Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KULIAH PENDAHULUAN FARMAKOGNOSI ANALISIS. TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu menerangkan dan memahami secara teoritis konsep standardisasi dan faktor-faktor yang.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KULIAH PENDAHULUAN FARMAKOGNOSI ANALISIS. TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu menerangkan dan memahami secara teoritis konsep standardisasi dan faktor-faktor yang."— Transcript presentasi:

1 KULIAH PENDAHULUAN FARMAKOGNOSI ANALISIS

2 TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu menerangkan dan memahami secara teoritis konsep standardisasi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu bahan baku dan produk obat bahan alam Mampu mengemukakan dan memahami parameter mutu yang bisa dijadikan acuan untuk mengukur kualitas. Secara teknis mampu melakukan penilaian serta mampu berpartisipasi dalam standardisasi kualitas bahan baku dan produk obat bahan alam 4/18/20192

3 DESKRIPSI MATA KULIAH Pada kuliah ini diberikan latar belakang dan permasalahan obat bahan alam,konsep standardisasi, parameter mutu,metodologi analisis bahan baku obat bahan alam dan produknya STANDARD KOMPETENSI Mahasiswa mampu menerangkan secara teoritis konsep standardisasi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu bahan baku dan produk obat bahan alam; mampu mengemukakan parameter mutu yang bisa dijadikan acuan untuk mengukur kualitas; secara teknis mampu melakukan penilaian serta mampu berpartisipasi dalam standardisasi kualitas bahan baku dan produk obat bahan alam.

4 Definisi Farmakognosi Berasal dari perkataan latin Pharmacon : obat Gnosis : pengetahuan Jadi Pharmacognosi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki bahan–bahan baik berasal dari tumbuh- tumbuhan maupun hewan dan juga beberapa mineral yang mempunyai khasiat sebagai obat. 4/18/20194

5 SEJARAH Berkembang dari peradaban kuno  digunakan bagian dari tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk penyembuhan,  dari mantera, ilmu sihir, dan berkembang terus sebagai resep rahasia yang tak tertulis. Berkembang terus dari zaman ke zaman berdasarkan pengalaman (empiris) sampai sekarang di kenal theraputik agents. Pelajaran farmakognosi sekarang tidak berdasarkan tukang sihir/mistik melainkan suatu spesialisasi dari ilmu pendidikan farmasi. 4/18/20195

6 Dalam sejarah obat-obatan terkenal nama-nama: Hippocrates (460–370 SM)  sebagai Bapak pengobatan dan banyak karangannya mengenai anatomi, fisiologi manusia. Aristotle (370–322 SM) murid Plato, berusaha memisahkan tahayul dari kenyataan dalam tulisannya mengenai dunia hewan. Theophrastus (370–287 SM) murid Aristotle  mengenai dunia tanaman. Dioscorides seorang dokter Yunani (78 SM) menulis “ De Materia Medica “. Di dalamnya di tulis 600 tumbuh- tumbuhan yang mengandung obat. Hal ini sangat menakjubkan dan penting bagi pengobatan modern. 4/18/20196

7 Galen (131–200 M) seorang dokter dan juga farmasis Yunani menulis tentang cara-cara penyediaan dari bahan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagai penghormatan atas jasa-jasany penyelidikannya  disebut Galenika. Dari sini ilmu farmasi di mulai dan di pisahkan dari tugas dokter. Dokter mendiagnosa dan menulis obat-obat farmasis/apoteker mengkoleksi, menyediakan dan mencampur bahan-bahan obat. C. A Seydler (1815) Pharmacognosy mulai di kembangkan oleh Seydler. Pharmacognosi memegang peranan penting sebagai penghubung antara farmakologi, kimia farmasi, farmasetika. 4/18/20197

8 RUANG LINGKUP Dalam arti yang luas farmakognosi meliputi : Sejarah Perdagangan Penyebaran Identifikasi Kultivasi Evaluasi Koleksi Pengawetan Seleksi Pemakaian Preparasi Isi zat berkhasiat dan khasiatnya Isolasi, sintesa zat yang berkhasiat yang terdapat dalam tumbuhan dan cara isolasi berdasarkan darimana zat berkhasiat lebih mendalam di pelajari dalam fitokimia. 4/18/20198

9 Hubungan dengan ilmu lain Farmakognosi – metode untuk identifikasi, evaluasi. Fitokimia – isolasi, sintesa. Farmakologi – Farmakognosi – kimia farmasi. Farmasetika – farmakognosi – farmasi klinik. 4/18/20199

10 Perkembangan Obat Modern Tidak dapat dipisahkan dari tanaman Obat Th 1513 Tanaman Cinchona Th 1638 bagian kulit dapat digunakan sebagai obat panas (Peru) Th 1805 masuklah tanaman Cinchona ledgeriana dibawa oleh Charles Ledger ke Indonesia. Pda perang dunia ke 2, kebutuhan dunia (90 %) dari Jawa 1834 Pelletier (Prancis)berhasil mengisolasi kuinin 1930 dengan makin berkurangnya perkebunan kina di Indonesia, diupayakan sintesis obat malaria lain yang berbasis pada struktur dasar kinin diperoleh kloroquine, primaquine dan mefloquine (inti 8- aminokinolin) mepakrine (quinakrine) merupakan turunan akridin yang tidak berkhasiat terhadap malaria 4/18/201910

11 Morfin, Papaferin  getah buah Papaver somniferum, digunakan sebagai analgetik. Digoksin  Digitalis purpurea sbg obat jantung Kinin  Chincona spp. sbg obat malaria Coffein  Coffea arabica, Thea sinensis sebagai stimulant Atropin  Atropa belladonna untuk obat mata Efedrin  Ephedra sinica untuk pengobatan gangguan pernafasan, Ergomentrin  Claviceps purpurea untuk pengobatan pada proses melahirkan. 4/18/201911

12 Proses penemuan senyawa obat dari tanaman : proses yang cukup panjang, melalui 1. Etnofarmakologi, (adanya informasi-informasi penggunaan suatu tumbuhan untuk pengobatan suatu penyakit) 2. Diikuti dengan percobaan eksperimental untuk membuktikan khasiat/ aktifitas biologi 3. Isolasi dan beberapa tahap fraksinasi yang diiiringi dengan monitoring khasiat sehingga diperoleh senyawa murni 4. Elusidasi struktur guna menentukan struktur molekul. 5. Tahap selanjutnya adalah uji khasiat hasil isolasi 6. Mencari formula :suatu bentuk sediaan farmasi yang dapat diterima oleh konsumen. Upaya lain yaitu dengan melakukan sintesis beserta modofikasi-modifikasi molekul untuk memperoleh senyawa obat tersebut, ataupun senyawa lain yang serupa yang kemungkinan mempunyai khasiat lebih potensial dan efek samping yang lebih sedikit. 4/18/201912

13 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMAKOGNOSI Pada kurang lebih 2500 tahun SM, penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang, hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di perpustakaan Ashurbanipal di Assira, yang memuat simplisia antara lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani kuno misalnya Hippocrates (1446 SM), seorang tabib telah mengenal kayu manis,hiosiamina, gentiana, kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.

14  Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku “Genera Plantarum” yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani, sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss. Seorang apoteker Jerman dalam bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara-cara untuk mengetahui kemurnian simplisia. Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke-19 dan masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.

15 RUANG LINGKUP FARMAKOGNOSI Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan bio sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi bukan hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, organoleptis yang seharusnya juga mikroskopis dan mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa.

16 Hubungan farmakognosi dengan botani-zoologi Simplisia harus mempunyai identitas botani-zoologi yang pasti, artinya harus diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dan darimana diperoleh. Dengan demikian menetapkan identitas botani-zoologi secara tepat adalah langkah pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan kegiatan-kegiatan lainnya dlm bidang farmakognosi. Hubungan farmakognosi dengan ilmu-ilmu lain Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan umumnya diramu atau diracik sendiri oleh tabib yang memeriksa si penderita, sehingga dengan cara tersebut farmakognosi dianggap sebagai dari Materia Medika. Simplisia di apotek kemudiaan terdesak oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan simplisia di apotek digantikan dengan sediaan-sediaan galenik, yaitu tingtur, ekstrak, anggur.

17 Ruang lingkup farmakognosi analisis - Standarisasi mutu bahan baku berbasis bahan alam dan berbagai sediaan obat bahan alam dengan serangkain pengujian atau analisis yang meliputi analisis makroskopis, mikroskopis, organoleptis, pengujian fisika, pengujian cemaran dan pengujian kualitatif serta kuantitatif dan pengujian bio assay.

18 Tumbuhan dan farmasi - Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar dunia yang memiliki lebih dari 30.000 species tanaman tingkat tinggi. - Hingga saat ini tercatat 7000 species tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara regular. - Sekitar 1000 jenis tanaman telah diidentifikasi dari aspek botani sistematik tumbuhan dengan baik. - WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat bahan alam untuk mendukung kesehatan mereka.

19 Tumbuhan dan farmasi  Berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi obat di Indoensia mengandung beraneka ragam jenis senyawa kimia alami.  Berdasarkan penggunaan tradisional dan berbagai penelitian ilmiah, tanaman tersebut memiliki berbagai efek farmakologis dan bioaktivitas penting mulai dari potensi sebagai sebagai agen anti penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif seperti imunodefisiensi, hepatitis, arthritis, stroke, osteoporosis bahkan kanker.

20 Standarisasi obat bahan alam  Berbagai tanaman memiliki peranan penting dalam bidang kesehatan bahkan bisa menjadi produk andalan Indonesia maka perlu dilakukan upaya penetapan standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat.  Berdasarkan penggunaan tradisional dan berbagai penelitian ilmiah, tanaman tersebut memiliki berbagai efek farmakologis dan bioaktivitas penting mulai dari potensi sebagai sebagai agen anti penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif seperti imunodefisiensi, hepatitis, arthritis, stroke, osteoporosis bahkan kanker.

21 Standarisasi obat bahan alam  Rangkain proses standarisasi melibatkan berbagai metoda analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi ) terhadap suatu ekstrak alam (tumbuhan obat) disebut standarisasi bahan obat alam.

22 Standarisasi obat bahan alam  Standarisasi obat herbal meliputi dua aspek : 1. Aspek parameter spesifik : yakni berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif. 2. Aspek parameter non spesifik : yakni berfokus pada aspek kimia, mikrobiologis dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas misal kadar logam berat, alfatoksin, kadar air dan lain- lain.

23 Manfaat standarisasi bahan baku alam dan produk bahan alam 1. Standarisasi menjamin keseragaman khasiat (efikasi)  Mayoritas penggunaan bahan obat berbasis bahan alam di Indonesia masih bersifat tidak terukur baik kepastian tanaman, takaran, cara penyiapan sehingga tidak menjamin konsistensi khasiat untuk inilah dilakukan standarisasi.  Dengan dilakukannya standarisasi untuk menjaga konsistensi dan keseragaman khasiat dari obat produk bahan alam.  Standarisasi melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melaui analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin keseragaman khasiat.

24 2.Standarisasi menjamin aspek keamanan dan stabilitas ekstrak dan sediaan produk bahan alam 3. Standarisasi meningkatkan nilai ekonomi 4.Pentingnya standarisasi untuk uji klinis sediaan fitofarmaka.  Uji klinik adalah uji senyawa kimia obat, obat berbasis bahan alam, ekstrak dan berbagai sediaan pada dosis tertentu dengan target biologis manusa 9atau veteriner jika targetnya binatang), agar memberikan respon biologis berupa parameter-parameter klinik perbaikan dari kondisi patologis yang terkait penyakit tertentu.

25  Penentuan dosis senyawa marker untuk uji klinik ekstrak atau produk bahan alam sangat fundamental.  Standar terendah adalah nilai rendemen ekstraksi jika senyawa yang terkandung tidak terjangkau atau tidak diketahui.

26 Siapa yang wajib menetapkan standar?  Pemerintah adalah pemegang mandat politik untuk menjamin mutu pelayanan dan barang yang beredar dimasyarakat serta mencegah bahaya apapun terhadap bahan yang dikonsumsi publik.  Pemerintah melalui departemen kesehatan dan Badan POM menetapkan standar dan parameter mutu dan keamanan bahan apapun termasuk obat bahan alam yang dikonsumsi oleh masyarakat.  Standar ini merupakan acuan yang digunakan oleh institusi diluar pemerintah yang memiliki kepentingan dengan obat bahan alam seperti produsen, industri, eksportir, lembaga penelitian dan lainnya.

27 Dalam bentuk apakah acuan standar itu dibuat  Parameter terkait mutu dan keamanan obat bahan alam dibuat dalam dokumentasi resmi pemerintah seperti materia medika Indonesia, Monografi ekstrak, Farmakope herbal Indonesia yang merupakan standar resmi pemerintah, Farmakope Indonesia.  Panduan bisa diperluas jika diperlukan yakni dari WHO yaitu Quality Control Methods for medicinal Plant Material tahun 1998.  Tujuan standarisasi obat bahan alam untuk menjamin mutu yang artinya bisa menjamin efikasi efek farmakologi secara konsisten dan menjamin keamanan pada konsumen. Pemerintah melalui BPOM menentukan parameter-parameternya.

28 Dalam bentuk apakah acuan standar itu dibuat  Sedangkan industri, produsen, eksportir dan importir memiliki kewajiban memenuhi kriteria parameter dan keamanan yang telah digariskan dalam dokumen resmi seperti Farmakope herbal, monografi ekstrak, Farmakope Indonesia dan lainnya.

29 Perkembangan obat bahan alam di Indonesia Beberapa publikasi tanaman obat antara lain De Indiae Utriusquere Naturalis et Medika (1665), Herbarium Amboinense (1741), Jamu asli Indonesia (1940), Apotik Hijau (1980), Materia Medika I – VI, Tanaman obat keluarga sampai pada Fitofarmaka (2005). Farmakope Herbal Indonesia (2009) 4/18/201929

30 Penduduk Indonesia ± 200 juta jiwa, merupakan unsur yang sangat potensial untuk obat bahan alam. Budaya bangsa Indonesia untuk mengkonsumsi jamu guna pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu penunjang perkembangan obat bahan alam. Umumnya Tujuan masyarakat menggunakan tanaman obat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat, mencegah maupun menyembuhkan penyakit, memulihkan kondisi tubuh (rehabilitatif). Tidak dapat dipungkiri penggunaan obat bahan alam di Indonesia merupakan bagian dari budaya Indonesia, dan makin lama makin berkembang, meskipun umumnya efektivitas dan keamanannya belum banyak didukung oleh penelitian yang memadai. 4/18/201930

31 Faktor yang mendorong masyarakat Indonesia menggunakan obat bahan alam Efek samping yang lebih kecil Ketidakpuasan terhadap obat modern, Timbulnya kesadaran akan gaya hidup sehat yang lebih cenderung pada unsur pencegahan dan harga relative lebih murah, Persepsi masyarakat bahwa karena berasal dari bahan alam, maka obat tradisional itu aman perlu diluruskan. 4/18/201931

32 Di Indonesia terdapat 1046 industri di bidang obat tradisional yang terdiri dari 129 industri obat tradisional (IOT) dan 917 industri kecil obat tradisional (IKOT), namun dari keseluruhan industri tersebut baru 12 industri yang telah memperoleh sertifikasi cara pembuatan obat tradisional yang benar (CPOTB) : 11 IOT dan 1 IKOT Sedangkan sebagian IKOT adalah industri rumah tangga yang dikelola secara sederhana termasuk alat-alat yang digunakan tanpa memperhatikan produk yang dihasilkan dilihat dari segi mutu, keamanan dan khasiat, 4/18/201932

33 Dalam Industri obat herbal ada 3 pihak yang terkait erat :petani, industri dan konsumen. Peran petani sangat menentukan untuk menghasilkan suatu simplisia yang memenuhi standar mutu sebagai bahan baku. Mengingat bahwa kandungan kimia aktif dalam tanaman dipengaruhi oleh faktor eksternal (tempat tumbuh meliputi: tanah, suhu, iklim, cuaca panen dan pasca panen) dan internal. 4/18/201933

34 Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. 17.508 pulau terbentang sepanjang 5120 km dari barat ke timur, dan 1760 km dari utara ke selatan, dengan luas sekitar 2.000.000 km2. memiliki keanekaragaman hayati No.2 di Dunia setelah Brazil (25 % dimanfaatkan sebagai bahan obat) 4/18/201934

35 TERIMA KASIH


Download ppt "KULIAH PENDAHULUAN FARMAKOGNOSI ANALISIS. TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu menerangkan dan memahami secara teoritis konsep standardisasi dan faktor-faktor yang."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google