43 Dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5% ► 10’ 22/03/201943

44 Pemilihan cara pemrosesan alat kesehatan Tingkat risikoJenis Penggunaan AlatCara Pengelolaan Risiko tinggi Alat yang masuk kedalam pembuluh darah atau jaringan steril Sterilisasi atau menggunakan alat steril sekali pakai Risiko sedang Alat yang masuk kedalam membran mukosa atau kulit yang tidak utuh Minimal dilakukan disinfeksi tingkat tinggi lebih baik dengan sterilisasi Risiko rendahAlat yang digunakan pada kulit utuh tanpa menembus Dibersihkan

45 Alur pemrosesan alat kesehatan bekas pakai PRECLEANING ( PERENDAMAN ) ENZYMATIK / DETERGEN 5 – 10 MENIT CLEANING (PEMBERSIHAN) DENGAN AIR + SIKAT TIRISKAN DAN KERINGKAN STERILISASI (PERALATAN KRITIS) Masuk pembuluh darah dan jaringan tubuh contoh : instrument bedah Sterilisasi Uap Sterilisasi Panas kering DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (PERALATAN SEMI KRITIS) Masuk dalam mukosa tubuh, contoh, endotrakheal tube, ngt. Perebusan, Larutan kimiawi DISINFEKSI TINGKAT RENDAH (PERALATAN NON KRITIS) Hanya pada permukaan tubuh yang utuh Contoh: tensimeter, termometer

46 Karakteristik disinfektan yang ideal 1.Berspektrum luas 2.Membunuh kuman secara cepat 3.Tidak dipengaruhi faktor lingkungan, yaitu tetap aktif dengan adanya zat organik seperti darah, sputum, feses, tidak rusak oleh sabun, deterjen, dan zat kimia lain yang mungkin digunakan bersama 4.Tidak toksis 5.Tidak korosif atau merusak bahan 6.Meninggalkan lapisan antimikrobial pada permukaan yang diproses 7.Mudah pemakaiannya 8.Tidak berbau 9.Ekonomis 10.Larut dalam air 11.Stabil dalam konsentrasi aktifnya 12.Mempunyai efek pembersih

47 Contoh disinfektan kimiawi Alkohol Klorin Formaldehid Glutaraldehid Hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) Yodofora. Asam Parasetat Fenol

48 Efek klorin dalam konsentrasi yang berbeda Mikroorganisme Konsentrasi efektif klorin Waktu  Mikoplasma dan bakteri vegetatif (< 5 ppm) 25 ppmBeberapa detik  Spora Bacillus subtilis  Agen mikotik 100 ppm5 menit 1 jam  S. aureus  Salmonella choleraesuis  Pseudomonas aeruginosa 100 ppm10 menit  Beberapa macam virus termasuk HIV, HBV. 200 ppm10 menit  Mycobacterium tuberculosis 1000 ppm??

49 Sediaan klorin berupa cairan pemutih rumah tangga mengandung natrium hipoklorit 5,25% atau 52.500 ppm klorin bebas, dengan pengenceran 1: 999 akan mendapatkan 50 ppm klorin bebas dan pengenceran 1: 9 akan menghasilkan 5000 ppm. Tahapan pembersihan percikan darah di permukaan meja kerja dan lantai: – Petugas menggunakan sarung tangan, (masker sesuai indikasi, misalnya tumpahan permukaan luas) – Tumpahan darah diserap dengan bahan yang menyerap (tisu, kain), kemudian dibuang dalam kantong infeksius yang berwarna kuning – Daerah permukaan tumpahan dituangkan cairan enzymatic/ cairan deterjen yang mengandung enzymatic selama 5-10 menit, kemudian diserap cairan tersebut sampai kering – Selanjutnya dituangkan klorin, 0,5% (pengeceran sesuai sediaan) selama 5-10’ kmd diserap dan dibersihkan kembali – Kemudian dituang dengan air bersih dan lap sampai kering

50 Sterilisasi Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan tujuan mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi dapat digunakan dengan suhu tinggi dan suhu rendah Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi Umur steril (shelf life) – selama alat masih terbungkus, semua alat steril dianggap tetap steril. Beberapa faktor yang mempengaruhi umur steril, antara lain jenis material yang digunakan untuk membungkus (packing), jumlah petugas yang menangani bungkusan, kebersihan, kelembaban dan suhu tempat penyimpanan, apakah bungkusan dibiarkan terbuka atau tertutup, dan apakah bungkusan tahan debu (contoh : sealed plastic bag).

51 6. Pengendalian Lingkungan Tujuan Pengendalian lingkungan – Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah – Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman – Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

52 Pengendalian lingkungan meliputi: Udara Air Permukaan lingkungan Laundry dan pengelolaan linen ( sprei, selimut, sarung bantal) Binatang Pengelolaan sampah

53 Limbah Fasyankes 1)Limbah non infeksius, yaitu limbah yang tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai risiko rendah. 2)Limbah infeksius, yaitu bagian dari sampah RS/fasyankes yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien dan dikategorikan sebagai limbah berisiko tinggi dan bersifat menularkan penyakit. Limbah infeksius dapat berupa: – Limbah klinis – Limbah laboratorium 3)Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat beracun. Limbah jenis ini meliputi produk pembersih, disinfektan, obat-obatan sitotoksik dan senyawa radio aktif. Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi penanganan limbah cair dan limbah padat (sampah). Adapun teknik penanganan sampah meliputi pemisahan, penanganan, penampungan sementara dan pembuangan

54 Pemilahan Limbah

55 Wadah Pemilahan Limbah = Bahan Infeksius = Bahan Beracun = Bahan Non medis

56 Pengelolaan Alat/Benda Tajam Pisau bedah, jarum suntik, pecahan kaca, dsb Segera singkirkan ke dalam wadah tahan tusukan oleh pemakai Wadah limbah tajam di tempat strategis, anti tumpah Dilarang menyerahkan alat tajam secara langsung 5622/03/2019

57 Penanganan Sampah Wadah tidak boleh penuh atau luber. Bila isi sudah mencapai ¾ volume wadahnya maka segera dibawa ke tempat pembuangan akhir Wadah berupa kantung plastik dapat diikat rapat pada saat pengangkutan, dan akan dibuang berikut wadahnya. Pengumpulan sampah dari ruang perawatan atau pengobatan harus tetap pada wadahnya dan jangan dituangkan pada gerobak (kereta sampah) yang terbuka. Petugas yang menangani harus selalu menggunakan sarung tangan dan sepatu, serta harus mencuci tangan dengan sabun setiap selesai mengambil sampah.

58 Penampungan Sementara Ditempatkan pada daerah yang mudah dijangkau petugas, pasien dan pengunjung Harus bertutup dan kedap air serta tidak mudah bocor agar terhindar dari jangkauan serangga, tikus dan binatang lainnya Hanya besifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari

59 Wadah Limbah Padat Selalu gunakan sarung tangan rumah tangga dan sepatu yang tertutup dan tahan kedap air pada saat menangani dan membawa limbah infeksius Gunakan wadah yang mudah dicuci, tidak mudah bocor, wadah dapat dari jenis plastik atau yang paling baik, logam galvanis sebab tidak mudah bocor dan korosif. Dilengkapi dengan tutup, lebih baik jika tersedia wadah yang dilengkapi dengan pedal pembuka. Tempatkan wadah limbah padat di tempat yang sesuai (gampang dijangkau, tahan tusuk dan tahan air) Kosongkan wadah setiap hari atau saat ¾ bagiannya sudah penuh dan jangan memungut limbah infeksius tanpa menggunakan sarung tangan Cucilah wadah limbah medis dengan larutan desinfektan dan bilas dengan air setiap hari atau lebih sering bila kelihatan kotoran/kontaminan setelah dipakai Cucilah sarung tangan dan tangan setelah melakukan penanganan limbah medis

60 Wadah Penampung Limbah Benda Tajam Tahan bocor dan tahan tusukan Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan Ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah Ditangani bersama limbah medis

61 Wadah Limbah Laboratorium

62 Wadah Tahan Tusuk

63 Wadah Limbah

64 Pembuangan Limbah Cair Sistem penyaluran harus tertutup. Kemiringan saluran 2 0 -4 0 untuk menjaga endapan dalam saluran Belokan (elbow) saluran harus lebih besar dari 90 0 Bangunan penampung (septic tank) harus kedap air, kuat, dilengkapi dengan mainhole dan lubang hawa (ventilasi). Penempatan lokasi harus mempertimbangkan keadaan muka air tanah dan jarak dari sumber air.

65 7. Pengelolaan Linen Pengelolaan linen pasien HIV tidak dibedakan dengan pengelolaan linen pasien lainnya. Pemisahan linen hanya dilakukan jika terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Penanganan linen kotor terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus dipisahkan dengan yang tidak terkontaminasi sejak dari ruang perawatan.

66  Pisahkan Ruangan untuk linen bersih dgn linen kotor  Pisahkan linen kotor infeksius dan non infeksius  Semua linen infeksius dimasukkan kedalam kantong plastik kuning, diikat dan beri label infeksius (bila diperlukan)  Tidak menghitung linen kotor di area perawatan  Menggunakan alat pelindung diri sesuai indikasi  Tidak melakukan dekontaminasi di Ruangan  Mencuci tangan setelah tindakan selesai. LINEN

67 TIDAK MELETAKKAN LINEN DI LANTAI

68 LINEN DILIPAT/DIGULUNG SEPERTI INI

69 8. Praktik Penyuntikan yang Aman

70 70 Praktek menyuntik aman Cegah KLB akibat  Pemakaian ulang jarum steril untuk peralatan suntik IV beberapa pasien  Jarum pakai ulang obat/cairan multidose

71 Jangan menutupkan alat suntik ↓ tutup jarum suntik dengan satu tangan

72 9. Pencegahan Infeksi untuk Prosedur LP Penerapan tehnik aseptic termasuk pemakaian APD Pemilihan tempat pemasangan / insersi Pemilihan jenis bahan kateter / kanul

73 73 Pencegahan infeksi prosedur LP  Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal pungsi,anaestesi spinal /epidural/pasang kateter vena sentral  Cegah droplet flora orofaring, karena dapat menimbulkan meningitis bakterial

74 10. Perlindungan dan Kesehatan Karyawan Pemeriksaan Kesehatan Berkala Vaksinasi Hepatitis B bagi karyawan dengan resiko tinggi Penyediaan Sarana Kewaspadaan Standar & Isolasi Penanganan pasca pajanan yang memadai Penyediaan fasilitas konseling bagi karyawan yang terpajan saat melakukan tindakan

75 75 Kesehatan petugas  Vaksinasi  MCU teratur terutama petugas yg menangani kasus dengan penularan melalui airborne  Penanganan paska pajanan yang memadai (ada alur pajanan, sebelum 4 jam sudah ditentukan penata laksanaan)  petugas yang dihubungi ? Pem Lab,laporan ke ?   Adanya SPO ----KTD ?  Konseling petugas yang sakit,berapa lama diliburkan ? Batasi kontak langsung dengan pasien

76 Kesimpulan Kewaspadaan Standar mencegah penularan baik bagi petugas maupun pasien dan keluarga Kewaspadaan Standar bukan hanya dilakukan untuk HIV Kewaspadaan Standar berhasil bila dilakukan oleh beberapa pihak yaitu pimpinan, tenaga kesehatan, pasien, keluarga dan masyarakat. 22/03/201976

77 TERIMA KASIH

78 Pokok Bahasan 2 TATALAKSANA PASCA PAJANAN

79 Tujuan Tatalaksana Pajanan Tujuan tatalaksana pajanan adalah untuk mengurangi waktu kontak dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan sumber pajanan dan untuk membersihkan dan melakukan dekontaminasi tempat pajanan.

80 Upaya menurunkan risiko terpajan patogen melalui darah  Menggunakan APD sesuai indikasi  Menggunakan peralatan dengan aman  Membuang limbah pada wadah yang tepat  Edukasi petugas tentang praktek aman menggunakan jarum, benda tajam

81 TATALAKSANA PAJANAN BAHAN INFEKSIUS DI TEMPAT KERJA Langkah 1: Cuci – Tindakan darurat pada bagian terpajan – Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu atasan langsung dan Komite PPI atau K3. – Memulai PPP sebaiknya secepatnya (< 4 jam) dan tidak lebih dari 72 jam. Jangan Panik ! Tapi selesaikan dalam waktu < 4 jam

82 TATALAKSANA PAJANAN Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan sabun/cairan antiseptik sampai bersih Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci dengan sabun dan air mengalir Bila darah/cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa kali Bila terpecik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi), dengan posisi kepala miring ke arah mata yang terpercik. Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air. Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut

83 Langkah 2 : Telaah Pajanan  Sumber Pajanan  Bahan Pajanan  Status Infeksi  Kerentanan

84 Pajanan Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi adalah: – Perlukaan kulit – Pajanan pada selaput mukosa – Pajanan melalui kulit yang luka Bahan Pajanan Bahan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah: – Darah – Cairan bercampur darah yang kasat mata – Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, c. sinovia, c. pleura, c peritoneal, c. perikardial, c. amnion – Virus yang terkonsentrasi

85 Status Infeksi Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui), dilakukan pemeriksaan: – HbsAg untuk Hepatitis B – Anti HCV untuk Hepatitis C – Anti HIV untuk HIV – Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya faktor risiko yang tinggi atas ketiga infeksi di atas Kerentanan Tentukan kerentanan orang yang terpajan – Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B – Status serologi terhadap HBV (titer Anti HBs) bila pernah mendapatkan vaksin. – Pemeriksaan Anti HCV (untuk hepatitis C) – Anti HIV (untuk infeksi HIV)

86 Langkah 3 : Tatalaksana Klinis PPP HIV 1.Menetapkan kriteria yang dapat menerima PPP HIV 2.Memberikan informasi singkat mengenai HIV untuk mendapatkan persetujuan (informed consent) 3.Memastikan bahwa korban tidak menderita infeksi HIV dengan melakukan tes HIV terlebih dahulu. 4.Pemberian obat-obat untuk PPP HIV 5.Melaksanakan evaluasi laboratorium 6.Menjamin pencatatan 7.Memberikan follow-up dan dukungan

87 1. Kriteria yang dapat menerima PPP HIV Waktu terpajan (secepat mungkin) Status HIV orang terpajan Jenis dan risiko pajanan (mukosa dan kulit tidak utuh) Status HIV sumber pajanan

88 2. Informasi singkat mengenai HIV Pentingnya adherence Kemungkinan efek samping Nasehat tentang risiko penularan Menurunkan risiko penularan (kondom) Dukungan emosional Persetujuan tes HIV secara verbal, kecuali bagi yang menolak untuk dites.

89 3. Pastikan korban tidak menderita infeksi HIV Tes antibodi HIV

90 4. Pemberian obat-obat untuk PPP Orang yang terpajanPaduan ARV Remaja dan dewasa PilihanTDF + 3TC (FTC) + LPV/r Alternatif TDF + 3TC (FTC) + EFV AZT + 3TC + LPV/r Anak (< 10 tahun) PilihanAZT + 3TC + LPV/r AlternatifTDF + 3TC (FTC) + LPV/r Dapat menggunakan EFV/NVP untuk NNRTI Paduan Obat ARV

91 Dosis obat ARV Nama obat ARVDosis Tenofovir (TDF)300mg sekali sehari Lamivudin (3TC) 150 dua kali sehari atau 300mg sekali sehari Emtricitabin (FTC)200mg sekali sehari Zidovudin (AZT)300mg dua kali sehari Lopinavir/ritonavir (LPV/r)200mg/50mg dua kali sehari

92 Perhatikan – Adherence terhadap pengobatan – Efek samping yang mungkin terjadi (kalau perlu berikan pengobatan simtomatis) – Lama pemberian obat untuk PPP HIV: 28 hari – Strategi pemberian obat – Ketersediaan obat – Keahlian (kompetensi) yang diperlukan untuk meresepkan obat untuk PPP – Obat-obat lain

93 Strategi pemberian obat Dosis awal Paket awal Penambahan dosis Dosis penuh 28 hari Anjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis: AZT: 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300mg 3TC: 2 kali sehari @ 150mg Effavirenz 1 kali sehari 600mg

94 5. Evaluasi Laboratorium Tes HIV Pemeriksaan lab lain

95 6. Penjaminan Pencatatan

96 7. Follow-up dan Dukungan Follow-up Klinis Follow-up tes HIV Follow-up Konseling

97 Follow-up Klinis Amati tanda-tanda yang menunjukkan serokonversi HIV (50-70%) dalam waktu 3 sampai 6 minggu – Demam akut, – Lymphadenopathy yang tersebar, – Erupsi kulit – Faringitis, – Gejala-gejala flu non-specific, – Ulkus mulut atau area genital.

98 Follow-up tes HIV Lakukan 3 bulan setelah pemeriksaan awal terpajan.

99 Follow-up Konseling Konseling prates untuk petugas kesehatan yang terpajan Beri konseling untuk tidak menjadi donor darah, harus berperilaku seksual dan suntikan yang aman sampai hasil diketahui Konseling pasca tes dan berikan hasil tes awal secepat mungkin kepada terpajan

100 Follow-up Konseling Risiko transmisi HIV setelah Pajanan Darah = 0.3% jika sumber pasien adalah HIV positif Risiko transmisi sesuai dengan jenis kecelakaan PPP tergantung pada kegawatan pajanan dan status HIV dari sumber ( pasien ) PPP tidak 100% efektif Kepatuhan minum ARV, efek samping ARV Hindari hubungan seks yang tak terlindungi sampai konfirmasi setelah 3 bulan Keputusan PPP harus ditangan terpajan Tandatangani formulir penolakan jika petugas kesehatan menolak PPP.

101 PPP untuk HEPATITIS B Vaksinasi dan respon antibodi dari Petugas Kesehatan ± Pengobatan untuk sumber pajanan yang menunjukkan HBsAg  positifHBsAg negatif Sumber yang tidak diketahui atau tidak tersedia sarana pemeriksaan Belum divaksinasi 1 dosis HBIG a dan mulai seri vaksinasi hepatitis B Beri seri vaksinasi hepatitis B Pernah divaksinasi Diketahui sbg responder b (HBsAg + ) Tidak perlu pengobatan Diketahui sbg non-responder (HBsAg - )b 1 dosis HBIG dan ulangan seri vaksinasi hepatitis B 2 dosis HBIG dengan interval 1 bln c Tidak perlu pengobatan Bila diketahui bahwa sumber pajanan berisiko tinggi, obati seperti pada HBsAg positif Tidak diketahui status respon antibodinya Periksa Anti-HBs d terpajan 1.bila cukup tidak perlu pengobatan 2.bila tidak cukup, beri 1 dosis HBIG dan vaksin boster Tidak perlu pengobatan Periksa Anti-HBs terpajan 1.bila cukup tidak perlu pengobatan 2.bila tidak cukup, beri 1 dosis HBIG dan vaksin boster

102 Keterangan: ± Orang yang sebelumnya pernah mendapat infeksi Hepatitis B telah memiliki kekebalan terhadap Hep B, dan tidak perlu mendapatkan profilaksis pasca pajanan (PPP)  Hepatitis B surface antigen ¥ Dosis immune globulin Hepatitis B: 0,05 ml/Kg intramuskuler. $ Seorang “responder” adalah orang yang memiliki kadar antibodi Hepatitis B yang cukup di dalam serum (yaitu anti HBs > 10 mU/ ml); sedang non-responder adalah seorang yang memberikan respon kurang pada pemberian vaksinasi (kadar antibodi terhadap HBsAg nya <10 mU/ ml § Untuk para non-responder lebih baik diberi HBIG dan vaksinasi ulang secara serial bila mereka belum sempat menyelesaikan dosis ke 3 vaksinasinya. Bagi mereka yang telah mendapatkan vaksinasi ke dua secara lengkap dan tidak memberi respon, perlu diberi 2 dosis HBIG. Dosis pertama diberikan saat pajanan dan dosis kedua pada 1 bulan kemudian £ Antibodi terhadap HBsAg

103 Langkah Dasar Tatalaksana Klinis PPP HIV Pada Kasus Pemerkosaan Menenangkan dan memberikan bantuan psikologis pada korban Melakukan pemeriksaan visum untuk laporan kepada kepolisian Melakukan tes kehamilan Pemeriksaan IMS termasuk sifilis jika memungkinkan Memberikan obat IMS setidaknya untuk GO, Chlamidia dan sifilis Memberikan obat pencegah kehamilan dengan obat after morning pill Memberikan ARV untuk PPP HIV

104 Pokok Bahasan 3 PENYELENGGARAAN JENAZAH

105 Penyelenggaraan jenazah pasien dengan HIV AIDS dikelola dengan menerapkan kewaspadaan standar. Setiap petugas kesehatan, perawat, petugas kebersihan dan petugas penyelenggaraan jenazah harus memahami tentang penularan HIV dan cara pencegahan dan pengendalian infeksi sebelum menangani jenazah. Petugas kesehatan juga harus mampu memberikan edukasi yang benar tentang penularan dan cara pencegahan infeksi HIV kepada keluarga

106 Hal-hal yg harus diperhatikan Setiap percikan/tumpahan darah/cairan tubuh di permukaan lingkungan segera dibersihkan sesuai prosedur. Alat yang akan digunakan kembali harus diproses sesuai prosedur pengelolaan alat bekas pakai. Segera cuci kulit dan permukaan tubuh lain yang terpapar darah / cairan tubuh dengan air mengalir sesuai prosedur Jika pasien meninggal dirumah dan keluarga tidak mau memandikan pasien di rumah, dapat dirujuk ke rumah sakit yang menangani dengan pembiayaan ditanggung keluarga. Jika pasien meninggal di rumah dan keluarga mau memandikan pasien sendiri, semua langkah-langkah memandikan harus mengikuti standar prosedur operasional penyelenggaraan jenazah, semua limbah dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibakar.

107 Perawatan Jenazah di Ruang Rawat

108 Persiapan Alat dan Bahan Sarung tangan bersih Gaun pelindung Masker bedah Kaca mata pelindung mata Kain bersih penutup jenazah Klem dan gunting Plester kedap air Kapas atau kasa absorben Wadah barang berharga Tempat sampah infeksius Brankar jenazah

109 Prosedur Cuci tangan sesuai prosedur Gunakan Alat Pelindung diri (APD) : Gaun pelindung, sarung tangan, masker dan pelindung mata bila ada kemungkinan terjadi percikan Lepaskan selang infus dan selang lainnya dari tubuh, bila perlu menggunakan klem dan gunting, buang ke tempat sampah infeksius Luka bekas jarum infus ditutup dengan plester kedap air Lepaskan pakaian kotor, dan tempatkan dalam wadah untuk linen/pakaian kotor Lepaskan kasa penutup luka, dan buang sampah infeksius bersama benda terkontaminasi lainnya di tempat sampah infeksius Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutupi telinga dan mulut dengan kapas dan kasa Tutup perineum dengan kasa absorben, rekatkan dengan plester kedap air Atur posisi jenazah sesuai agama dan kepercayaan tangan di sisi atau di dada. Letakkan handuk kecil di bawah kepala untuk menampung rembesan darah Tutup jenazah dengan kain bersih. Pasang label pengenal pada pergelangan kaki atau ibu jari kaki jenazah (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor rekam medic) Lepas APD sesuai urutan. Cuci tangan sesuai prosedur.

110 Penyelenggaran Jenazah di Kamar Jenazah

111 Persiapan Alat dan Bahan  Alat pelindung Diri : a.Sarung tangan rumah tangga sampai siku b.Sepatu bot sampai lutut c.Masker Bedah d.Kacamata pelindung e.Gaun/celemek kedap air/ Apron  Tempat mandi jenazah  Waslap  Handuk  air dan sabun  Plester kedap air  Kapas  Kassa absorben  Sisir atau sikat  Pewangi  Brankar jenazah  Kain kafan/pembungkus lain

112 Prosedur Cuci tangan sesuai prosedur Gunakan APD Mandikan Jenazah sesuai prosedur Tutup kelopak mata. telinga dan mulut dengan kapas dan kasa, kemudian tutup dengan plester kedap air yang transparan Tutup perineum dengan kassa absorben dan rekatkan dengan plester kedap air Letakan handuk kecil di bawah kepala untuk menampung rembesan darah Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan kepercayaan/ agamanya Atur posisi jenazah sesuai agama dan kepercayaan dengan tangan di sisi atau di dada Buang sampah dan bahan terkontaminasi dalam tempat sampah infeksius. Rapihkan alat Lepas APD Cuci tangan sesuai prosedur

113 TERIMAKASIH


Download ppt "PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI. Deskripsi Singkat Pelayanan kesehatan belum sepenuhnya menerapkan Kewaspadaan Standar dengan baik, sehingga risiko."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google